5. Hadiah Unniversary 2

1379 Words
Gea melihat sekeliling, lorong demi lorong yang dia lewati hingga kini mereka sampai di depan sebuah lift. Rendra berhenti tepat di depan lift dan menekan tombol lift tersebut, tak lupa pria itu menarik tangan Gea dan menggenggamnya erat namun lembut. Genggaman tangan yang dulunya sangat disukai oleh Gea, genggaman tangan yang selalu dia tunggu-tunggu karena tidak setiap hari mereka bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Namun kini gadis itu sendiri bahkan tidak bisa menerjemahkan bagaimana perasaannya saat ini. Ada rasa hangat, nyaman dan merasa dilindungi dengan perlakuan pria itu saat ini yang tengah memperlakukannya dengan lembut. Tapi di sisi lain Gea merasa seolah dia kini tengah menggenggam setangkai mawar penuh duri, yang mana jika dia menggenggamnya terlalu erat, maka dia takut akan terluka lebih dalam meski keindahan mawar itu membuatnya terlena dan ingin mendapatkannya lebih untuk dirinya sendiri. "Gea!" Gea langsung tersentak kaget begitu mendapati tepukan lembut pada bahunya oleh Rendra, yang mana rupanya lift di depannya sudah terbuka. Dia tidak sadar jika sedari tadi ia telah melamun. Mereka kini memasuki lift dan Rendra menekan tombol 9 pada pintu lift. Di dalam lift hanya ada mereka berdua, Gea tidak berkata apapun. Hanya membiarkan saja kecanggungan menghiasi perjalanan mereka dalam diam. Rendra juga sama sekali tidak berniat untuk melepaskan genggaman tangannya pada gadis di sampingnya, justru pria itu sesekali meremat tangan Gea saat menyadari bahwa gadis itu tengah gugup karena telapak tangannya terasa basah. Setelah sampai di lantai 9, Rendra dan Gea keluar dari lift. Kebetulan apartemennya tepat di samping lift sehingga mereka tidak perlu berjalan terlalu jauh. Lorong lantai 9 tersebut tampak sepi, Rendra membawa Gea masuk ke dalam unit apartemen miliknya setelah dia menempelkan kartu akses untuk membuka pintu apartemennya. "Ayo masuk," Namun Gea masih mematung, tidak mengikuti langkah Rendra yang tengah menarik tangannya agar mengikutinya masuk ke dalam apartemen. Gadis itu gugup, ia menoleh ke kanan kiri dan tidak mendapati seorangpun tengah berlalu lalang di lorong lantai 9 tersebut. "Kamu takut?" Gea menganggukkan kepalanya, bagaimanapun selama mereka menjadi sepasang kekasih selama setengah tahun ini Rendra sama sekali tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh padanya. Ini adalah kali pertama pria itu membawa Gea masuk ke dalam apartemen milik pria itu, yang mana bagi Gea ini adalah hal yang cukup asing baginya. Hanya berada dalam satu ruangan yang sama tanpa adanya orang lain selain mereka berdua tentu saja membuatnya agak takut akan terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan nantinya. "Aku ingin pulang saja." "Aku berjanji tidak akan melakukan hal-hal yang tidak bermoral padamu, aku tidak akan melakukan apapun yang tidak kamu inginkan. Apa kamu bisa memegang janjiku?" Gea terdiam selama beberapa saat, dia menelan ludahnya dengan susah. Sibuk berperang dengan batinnya sendiri akan keputusannya kali ini. "Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, bahkan kamu bisa memanggil polisi jika sampai aku melanggar janjiku." Suara Rendra terdengar pelan dan menenangkan Gea, hingga pada akhirnya membuat gadis itu luluh dan perlahan ikut melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen milik Rendra. "Aku akan mengambilkan makanan dan camilan untukmu." Gea tidak menyahuti apapun, dia hanya duduk dengan perasan was-was di sofa yang empuk dalam apartemen pria itu. Hanya ada satu kamar dalam apartemen ini, karena ruangan satunya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang oleh Rendra. Pria itu juga telah menjelaskan secara singkat ruangan yang ada di dalam apartemennya. "Mas, aku ingin pulang." Rendra yang mendengar perkataan Gea langsung meletakkan camilan dan juga minuman di atas meja. Pria itu lalu duduk di samping Gea, menggenggam kedua tangan gadis itu dan mengelusnya dengan lembut. "Aku tahu kamu saat ini pasti merasa takut, ada banyak pikiran yang mengganjal di benakmu. Tapi aku tidak akan bosan mengatakan berulang kali bahwa tujuanku mengajakmu ke sini murni untuk menjelaskan sesuatu hal. Aku tidak ingin melakukan hal-hal tidak bermoral padamu, karena aku tahu batasan." Rendra menjelaskannya, kedua matanya menatap dengan lekat pada pupil milik Gea. Melihat respon gadis di depannya yang hanya diam saja dan masih tampak ragu, pria itu kemudian berdiri dari posisi duduknya. Meninggalkan Gea yang saat ini hanya bisa menundukkan kepalanya dengan berbagai pemikiran yang cukup rumit di kepalanya. Gea kontan saja langsung mendongakkan kepalanya begitu dia melihat setumpuk berkas yang diletakkan oleh Rendra di atas meja. Gea hanya menatap bingung pada tumpukan berkas tersebut dan menatap Rendra beberapa kali dengan isyarat agar pria itu menjelaskan apa maksud dari semua ini. “Ini apa maksudnya mas?” Rendra lalu kembali duduk di samping Gea, pria itu membuka dokumen di depannya dan menunjukkannya di depan Gea sekalipun gadis itu tidak mengerti isi dokumen tersebut. “Aku sudah menyiapkannya sejak lama, kamu hanya perlu tanda tangan di sini dan semua aset ini akan menjadi milik kamu.” “Aset, apa lagi ini Mas? Aku sama sekali tidak mengerti.” Rendra hanya tersenyum melihat wajah kebingungan Gea, namun dia tidak marah. Pria itu justru tersenyum dan menjelaskannya secara perlahan pada gadis di sampingnya agar Gea paham tujuannya. “Ini adalah sertifikat apartemen ini, aku sengaja memberikannya untukmu sebagai hadiah anniversary. Kamu hanya perlu tanda tangan di atas dokumen ini dan mulai hari ini kamu akan menjadi pemilik apartemen ini.” Rendra tersenyum, dia lalu mengeluarkan kartu akses di dompetnya untuk dia serahkan pada Gea. “Mas hubungan kita ini …, bagaimana bisa kamu memberikan semua ini padaku sementara istri kamu ada di rumah, aku sama sekali tidak berhak atas semua ini Mas …,” Gea tidak sanggup melanjutkan perkataannya, dia mencoba untuk menenangkan dirinya agar tidak terbawa oleh emosi dalam dirinya. Bagaimana pun dia adalah seorang wanita, tentu saja dia paham bagaimana rasanya ketika seseorang yang menjadi pasangan kita ternyata telah melakukan hal yang sejauh ini demi wanita lain, sekali pun wanita itu adalah dirinya sendiri. “Gea, berhenti memikirkan hal itu. Semua itu biarlah menjadi masalahku. Kamu jangan memikirkannya, aku melakukan semua ini karena memang untuk menunjukkan ketulusanku. Ini juga adalah hadiah anniversary kita yang ke-6 bulan. Meski hubungan kita belum terjalin begitu lama, tapi aku yakin dengan kamu Gea. Jika kamu takut dengan status hubungan kita saat ini, aku juga bersedia menikahimu kapan pun kamu mau.” Gea yang mendengarkan perkataan Rendra hanya bisa membuka bibirnya dan ternganga tidak percaya. Jika satu bulan yang lalu pria itu mengatakan hal ini padanya, maka Gea dengan senang hati akan menerima pria itu dan langsung memeluknya erat tanpa pikir panjang. Namun untuk saat ini, Gea harus memikirkan perkataan pria itu ratusan kali. Karena hal ini bukan hanya sekedar tentang dia dan Rendra, karena ada wanita lain di luar sana yang akan jauh lebih terluka lagi jika Gea salah melangkah dalam hubungan ini. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa dengan dia masih bersama dengan Rendra saat ini juga adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Gea menggelengkan kepalanya, “jika dulu aku tanpa pikir panjang akan langsung mengiyakan permintaan kamu ini Mas, tapi sekarang aku tidak bisa. Kumohon jangan letakkan aku dalam posisi sulit seperti ini, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang dan tanpa masalah yang rumit seperti ini.” Gea mengalihkan pandangannya, dia sebisa mungkin menengadahkan kepalanya ke atas agar air matanya tidak lagi menetes untuk yang kesekian kalinya. Gadis itu menggenggam ujung bajunya hingga kusut, sebisa mungkin menekan perasaannya yang berkecamuk tak karuan. Rendra yang melihat Gea tengah menangis dalam diam langsung saja menarik Gea ke dalam pelukannya, pria itu mengecupi pucak kepala Gea dengan penuh kasih sayang. “Maaf, aku sama sekali tidak berniat membuat kamu berada dalam posisi ini, tapi apakah salah jika aku ingin bersikap egois dengan tidak ingin melepaskan seorang wanita yang aku cintai? Apakah aku salah karena jatuh cinta pada wanita lain selain istriku? Aku sendiri bahkan tidak bisa mengontrol perasaanku untuk itu.” Gea yang mendengarkan perkataan Rendra kini tidak sanggup lagi untuk menahan tangisannya. Air matanya luruh begitu saja, rasanya sesak karena ia entah mengapa juga merasa bahwa perasaan mereka sebenarnya tidak salah, hanya saja perasaan ini datang dan muncul di waktu yang tidak tepat. Saat pria itu masih bersama dengan wanita lain. “Aku hanya punya satu permintaan, tolong lepaskan aku Mas. Aku tidak akan meminta kamu untuk meninggalkan istrimu apapun yang terjadi, karena di sini akulah orang yang salah karena telah masuk ke dalam hubungan kalian dan menjadi orang ketiga.” Dengan bibir yang bergetar dan juga perasaan yang hancur berkeping-keping Gea memberanikan diri untuk mengucapkan kata yang sangat sulit untuk dia rangkai hingga pada akhirnya kini telah berhasil dia ucapkan dengan terbata-bata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD