70. Guntur - Senyum Asya

2382 Words

"Gak habis pikir Awan sama Papi, maksudnya apa coba nyuruh Langit nyampein soal undangan, pake dicetak-cetak segala lagi ... Papi masih sehat, kan, ya?" Saking unlogikanya perbuatan papi di otak Awan, dia berani bilang demikian. Iya, dari sepulang kerja tadi, Awan mampir ke rumah papi, sebab bicara di chat saja rasanya belum afdol bagi Awan. Sementara itu, Alam sesap teh hangatnya dengan khidmat. Pahit, sengaja diracik demikian karena kadar gula Alam mulai ada grafik perubahan naik-turunnya. "Papi!" Malah Awan yang frustrasi. Alam letakkan cangkir teh di meja. "Gini, Wan ...." Dia mulai bicara. Katanya, "Papi cuma menyampaikan, undangan itu datang dan sifatnya amanah, kan?" "Nggak sekadar cuma, kalo Papi lupa, ini sampe dicetak, lho!" protes Awan. Dia tahu Alam Semesta, papi Awan yang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD