Rendra menggelengkan kepala sambil terkekeh. Dia baru saja mengakhiri sambungan telepon dengan Naira. Sebenarnya, Rendra hanya sekedar bicara saja ketika Naira menawarkan pijatannya. Jika memang Naira membutuhkan uang lagi, dia pikir Naira pasti akan menerima tawarannya. Malam ini. Lo sudah gila, Ren?—batin pria itu sambil mengurangi tekanan kaki pada pedal gas, ketika melihat lampu di depannya menyala merah. Rendra sudah mengantarkan Renata pulang ke apartemen wanita itu. Hubungannya dengan Renata sebenarnya belum terlalu jauh. Memang benar, kedua belah keluarga menjodohkan mereka, dan Rendra serta Renata sama-sama tidak keberatan. Jari tangan Rendra mengetuk-ketuk benda bundar di depannya. Sepasang alisnya berkerut. Entah mengapa dia merasa nyaman dengan Naira. Tidak munafik, dia meman