Adrian melangkahkan kakinya menuju klub malam atas undangan kawan-kawannya. Adrian Tanuwijaya pria lajang, playboy, sangat menyukai wanita yang cantik dan anggun. Apesnya, saat dia ingin sadar dari “penyakit” playboy-nya dan berniat menjalin hubungan serius dengan seorang wanita yang bernama Vanessa Angelica, dia menjadi pria yang ditinggalkan oleh calon tunangannya saat akan memasangkan cincin pertunangan di depan keluarga juga awak media.
Untung saja dia dilahirkan sebagai pria, masyarakat tidak terlalu menganggap hal itu sebagai aib. Berbeda anggapan pada perempuan, malu dan mengasingkan diri sejenak mungkin dianggap opsi paling mungkin untuk menutupi rasa malu mereka akibat gagal menikah.
“Hai bro,” sapa kawan Adrian. Wajahnya tampan dengan jambul bagian atas dibuat tegak layaknya bendera.
“Hai juga,” Adrian duduk di sampingnya, membuka dasinya hingga tampak miring.
“Minum apa?” tanyanya saat Adrian telah duduk di sampingnya.
“Terserah,” jawab Adrian acuh. Adrian menggulung bajunya dan melonggarkan dasinya sesaat.
Jentikan jari dari kawan Adrian membuat pelayan menoleh dan membawakan beberapa minuman beralkohol untuk mereka nikmati dengan beberapa kawan-kawan lainnya.
Tidak lama satu persatu, perempuan berbaju seksi, belahan d**a rendah sehingga kedua bukit kembar mereka sedikit menyembul di permukaan menghampiri pria di dalam ruangan itu.
“Hai,” sapa wanita itu dengan suara dibuat-buat genit dan menggoda.
“Hm…,” Adrian hanya mengangkat alisnya sembari meminum sedikit demi sedikit alkohol di hadapannya.
“Kamu ganteng,” puji perempuan itu, berbisik dan semakin mendekatkan dadanya pada Adrian.
Adrian masih diam saja, dia seolah-olah menganggap bahwa perempuan itu tidak ada di sampingnya. Aroma parfumnya terlalu menyengat dan Adrian tidak menyukai itu ditambah lagi sifat agresifnya menjadi nilai minus bagi Adrian.
Berbeda dengan kawan-kawannya yang sangat “menikmati” keberadaan perempuan yang menemani mereka. Ada yang bahkan sudah berciuman, duduk dalam pangkuan mereka hingga saling menggelitik dan tertawa.
“Nama kamu Adrian kan,” perempuan itu mulai menjelajah, mengelus paha bagian dalam Adrian hingga bahkan menyentuh bagian yang akan tegak terkena sentuhan.
“Singkirkan tanganmu!” desis Adrian. Walaupun dengan keremangan cahaya lampu, perempuan itu tahu bahwa Adrian menatapnya tajam dan mengancam. Dia tidak boleh berurusan dengan Adrian Tanuwijaya jika tidak dia ingin kehilangan pekerjaannya dalam sesaat.
“Bro, santai bro. Apa gue ganti cewek lain buat lo,” ucap kawan Adrian menengahi. Dia tahu Adrian dalam mood yang tidak baik belakangan ini sejak ditinggal calon tunangannya.
“Gak usah, gue dateng ke sini nyari minuman bukan nyari cewek,”
“Hei kamu, udah sana pergi,” perintah kawan Adrian. Wanita itu pun pasrah dan menjauh dari hadapan Adrian. Dia memang tidak ingin mencari masalah.
Adrian hanya meneguk minuman di hadapannya, menatap sinis kawan-kawannya yang terlihat bahagia didampingi oleh wanita bayaran.
Sebotol minuman dihabiskannya, membuat kepalanya sedikit pusing. Kawan-kawan Adrian bahkan melupakan kehadirannya dan meninggalkan Adrian sendirian di ruangan itu.
Adrian tidak lama terlelap karena efek minuman.
Krek
Pintu terbuka, seorang wanita dengan dandanan seksi masuk ke dalam ruangan yang ditempati Adrian.
Adrian terbangun saat menyadari seseorang masuk ke dalam ruangannya, meringis memegang kepalanya yang pusing efek dari minuman alkohol itu.
“Siapa kamu?” tanya Adrian. Wanita itu tampak terkejut akan kehadiran Adrian. Dia menyangka ruangan itu kosong tak berpenghuni sehingga dirasa tepat untuknya bersembunyi.
“Dimana dia?” suara seseorang di luar ruangan membuat perhatian keduanya teralihkan.
“Coba periksa ruangan ini,” wanita itu kalut dan mencari cara agar keberadaannya tidak diketahui.
“Hei kamu mau apa?” wanita itu naik ke atas pangkuan Adrian.
“Diam, tolong saya kali ini,” bisik wanita itu. Bisikan itu bahkan membuat bulu kuduk Adrian berdiri. Dia bertanya-tanya apakah wanita ini benar adalah manusia dan bukan mahluk halus sehingga dia merasa ketakutan.
“Apa yang kam….hmppp,” Adrian tidak melanjutkan perkataannya. Ciuman dari wanita itu membuatnya terkejut sekaligus menikmatinya. Ciuman ini begitu memabukkan juga menimbulkan gelenyar aneh di dalam dadanya. Dia bukan pria polos, dia adalah pria yang menyukai wanita yang cantik dan seksi, bahkan dia tidak bisa menghitung nama mantannya. Selain karena parasnya yang tampan, Adrian sering menghadiai wanita itu barang-barang mewah, membuat siapapun wanita yang bersamanya merasa senang dan tergila-gila pada Adrian.
Wanita itu mengarahkan Adrian agar memegang pinggulnya, sedangkan dirinya memegang tengkuk Adrian agar ciuman disertai lumatan semakin terlihat nyata bagi orang yang menilainya. Bagi wanita itu dia harus membuat siapapun percaya bahwa dia dan pria asing ini adalah benar-benar pasangan kekasih.
Krek!
“Apakah ad…” pria berjas hitam berbadan kekar terkejut saat mendapati dua insan yang saling berciuman mesra di sudut ruangan. “Maaf,” pria itu bergegas pergi meninggalkan keduanya, menutup pintu dengan perlahan. Kedua insan itu seolah tidak terganggu akan kedatangan orang yang menerobos masuk ke dalam ruangan.
“Bos, kenapa anda tidak mengecek wanita itu,” tanya pria yang berdiri di belakangnya.
“Tidak usah, tidak mungkin dia wanita yang kita cari. Mereka sudah lama bemesraan, jauh sebelum kita datang, bahkan aroma minuman sangat menyengat di ruangan itu” ucap pria kekar itu.
Setelah memastikan bahwa orang itu telah menjauh, wanita itu menghentikan ciumannya, bangkit dari pangkuan Adrian kemudian memperbaiki penampilannya. Dia tampak biasa saja, berbeda dengan Adrian yang wajahnya bersemu merah tampak seperti remaja yang baru saja jatuh cinta. Andaikan orang tahu mengenai fakta ini, cap playboy seketika luntur dalam diri Adrian.
“Terima kasih atas bantuanmu,” ucap wanita itu dan bergegas keluar menuju pintu.
“Hei,” cegat Adrian yang tersadar dari lamunannya.
“Apa!?” wanita itu berbalik dan menatap tajam Adrian.
“Kamu gak bisa pergi begitu aja,” ucap Adrian tidak terima.
“Kenapa? Kamu mau minta tanggung jawab? Merasa rugi?” cecarnya.
“Iya dong, kamu nyium aku tanpa rasa bersalah,”
“Saya tidak takut, bahkan jika kamu melapor ke pihak berwajib, pasti kamu yang akan disalahkan,” Wanita itu tidak peduli akan perkataan Adrian dan tetap melangkah. Adrian tidak melihat jelas wanita itu karena keremangan cahaya ruangan, namun satu yang pasti, wanita itu berambut panjang, body-nya ramping dan tinggi, satu lagi wangi parfum yang membuat indera penciuman Adrian begitu menyukai dan seakan melekat.
“Stop!” cegat Adrian lagi saat wanita itu akan naik ke dalam taksi. Dia setengah berlari menyusul wanita yang membuatnya penasaran.
“Apa lag..?” wanita itu menoleh, seketika kaget meilhat wajah Adrian.
“Kamu?” tanyanya heran.
Astaga, kenapa harus orang ini sih?, batin wanita itu.
Adrian yakin keterkejutan wanita itu karena baru menyadari siapa dirinya, “Iya saya Adrian, Adrian Tanuwijaya. Siapa kamu?”
“Sori. Saya gak bisa jawab itu. Malam ini akan menjadi malam terakhir kita bertemu, saya pastikan itu” tolak wanita itu, membuat Adrian melemas karena penolakan mentah-mentah seorang wanita penghibur kepadanya. Dia bahkan melepaskan cekalan tangannya. Sejak kapan Adrian harus mengejar wanita, itu tidak ada dalam kamusnya.
Adrian merelakan kepergian wanita itu, tetapi dia sudah mengenali sosoknya, semuanya tampak jelas dengan pencahayaan yang terang di luar ruangan. Wanita itu berambut pirang panjang, dengan lisptik merah menyala, ada sebuah tahi lalat di dagunya, wanita itu juga memoleskan make-up yang tebal di wajahnya yang tegas dengan sorot mata tajam. Anehnya, Adrian membenci wanita dengan dandanan seperti itu. Tetapi kali ini ada gelenyar aneh di dalam dadanya, perasaan ini terakhir kali menghampirinya saat bersama dengan Angel dahulu.
Gue, akan cari lo kemana pun, batin Adrian.