Aku pernah menatap banyak bunga. Tapi tidak ada satupun yang menarik perhatianku. Namun dirimu, adalah satu di antara seribu bunga yang menyilaukan mataku.
***
"Saya terima nikahnya Asyila binti Adam. Dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Mereka adalah para cowok gila yang sedang menghayal bisa mendapatkan si primadona Mutiara Bangsa yang terkenal cantik dan otaknya yang cerdas.
Hampir setiap hari tiga cowok gila ini beradegan seperti sedang melakukan ijab Kobul dalam sebuah pernikahan.
Dua cowok berhadapan di depan meja. Kemudian tangannya saling berjabat. Seolah sang pengantin pria yang sedang memegang tangan Pak Penghulu dengan khidmat. Lalu satu lelaki di samping yang jadi sang pengantin memakai taplak meja guru yang sengaja di ambil dari depan. Di kerudungkan layaknya penutup kepala pernikahan dua mempelai.
Kemudian dilanjutkan dengan kata-kata aneh yang mereka sendiri tak tahu maksudnya. Yang jelas, mereka memang tiga siswa pengagum berat sang Primadona. Tiga laki-laki itu entah siapa namanya. Karena Asyila sendiri tidak pernah tahu. Iapun tidak peduli, ia hanya melewati tiga cowok aneh itu dengan langkah santai, dan tatapan datarnya. Asyila bukan gadis introvert yang membatasi pergaulan dirinya. Hanya saja baginya tidak penting memedulikan hal yang tidak serius seperti itu. Karena baginya menghadapi nilai di sekolah. Dan Adik tirinya lah yang lebih penting.
"Gila, si Asyila ko bisa cantik kaya gitu ya?!"
"Heran saja tuh cewek gak pernah senyum. Emang judesnya kebangetan."
"Yang gue gak habis pikir. Dia itu ternyata suka bully anak yang masuk ke kelas unggulan ya?"
"Lo baru tahu? Diakan emang jagonya bullying."
"Tapi meski gitu, gue tetep suka. Apapun itu, sosok Asyila tetep nomer Wahid di hati gue."
"Dih, emang si Asyila mau sama lo?"
"Enggak tahu!"
"Dasar oneng."
Itu celotehan ketiga cowok pengagum sang Queen bullying. Mereka tahu seperti apa sesosok Asyila. Tapi tetap, tak ada niatan untuk melaporkan atau memberi peringatan pada gadis itu. Mereka tak peduli. Karena baginya sejahat apapun Asyila. Dia tetap lah Primadona yang di impikannya.
Ya, bagi murid laki-laki ia memang Primadona. Tagi sebagian murid perempuan Mutiara Bangsa--dia adalah Iblis bertopeng manusia. Dia adalah masalah yang fatal.
Banyak murid perempuan yang menjauhinya, terutama mereka para murid dengan nilai yang tinggi di kelasnya. Mereka adalah mangsanya. Tak jarang salah satu dari mereka melakukan demagogi untuk membuat para siswi lain bertindak dan memusuhi Asyila. Tapi sekali lagi itu tak berefek apa-apa. Karena nyatanya Asyila tetap bisa bersinar seperti biasanya.
*Demagogi adalah penghasutan terhadap orang banyak melalui orasi atau pidato.
Viktoria Asyila, ia seorang murid perempuan yang bisa di katakan cantik, menarik, pintar, dan sexy. Semua tahu betul apa kelebihan gadis itu. Tidak aneh jika mereka--para murid laki-laki mengaguminya.
Namun apa alasan julukkan hebat itu melekat padanya? Jika memang seorang Asyila cantik dan menarik. Wajar bukan kalau ia di panggil Nona peri atau Nona bidadari?
Tapi sepertinya semua orang akan berpikir dua kali--jika melihat kelakukan gilanya.
"Lo anak baru ya di kelas gue?"
Tiga gadis cantik mengerubungi satu cewek yang begitu terlihat ketakutan di sebuah g**g komplek sore itu. Mereka adalah Asyila, Rebeka dan Liliana. Mereka tiga gadis cantik yang selalu menjadi topik utama di Mutiara Bangsa.
"I-iya gue Alena." Jawabnya gemetar.
Assyila menyeringai iblis."siapa yang nyuruh lo punya nilai lebih tinggi dari gue?"
Ini bukan pemandangan pertama. Asyila dan kedua temannya memang akan melakukan itu--ketika ada seorang murid yang mempunyai nilai tinggi melebihi Asyila.
"Lo tau apa peraturan di kelas gue?"
Asyila menjambak rambut gadis yang memang baru hari ini masuk ke kelasnya. Ia murid dari sekolah lain yang langsung masuk menjadi murid kelas unggulan di sekolahnya.
"E-enggak... Gue enggak tahu..." Jawabnya.
