Usaha

858 Words
Emerald dan Inoe berakhir di dalam sebuah klub malam. Emerald sebenarnya yang mengajak Inoe datang agar bisa melupakan ingatan tentang kedatangan Edward ke ruang kerjanya tadi. Inginnya dia menutup lembaran kelabu bersama pria itu, nyatanya hanya dengan satu kehadirannya mampu membuat gelombang besar di hatinya. "Dia benar -benar datang ke tempatku inoue, " ucap Emerald setelah kebisuan panjang. Inoe tidak terkejut dengan kehadiran pria itu untuk menemui Emerald. Kesombongannya yang dulu hancur begitu saja karena bermimpi terbang ke awan tanpa memiliki sayap. "Tentu saja, pasti dia sadar kau adalah satu -satunya wanita yang bisa diandalkan dan membuat taraf hidupnya naik. " Emerald tahu Edward sudah menyadari jika dirinya yang terbaik. Namun semua rasa sakit yang ia terima membuatnya tidak ingin lagi mengenang Edward. "Tapi aku tidak yakin menerimanya kembali menjadi suamiku. Sudah cukup rasa sakit yang aku alami." "Aku tidak akan mendebatmu. Satu hal yang perlu kau dengar, sekarang Karen sedang berkencan dengan pria berumur 20 tahun lebih tua darinya," ucap Inoe. Yang disambut pekikan tertahan oleh Emerald. Sungguh tak pernah ia pikirkan bagaimana ia meninggalkan Edward hanya karena pria yang lebih tua. Mendengar hal ini Emerald menjadi sangat kesal. Tak pernah terbayangkan olehnya jika wanita itu melakukan hal k**i pada pria yang dia rebut. "Oh ya ampun. Kurasa Dia pasti sudah gila karena tidak bisa berbelanja barang mewah. " Keduanya pun melanjutkan obrolannya dan meninggalkan club beberapa saat. Mereka tidak ingin terlalu mabuk ketika keluar dari club. Ino mengantar Emerald ke rumahnya yang berada di Valen Valley setelah mengambil tas yang ia tinggalkan di rumah inti keluarga White di Madison. "Apa kau yakin tidak menginap di Madison saja?" tawar Inoe. "Tidak karena saat ini aku sudah merasa lebih tenang. Lagi pula aku yakin Edward tidak akan muncul saat ini. " Emerald yakin pria itu tidak akan mendatanginya usai ia tinggalkan begitu saja di tempat prakteknya tadi. Rupanya kesepian yang ia alami sudah cukup mengobati sakit hati yang hampir membuatnya gila dulu. "Huh kau tidak akan tahu apa yang bisa dilakukan oleh pria," jawab Inoe. Baginya pria yang sudah terpojok seperti Edward akan mengganggu Emerald tanpa tahu malu. Yah walaupun dia tidak keberatan jika Edward adalah pria matrealistis karena itulah sifat rata - rata manusia. Dan Inoe juga tidak perduli asalkan Edward bisa membahagiakan Emerald. Bagi Emerald, ucapan Inoe tidak akan berlaku padanya. Ia tahu pria hanya melakukan sesuatu yang luar biasa pada wanita yang ia cintai. Bukan pada wanita yang ia anggap sok dan sangat ia benci. Dirinya adalah salah satu wanita yang tidak memiliki keistimewaan melihat pria bersikap luar biasa untuknya. "Kau terlalu melebihkan." Emerald tidak lagi bereaksi dan keluar dari mobil Inoe menuju ke rumahnya. Ia sudah merindukan ketenangan dan tidur dengan nyaman. Akan tetapi yang dikatakan Inoe diluar dugaan justru terjadi. Edward muncul di samping pintu rumahnya dan memandangnya dengan sorot mata yang sendu. Tatapan yang sama sekali berbeda dari yang biasa iya pancarkan kala dirinya menjadi istrinya. Emerald sama sekali tidak berharap jika Edward akan seperti ini. "Tolong pergilah Edward. Hubungan kita sudah berakhir sejak surat itu sudah aku tanda tanganni." "Aku tidak bisa," jawab Edward. Emerald menarik nafas kasar. "Jadi, apa yang kau inginkan?" "Sampai kapanpun aku akan mengikutimu hingga kau mau memaafkanku," lirih Edward. Emerald mendesah tak percaya jika Edward begitu keras kepala. Sebenarnya dia memang selalu keras kepala, sifatnya itu ia tunjukkan ketika meminta cerai darinya. Jadi Emerald tahu dirinya tak cukup beruntung untuk lolos dari Edward sampai pria itu mendapatkan yang ia inginkan, "Aku memaafkanmu. Jadi bisakah kau pergi dariku?" tanya Emerald. Kenapa pria ini tidak memberinya ketenangan sedikitpun. Padahal yang ia inginkan hanyalah hidup tenang tanpa ada bayang - bayang dirinya di hidupnya lagi. Namun pria ini justru terus mengarahkan hal yang sebaliknya. Emerald sangat takut jika hatinya akan berubah. Edward tersenyum sendu. "Terima kasih." Setelah dia menjawab, Edward membalikkan badannya melangkah pergi. Kepergiannya hanya ditatap datar oleh Emerald. Dia tidak bisa lagi meminta dia masuk atau mengopi. Emerald tidak ingin terkenang oleh sikap Edward yang menyakitkan dulu. "Akh!" Buah. Sebuah suara berisik terdengar oleh Emerald. Membuatnya menuju ke tempat keributan untuk melihat apa yang terjadi. Sungguh tak disangka jika Edward terkapar tak berdaya setelah sekumpulan orang menghajarnya dan pergi dengan mobil Van hitam tanpa plat nomor. "Edward!" Pekik Emerald. Tanpa berpikir panjang Emerald menolong pria itu. Tubuhnya babak belur dengan lebam di bibir, mata dan kepala. Edward yang ditolong Emerald tersenyum tipis karena rencananya agar diperhatikan oleh Emerald berhasil. Dia sengaja menolak ucapan para penagih hutang itu agar dihajar oleh mereka. Pasti Emerald akan menolongnya dan dia bisa memanfaarkan itu untuk kembali pada Emerald. "Kau bisa berjalan kan? Ayo ke rumah, " ucap Emerald. Dia memapah Edward yang terpincang - pincang karena dihajar oleh sekumpulan pria itu. "Iya..." jawab Edward sambil meringis menahan sakit. Setelah dua tahun baru sekarang ia sedekat ini dengan mantan suaminya. Pria ini selalu menjaga jarak dari dirinya seolah ingin mengingatkan jika dunia mereka berbeda. Namun Emerald sudah tak ingin lagi memiliki harapan pada Edward. Sebab hingga kini ia tahu jika Edward mendekatinya karena sekedar materi semata. Setelah beberapa bulan, akhirnya Edward kembali ke rumah ini lagi. Rumah yang pernah ia benci tapi ia rindukan sekarang hingga berharap tinggal di sini lagi. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD