“Tante pikir tadi Vera.” “Oh … bukan,” sahut Rendra yang sudah berdiri berhadapan dengan sang tante. Napas pria itu terhembus perlahan. “Ini Naira, temanku.” Rendra bisa melihat bola mata sang tante yang sedang bergerak menyisir tubuh Naira. Memperhatikan penampilan perempuan yang berdiri di sampingnya. “Na—” “Kamu mau ke tempat mas Pras, kan?” Naira mengerjap. Tangan yang sudah setengah terangkat kembali turun ketika perkenalannya ditolak oleh perempuan yang Rendra panggil tante. Naira mengangkat dagu—memperhatikan sosok perempuan yang dari penampilan terlihat seperti para sosialita dengan perhiasan besar yang membuat silau mata siapapun yang melihat. Oh … orang dari kasta brahmana yang tidak mau berkenalan dengan kasta rendahan seperti dirinya. Tanpa sadar Naira tersenyum kecut. Dal