Prolog
Tiba - tiba segerombolan wartawan kembali menemukan dirinya membuat Asyila kaget. Ia segera berlari menerobos mereka. Namun tentu saja langkah kecil itu tak mampu menyaingi mereka para lelaki dewasa dengan segala ambisinya. Katakanlah mereka saat ini sedang mencari topik hits untuk dijadikan bahan berita di tempatnya bekerja. Dan berita itulah yang dapat menyambung bagaimana karirnya dimasa depan.
Asyila terengah dengan napasnya yang hampir habis. Sekarang sudah jam sepuluh malam. Jalanan sudah gelap, meski ada lampu di pinggir jalan. Asyila mulai mencari tempat yang dapat dijadikannya bersembunyi.
Tiba pada sebuah belokan menuju kompleks. Sepertinya disana cukup aman. Selain tempatnya yang sedikit gelap. Di sana juga bangunannya cukup padat.
"Nona Asyila! Tunggu kami!"
Panggilan salah satu wartawan itu mengagetkannya. Membuat Asyila tidak waspada kemudian sebelah kakinya masuk ke dalam selokan.
"Argghhh!"
Gadis itu hampir menjatuhkan dirinya ke dalam selokan kompleks. Ketika dua lengan kokoh dengan gerakkan cepat menangkapnya. Lalu segera membawanya bersembunyi di balik bangunan yang tak jauh dari sana.
Awalnya Asyila akan menjerit ketika laki-laki yang menolongnya itu mendekapnya. Jarak mereka memang terlalu dekat. Karena tempat persembunyian yang memang sempit.
Tapi ...
Deg!
Dia lagi ...
Dalam gelap Lukas menatapnya amat lembut. Jarak yang begitu dekat tak mampu menyembunyikan wajah Asyila yang menegang dan degupan jantungnya yang menggila.
Tak ada kata, karena Asyila memang sudah kehilangan semua kata - katanya sejak ia tahu siapa yang tengah menolong dirinya. Hanya ada satu cara. Ia harus melepaskan dirinya dan menghadapi wartawan di sana. Tak masalah baginya. Karena saat ini Lukaslah yang paling berbahaya menurutnya.
Tapi ...
Lukas malah menahannya lebih kuat ketika kedua lengan mungil itu berusaha melepaskan dekapannya.
"Lepasin gue." Desis Asyila.
Lukas menggeleng tak percaya. Kenapa Asyila lebih memilih di keroyok wartawan dari pada pertolongannya. Jika karena Asyila ingin menjauh darinya dan melupakan semua apa yang pernah mereka lalui. Maka baiklah sejauh mana Asyila bisa menghindari dirinya.
Lukas malah menarik Asyila ke dalam pelukannya. Meski ia berontak sebisanya. Tapi percayalah itu tak akan ada gunanya. Karena nyatanya Asyila tetap berada di dekap hangat miliknya. Karena jika di perhatikan lagi. Terdapat perbedaan yang sangat kentara antara Lukas yang kekar dan Asyila yang lembut. Berarti Asyila hanya bisa terdiam dengan pasrah, bukan?
"Lepasin gue ..."
Lirih Asyila dengan suara parau. Bukan ia cengeng. Hanya saja usahanya akan sia - sia jika laki - laki itu melakukan hal manis ini. Asyila tak akan mudah melupakannya. Dan laki-laki itu akan tetap melekat di dalam hatinya. Bukankah itu cukup menyebalkan.
Lukas tak menjawab. Ia menatap air mata yang jatuh di pelupuk kedua matanya Asyila. Kemudian ia mengecup lembut kening gadis itu penuh perasaan. Lalu berbisik.
"Apa salah gue?"