Malam disetujui, pun keluarga Reyhan Bhumi Selkasa masih dipertanyakan di ruang tengah rumah mereka. Terlihat sudah harmonis walau sudah mulai berumur senja.
"Pa, Mama heran deh sama Reina."
"Heran? Heran kenapa?" Reyhan-- papa Reina bertanya sesaat sebelum ia menutupkan layar macbook -nya.
Fara menggeser sedikit lebih baik dari sang suami.
"Gini loh, Pa. Mama tuh heran sama ni anak, dia kaya gak ada tampang seneng-senengnya gitu liat Arka kembali."
"Ya, mungkin Kakak masih syok, Ma. Tau sendiri, kan kan dia bisa dihitung pakai jari." Reyhan berucap santai membuat Fara yang tepat tepat di sebelah kanan langsung menepuk pahanya pelan.
"Gak gitu juga, Pa. Sikap Rei itu udah berubah seratus persen. Dulu aja dia selalu ngintilin Arka ke mana-mana, eh, sekarang, denger nama Arka aja dia ogah-ogahan."
Reyhan Membuka kaca mata bacanya, sambil berbicara lekat.
"Gak ada orang yang gak akan berubah, Ma. Berubah atau tidak, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Bisa aja kan Kakak berubah karena dia gak akan terus meningkat terus-menerus sama dengan seseorang. Hidup ini berputar, Ma. Papa yakin, Arka juga meningkatkan hal yang mirip. "
"Arka gak berubah, Papa. Anak itu malah udah nepatin janjinya sama Mama."
Reyhan membatalkan pangkal hidungnya. Istrinya memang sulit diselesaikan.
"Mama, Sayang. Papa tau kok Mama suka kepribadian Arka atau semua orang yang ada dalam diri Arka. Tapi, Papa memohon rasionalkan pikiran Mama, agar tak melulu membahas tentang hal itu. Angan-angan anak kecil itu sangat tinggi loh, Ma. Mereka gak akan lebih besar usaha yang akan mereka keluarkan untuk menggapai semuanya. "
Fara mendelik sebal. Suaminya sangat kritisan kritis sekali.
"Papa mah, ah. Bukannya ngasih solusi, ini malah bikin emosional."
"Papa gak buat transisi, Ma. Papa, 'kan hanya menentukan. Berpendapat,' kan bukan berarti--"
"Berarti, berarti apa, Pa? Udah, ah, Papa tidur aja di luar! Mama mau tidur sendiri."
Fara membuka pintu kamar, menutup daunnya dengan keras.
“ Astagfirullah, Mama. Pintunya jebol aja, papa lagi yang suruh ganti, ”ucap Reyhan beristighfar diri.
.
.
" Tante, jika Arka udah besar, Arka akan terus jagain Reina. Arka gak akan menjadi biarin dia harus diganti, gak akan membuat dia yang menang, dan terus buat dia yang nangis. Dan Arka juga akan bisa membuktikanin, jika Arka bisa ajak dia mencari di seluruh dunia. Arka akan mencari rasa takut Arka akan naik. Yang terpenting, Arka diizinin buat selalu bahagiain dia. "
Fara tersenyum, mengelus kepala Arka .
"Arka sayang. Arka gak perlu loh janji kaya gitu. Tante percaya, kok, kalau Arka akan terus jagain Reina. "
Arka - bocah penggemar roti s**u itu menggeleng.
"Engga, Tante. Arka harus menjanjikan dulu, biar Arka gak nyepelein karena udah keiketaraan duluan sama Tante. "
"Nak--"
"Maaf, Tante. Kalau kali Penyanyi Arka akan Sedikit membangkang, TAPI Arka Janji, Arka bisa nepatin SEMUA ITU. T o Panjang pegang Janji Arka, ya, Tante."
Melihat kesungguhan bocah sembilan tahun itu, mau tau mau hati Fara ikut tergerak. Ia mengangguk. Ia yakin, Arka, bocah lelaki sahabat kental putrinya itu memang memiliki kepribadian yang gigih. Tak pantang untuk mundur.
Semoga kamu berhasil, Sayang. Doa Tante selalu menyertaimu, gumamnya dalam hati.
.
.
