When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ah ... akhirnya, pulang juga. Satu bulan telah terlewati, akhirnya Asya bisa bobok di kasur ini lagi, kasur di kediaman suami. Asya guling kanan dan kiri, sedang Guntur tengah mengawinkan kancing dengan lubangnya. Dia baru selesai mandi, sementara Asya sudah berpiama rapi. "Kangen, Mas," kata Asya. Guntur menoleh. "Kok bisa? Bukannya tiap hari kita bareng terus, ya?" "Dih, ge-er! Aku kangen sama kasur ini, tau!" Yang tadi sudah Asya ganti seprainya. Well, selama pergi sebulan ke Bandung, rumah ini rutin dibersihkan walau tak ditempati. Guntur membayar orang. Kini, dia duduk di sebelah istri. Asya sedang menatap langit-langit kamar, tidur telentang dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Dan kemudian lama Guntur memerhatikan, ada ulas senyum tipis di sana. Asya mesem-mesem. "Kenapa?" ta