"Mau kemana?" tanya Zyan mengintimidasi.
Freya melepaskan pandangannya, melihat ke sembarang arah. "Ke acara Gala dinner sekaligus malam penghargaan dari perusahaan Next Star." Tanpa bertanya kemana Zyan akan pergi, Freya lalu bergerak berniat berjalan turun ke bawah.
Baru juga dua langkah, kaki Freya terhenti bergerak akibat tangannya yang di tarik oleh Zyan. "Aku antar," ucapnya.
"Makasih, tapi enggak perlu. Aku bawa mobil sendiri. Lagi pula kamu juga harus pergi kan?" Menampilkan senyum palsu yang terlihat sangat natural. Kemampuan Freya memang tidak perlu di ragukan lagi dalam berakting.
"Kita satu tujuan. Dan sepertinya kamu melupakan sesuatu." Zyan melepaskan tangan Freya. Wajahnya tak kalah tenang dari Freya, jauh berbeda dengan beberapa saat lalu.
Dahi Freya sedikit berkerut, belum memahami maksud kata kata terakhir yang Zyan ucapkan. Dia tidak bersuara, hanya menggerakkan sedikit wajahnya, seolah bertanya 'apa' pada Zyan.
"Aku rasa di undanganmu tertulis namaku juga. Sama seperti di undanganku yang menyebutkan nama kamu."
Ok. Baiklah, sampai sini Freya paham. Dia memang belum melihat secara langsung undangan Gala Dinner itu, tapi sepertinya Freya baru mengingat pesan suara yang dikirimkan Gista beberapa jam yang lalu. Yang mengatakan bahwa dirinya harus datang bersama sang suami kontrak tercintanya. Karena acara itu merupakan kerjasama yang di lakukan pihak perusahaan Next Star dan ZE Entertainment.
Lagi pula, Freya dan Zyan juga masuk dalam kategori 'Pasangan romantis terfavorit tahun 2020' karena keberanian keduanya yang memilih untuk menikah secara tiba tiba dengan pesta yang dahsyat dan tentu saja suasana romantis yang berhasil mereka ciptakan, serta beberapa kali keduanya tampil bersama yang berhasil terekam media karena perlakuan khusus yang Zyan dan Freya tunjukkan, tentu saja itu semua palsu.
Haah... Freya menghela napas kasar. Mengatur moodnya agar tak berantakan. Meski pun dirinya sudah sangat muak untuk kejadiaan hari ini, tapi sepertinya sudah tidak ada celah lagi untuknya menolak.
"Bencana apa lagi yang akan aku terima malam ini, ya Tuhan," gerutu Freya sambil berjalan.
Zyan bisa mendengarnya dengan jelas. Ia tersenyum puas melihat Freya yang seperti tersiksa untuk pergi bersamanya. Dengan langkah lebar, Zyan mengikuti pergerakan Freya dari belakang. Memperhatikan perempuan yang tidak di cintainya itu dari jarak yang cukup dekat.
'Cih, bahkan penampilannya selalu terlihat elegant. Tapi tidak dengan kelakuannya saat menjadi istri. Selalu membangkang dan berani melawanku. Jauh berbeda dengan Mitha-ku,' batin Zyan mencemooh Freya.
Keduanya telah berada di dalam Mercedes Benz Maybach seri terbaru milik Freya yang menjadi salah satu hadiah yang di berikan oleh Zyan di hari pernikahannya, tentu saja dengan harga yang fantastis bahkan mengalahkan harga Maserati milik Freya. Mobil yang baru pertama kali Freya tumpangi karena selama ini dirinya tidak ingin menggunakan semua fasilitas pemberian Zyan setelah menandatangani kontrak pernikahan itu.
"Pakailah mobil ini kedepannya. Aku membelikannya untukmu," ucap Zyan dengan nada bicara yang datar. Tatapannya fokus kedepan. Menikmati perjalanan dari bangku belakang yang di kendarai oleh sekretaris pribadinya. Siapa lagi kalau bukan Samuel.
Freya sebenarnya malas untuk menyahut. Ia lebih memilih untuk memandangi jalanan yang di padati kendaraan di bawah langit orange kemerahan. Baginya, mendengarkan suara klakson yang saling bersautan lebih asyik dari pada mendengar suara Zyan. Tapi, jika tidak di ladeni, Zyan akan bersikap semakin memuakkan dan tentu akan merugikan hati Freya yang pasti terkuras karena emosi.
