“Mata lo buta, ya?” Naira tidak bisa marah sekalipun kata-kata yang terlontar untuknya begitu kasar. Naira sadar, dia lah yang bersalah kali ini. Murni salahnya sekalipun dia tidak sengaja. Oh … Naira meringis melihat wajah pria di depannya merah padam. “Maaf … sakit, ya?” Ough … Naira tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh Tama. Untuk menegakkan tubuh saja dia tidak mampu. Rasanya tidak hanya sakit, tapi juga nyeri bercampur ngilu. Pria itu menahan ringisan. “Ada apa, Na?” Mina yang mendengar suara teriakan dari luar langsung melipir dari balik meja kasir, lalu berlari ke luar. Dipikirnya sang teman yang terluka, tapi ternyata … Mina menoleh ke arah Naira yang sedang membungkuk meminta maaf. “Sial.” Tama mengumpat. Pria itu mencoba meluruskan punggung. Naira yang melihat Tama ke