Inilah Arka Bintang Reftara, Pilot Tampan Asal Balikpapan yang Masih Berusia 24 Tahun

TRIBUNKALTIM.CO - Seorang lelaki yang masih terbilang muda untuk didapuk menjadi pilot pesawat komersial.
Arka Bintang Reftara (24) mendapatkan tiket menjadi pilot dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia, setelah berhasil menyelesaikan tes dan latihan untuk mendapatkan kualifikasi.
Saat mendaftar menjalankan program pelatihan pilot di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), Curug, Tangerang. Arka bahkan baru saja mulai umur 18 tahun.
Ia berhasil menyelesaikan seluruh pelatihan yang diberikan. Terkait latihan simulator selama enam bulan lamanya dan disetujui pesawat terbang di Bandung, Jawa Barat.
Selama 18 bulan, Arka habiskan untuk mengikuti program pelatihan. Hingga pada akhirnya, Arka diangkat sebagai pilot oleh yang ditunjuk terbang ternama di Indonesia, yaitu Garuda Indonesia.
Ia memegang lisensi Multi-Crew Pilot (MPL) dan ia menjadi pilot yang membeli termuda di Indonesia menurut catatan Otoritas Penerbangan Sipil.
Di usianya yang masih terbentang muda, kompilasi meminta menerbangkan pesawat komersial bertujuan-citanya. Arka menyatakan jika ia menerbangkan pesawat bukan hanya-mata untuk menggapai cita-cita, melainkan untuk hal lain.
"Saya menerbangkan pesawat, karena saya ingin mengajak orang-orang di sekitar saya. Saya juga sudah setuju untuk membawa orang-orang terkasih saya berkeliling dunia," demikian dikutip tribunkaltim.co melalui laman Metro, Sabtu (6/4/2019).
Selain itu, jika menyatakan jika jika jika jika jika jika para para para para para para menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh menaruh pernah pernah
Ia juga siap mengatasi segala keadaan darurat selama melakukan penerbangan di udara. "Saya berharap saya bisa ... pasti bisa menyelesaikan berbagai keadaan darurat. Karena saya sudah setuju pada diri saya sendiri, itulah menerbangkan pesawat hidup dan matinya saya," tuturnya.
Pilot muda itu mengaku tidak menyesal telah memilih karier serta harus mengemban tanggung jawab besar di usianya yang masih terbilang muda. "Ya, Meskipun berat, sedikit saya masih mampu berdiri di sini sekarang." (Metro.co.uk).
"Ya, ampun. Tuh, kan Arka memang menepati janjinya," seloroh Fara saat ia tidak sengaja membuka halaman berita hangat di layar ponselnya.
"Kak? Kakak!"
Teriakan Fara membuat Reina yang sedari tadi menonton TV menjengkit kaget. Ia sampai tidak sengaja melempar remote yang sedang digenggamnya.
"Kenapa sih, Ma?"
"Sini!" suruh Fara tidak sabaran.
Reina berdecak, pun ia juga berjalan menghampiri sang mama.
"Kenapa?"
"Lihat nih."
Fara dengan sembrononya menyodorkan ponsel miliknya ke Reina.
"Maksudnya?"
"Baca."
Reina mengambil alih ponsel sang mama. Ia membaca dengan telaten halaman berita yang sedang diputar mama kunjungi. Sampai saat kata Arka Bintang Reftara disetujui, Reina dengan segera memulihkan ponsel itu pada sang empunya.
"Baca dulu," perintah Fara.
Reina menggeleng. "Udah."
"Kak?"
"Rei gak mau bahas Arka lagi, Bu. Udah cukup buat Mama untuk bahas dia. Rei bener-bener udah gak mau menerima sama dia."
"Kamu kenapa sih, Kak? Arka salah apa sama kamu?"
Reina diam. Memalingkan wajah agar tidak kentara.
"Mama gak perlu tau. Cukup Rei sama Allah aja yang tau."
Baru saja Fara akan menyela, putrinya sudah lebih dulu mendahului.
"Rei capek, Rei butuh istirahat."
Menghela napas, ia harus memenuhi keinginan sang anak. Bukan salah putrinya juga, karena memang Reina sangat mengikuti watak orang tuanya, terlebih watak sendiri.
Mama hargai keputusan kamu. Tapi, Mama bingung salah apa Arka sama kamu?
▪▪▪
"Terbukalah, Kak."