"Aku lebih suka memakai barang milikku, mas. Maserati-ku masih layak pakai kok. Lagi pula, aku mana berani mengendarai mobil semahal ini. Rasanya bebanku semakin berat," sindirnya secara halus.
Tentu saja Freya berbohong. Bahkan mobil milik orang tuanya saja lebih mahal dari mobil yang di naikinya saat ini. Dan Freya sangat suka mengendarainya, bahkan mobil itu bisa berpindah tangan jika dirinya mau. Hanya meminta pada Frans dan sudah di pastikan hari itu juga mobil itu akan menjadi miliknya. Tapi Freya tidak suka meminta, apa lagi menerima pemberian begitu saja. Kecuali hadiah dari para fansnya yang selalu di simpannya di dalam ruangan khusus di apartemennya.
"Cih, berpura pura menolak rupanya," cibir Zyan dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.
Freya tersenyum manis, iris hazel miliknya menatap lekat wajah Tampan Zyan dalam balutan Tuxedo berwarna senada dengan yang di kenakannya. "Sebenarnya aku enggak menolak mas. Tapi karena aku terlalu takut untuk mengemudikannya. Pasti akan sia sia saja. Sepertinya mobil ini bisa kamu berikan untuk Mitha. Dia pasti dengan senang hati akan memakainya setiap hari. Lagi pula, sudah sewajarnya kan mobil ini bertemu dengan pemiliknya yang tepat."
Raut wajah Zyan seketika berubah. Laki laki itu menatap sangat tidak suka pada Freya. Bahkan Samuel yang sedang fokus menyetir pun terlihat waspada, menatap dari dalam kaca spion tengah. Khawatir dengan apa yang akan di lakukan sang bos pada Freya yang secara lantang menyuarakan penolakannya.
"Beraninya kamu mengatakan itu! Kamu pikir Mitha akan menerima barang bekas? Hah?" geramnya.
Sebelum menjawab pertanyaan Zyan. Terlebih dahulu Freya ingin menanyakan sesuatu pada Samuel. Sepertinya untuk memudahkannya menjawab pertanyaan Zyan.
"Samuel," panggilnya.
"Ya, Nyonya Muda," sahut Samuel sopan.
"Ku dengar, kamu pernah memiliki tunangan. Benarkah?" tanya Freya memancing ekspresi Samuel.
Mau bagaimana lagi, karena mendapatkan pertanyaan langsung dari istri Tuan Mudanya, Samuel tentu harus menjawab.
"Benar, Nyonya." Menganggukkan kepalanya.
Freya ikut menganggukkan kepalanya, "Apa kamu pernah memberikannya barang barang mewah? Atau semacam hadiah spesial mungkin," sambungnya bertanya kembali.
Dengan yakin Samuel menggelengkan kepalanya. Membuat Freya tersenyum cerah. "Karena kamu enggak mencintainya kan? Dan kamu hanya akan memberikan itu pada perempuan yang benar benar kamu cintai dan mencintaimu, bukan?"
Kali ini Samuel menganggukkan kepalanya. Entah kenapa Samuel seperti terhipnotis dengan suara Freya, hingga memudahkannya untuk menjawab semua pertanyaan yang di ajukan Freya.
"Good. Itu artinya, kamu enggak akan sembarang menghamburkan uang hanya untuk memberi hadiah pada perempuan yang enggak kamu cintai kan?"
"Tentu saja, Nyonya. Karena menurutku itu hanya membuang waktu saja. Berpura pura juga tidak akan menyelesaikan masalah," tutur Samuel yang langsung memantik kekesalan Zyan.
"Cukup, Sam." Suara Zyan terdengar begitu mencekam.
"Maafkan, aku Tuan." Menundukkan kepalanya menyesal.
Bibir Freya semakin melebar sempurna. Ia bahkan bahagia bisa melihat kekesalan suaminya. 'Jangan pikir aku enggak akan bertindak mas. Aku akan membuatmu menyesal dan berlutut di hadapanku. Setelah itu aku akan membuatmu merasakan bagaimana di campakkan, enggak di pedulikan, sakit hati, dan semua yang aku rasakan saat ini akan kamu rasakan,' batin Freya.
"Jika menurut kamu, Mitha-mu itu enggak suka menerima barang bekas? Kenapa dia mau di jadikan simpanan laki laki yang sudah beristri? Bahkan tinggal di tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggal istri sahnya. Bukankah itu lebih dari pada barang bekas?"