Anung kembali teringat awal-awal mendekati Ajeng yang hampir saja menolaknya dan tidak mau mendekat. Justru dengan begitu, dia tahu Ajeng bukan gadis yang memandang orang dari sisi materi. Ajeng adalah gadis yang paling tulus hatinya, yang pernah dia temui selama ini. “Jadi malam ini double date sama Gita?” tanya Widya. “Jadi dong, Ma.” “Haha. Untung kamu kasih tau Mama untuk nggak kasih tahu Gita dulu kalo kamu dan Ajeng pacaran. Kalo nggak, nggak bakal jadi kejutan.” “Iya, Ma.” Tak lama kemudian, Ajeng kembali ke kamar, bukannya duduk, dia malah mengambil tehnya dan hendak beranjak ke luar kamar. “Loh, Jeng. Mau ke mana?” “Oh, ke dapur, Tante. Hm … Tante sama Mas Anung masih … ngobrol … kan?” Ajeng merasa tidak enak berada di dalam kamar Widya, meskipun dia sudah terbiasa di sana