"Bagus! Saatnya gue kasih tahu,"
Asyila melepaskan jambakkannya. Ia berdiri tegak dengan bersidekap d**a. "Dikelas gue cuma gue yang boleh punya nilai tinggi! Di kelas gue, cuma gue yang boleh jawab pertanyaan guru. Dan lo! Lo udah nyalahin aturan yang gue buat. Lo udah ngambil hak, apa yang seharusnya menjadi hak gue!"
Memang benar, selama ia ber-sekolah di Mutiara Bangsa. Asyila selalu jadi murid pertama yang di banggakan Guru, ia mempunyai nilai paling tinggi. Asyila juga sering di kirim pihak sekolah untuk ikut perlombaan pelajaran seperti matematika, sains, dan lain-lain.
Tidak ada murid lain di kelas unggulan yang bisa menyainginya. Tentu saja, karena mereka sangat tahu--apa konsekuensinya jika mengambil hak yang di tentukan gadis itu sejak ia menjadi penghuni kelas unggulan di Mutiara Bangsa.
Setelah kelas sebelas. Semua kelas di pecah. Mereka di tempatkan sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing Dan hanya murid yang mempunyai nilai diatas rata-rata lah yang bisa masuk ke kelas unggulan. Yaitu kelas yang di diami Asyila. Namun sayang, kelas itu tak sehat seperti kelihatannya. Karena ternyata Asyila adalah penggerak yang sesungguhnya. Asyila lah yang melakukan distorsi terhadap fakta yang ada.
"Lo murid baru yang seharusnya menjadi tamu di kelas gue. Malah ngelunjak! Gue itu pribumi di sini. Lo tahu, apa hukuman bagi anak yang berani ngambil hak gue?"
Gadis itu menggeleng.
"Lo harus jadi b***k gue selama seminggu, gimana?"
"Ta-tapi..."
"Terserah lo, tapi ini hak gue. Cuma gue yang boleh bersinar di sini. Paham lo!"
Jika di sekolah lain yang jadi korban bullying adalah murid yang cupu dan super oon. Maka di Mutiara adalah murid unggulan dengan wajah yang cantik. Kenapa? Karena Asyila. Ia tidak mau tersaingi ia hanya ingin dia saja yang paling bersinar. Paling cantik, paling pintar.
Apakah para guru tahu dengan tingkah gilanya itu?
Tentu saja tidak. Asyila akan melakukan operasinya dengan aman dan bersih. Sehingga nama baiknya tetaplah bersinar. Dia sangat pintar memancing ikan tanpa membuat airnya keruh.
Jadi, masih adakah yang mau memanggil Asyila dengan sebutan peri cantik?
***
"Lo kenapa sih jawab pertanyaan guru?"
Terdengar di sebuah toilet beberapa siswi sepertinya sedang mem-bully siswi lainnya. Membuat seorang laki-laki yang hendak lewat menghentikan langkahnya. Ia memang sering mendengar tentang si ratu bullying di sekolahnya. Namun ia belum pernah melihatnya secara langsung. Karena selain ia tidak peduli dengan gosip itu. Ia juga sama sekali tidak tertarik. Tapi entah kenapa ia menjadi penasaran setelah mendengarnya secara langsung.
Kemudian ia pun berniat menguping sampai acara pembullyan itu selesai.
Dari dalam Assyila menjambak rambut Alena yang lagi-lagi menjawab pertanyaan Guru dikelas tadi. "Gue udah peringetin sama lo. Jangan jawab pertanyaan guru dikelas gue. Lo masih aja ngotot!"
"Itu hak gue ya, kenapa lo mesti keberatan?"
"Jelaslah, gue keberatan. Itu kelas gue! Lo kenapa sih ngeyel banget!"
"Siram aja Syil, siram!"
Ujar Rebekka kesal.
"Enggak, gue mau tanya kenapa lo jawab pertanyaan guru. Bisakan lo ngalah sama gue?!"
"Karena gue benci sama lo, Asyila!"
Asyila mendengus. Kemudian ia segera mengambil gayung yang di sodorkan Rebekka. Dan mengambil air dari keran. Lalu di siramkan pada Elena, hingga gadis itu basah kuyup.
"Ini peringatan buat lo!"
Asyila mendengus kasar. Kemudian segera berbalik. Ia tidak boleh terlalu lama berhadapan dengan mangsanya. Apalagi mangsa pembangkang seperti Alena.
Asyila membuka pintu toilet. Ia pun keluar dari sana. Namun langkahnya terhenti ketika melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu menatapnya datar.
Deg!
Asyila sedikit kaget. Ia tidak pernah ketahuan oleh siapapun ketika gila seperti ini. Tapi hanya sedikit, ia tidak peduli.
Lukas Ardhana P. J. Itu nama laki-laki tersebut. Asyila melihatnya dari tag nama di baju bagian depannya.
Hanya beberapa detik mereka saling menatap. Karena Asyila kembali menarik tatapannya. Kemudian ia melanjutkan langkahnya meninggal kan Lukas di ikuti kedua temannya.
Lukas menatap punggung ramping itu hingga menjauh.
Jadi dia Asyila?