Saat ini mereka semua sedang melaksanakan ujian nasional. Geri sudah belajar tadi malam dan tadi malam adalah pertama kalinya ia belajar. Karena saat SD dulu sewaktu ujian nasional ia pun juga tidak belajar. Kali ini ia belajar dan berusaha sebisa mungkin untuk mengerjakan soal-soal ujian nasional agar setidaknya nilainya mampu mengimbangi nilai Gale untuk masuk ke sekolah yang akan dimasuki oleh Gale yaitu SMA Garuda. Ya, Gale akan bersekolah lagi di Yayasan Garuda. Namun untuk masuk ke sana sangat susah karena tidak hanya kaya tapi siswa-siswi terpilihnya haruslah pintar. Maka dari itu Geri menjadi tidak yakin apakah ia bisa masuk atau tidak.
"Gila ya hari pertama ini pusing banget deh gua. Soalnya susah buat gua mengerti." ujar Malik yang ribut sendiri setelah menyelesaikan hari pertama ujian nasional. Mereka masih berada di lingkungan sekolah juga sekarang..
"Itu mah karena Lo ga belajar kali Lik. Tapi sama aja deh Lik. Gua udah belajar tapi tetep aja gua juga ga bisa tadi. Lo gimana Ger?" tanya Agus.
"Sama, gua juga susah buat ngerjain." jawab Geri yang sebenarnya sekarang sedang overthingking karena ia tidak yakin bisa masuk ke SMA Garuda. Ia menatap Gale yang baru saja keluar dengan teman-temannya. Berbeda dengan dirinya yang sedang memikirkan betapa susahnya soal tadi, Gale malah terlihat membahasnya dengan teman-temannya yang satu circle dengannya. Tentunya mereka yang merupakan anak pintar di SMP Garuda ini.
Lo bisa dengan tenang ngelewatin ini semua Gale. Ya iya lah Lo bisa karena soal-soal tadi udah jadi makanan Lo setiap hari, apalagi Lo anak olimpiade. Pasti soal tadi mudah buat Lo. Tapi buat gua enggak, soal ini susah banget. Kayaknya gua ga bisa satu sekolah lagi sama Lo. Gua mulai ga yakin sama diri gua sendiri Gale. Batin Geri menatap kepergian Gale tersebut.
Padahal Gale pun juga sudah berusaha mati-matian untuk ujian nasional ini. Tadi malam ia hanya berada di kamarnya saja, ia belajar hingga larut. Satu hal yang tidak pernah ia lakukan selama ia hidup, bahkan belajar pun ia tidak pernah. Namun untuk ini ia melakukannya, ini semua karena ia ingin membuktikan kepada Mama dan Papanya bahwa ia bisa masuk ke sekolah yang sama dengan Gale lagi meskipun ia tidak berprestasi di bidang akademik. Sebenarnya ia menyayangkan yayasannya karena yang dilihat hanya siswa-siswi yang memiliki prestasi akademik. Seharusnya yang non akademik juga dilihat. Agar orang-orang seperti dirinya punya kesempatan.
Sebenarnya sudah sangat lama Geri ingin memprotes ke sekolahnya karena seharusnya yayasan sekolahnya ini juga memberi beasiswa pada anak berprestasi di bidang non akademik tidak hanya di bidang akademik saja. Jika saja SMA Garuda nanti memberikan beasiswa untuk bisa masuk dan bersekolah di SMA Garuda lewat jalur beasiswa non akademik Geri pasti bisa masuk. Sayang sekali, sekolahnya ini masih terlalu pilih kasih, sama seperti yang dilakukan oleh Mama dan Papanya kepada dirinya sebagai anak mereka.
"Duh kalo kayak gini sih gua ga yakin bisa lanjut sekolah ke SMA Garuda. Padahal itu impian semua anak yang sekolah di SMP Garuda." ujar Malik.
"Iya bener, jadi insecure dah gua tuh ngelihat soal tadi terus di temuin sama otak gua. Bener-bener ga bisa deh saling sapa pun, otak gua menolak menerima soal-soal itu." jawab Agus dan itu juga yang dirasakan oleh Geri.
"Gimana kalo kita belajar bareng? Tinggal tiga mata pelajaran lagi kan jadinya gimana kalo kita belajar bareng-bareng di rumah gua?" tanya Malik menawarkan kepada mereka karena jika dipikir-pikir selama tiga tahun mereka kenal ini mereka juga belum pernah belajar bersama padahal mereka masih pelajar. Jadi ia menawarkan kepada dua temannya itu.
"Tapi ga ganggu keluarga Lo Lik? Nanti takutnya malah kita rame dah terus keluarga lo jadinya kan keganggu sama kita semua." tanya Agus dan Malik menggeleng.
"Enggak kok, santai aja lah. Gimana? Lo gimana Ger?" tanya Malik lagi.
"Gua ikut Lo pada aja deh." ujar Geri, lagi pula mau ia di rumah atau tidak pun Mama dan Papanya juga tidak akan perduli kepada dirinya. Yang mereka lihat hanyalah Gale, yang akan mereka tanya 'bagaimana hari ini?', 'apa yang terjadi hari ini?' juga selalu Gale dan tidak akan pernah berubah jadi dirinya. Mau Geri berusaha segimana pun ia akan tetap kalah dari Gale menurut orang tuanya. Penyebabnya hanyalah satu, karena ia dari dulu tidak pernah pintar.
"Okay deh kalo gitu mulai jam tiga aja kali ya. Sekarang balik dulu aja yok. Siap-siap sambil rileks dulu lah. Jangan di bawa tegang, yang penting kan kita udah berusaha semaksimal mungkin juga. Masalah hasil itu udah diatur sama Tuhan, yang penting kita udah usaha keras." ujar Malik itu.
Semua itu ga berlaku buat Mama dama Papa gua Lik, mereka ga perduli sama usaha gua, mereka ga perduli sama proses yang gua lakukan untuk ini. Mereka berdua cuma peduli sama hasil yang nantinya akan gua capai. Dan hasil itu harus sesuai dengan apa yang mereka inginkan, kalo ga ga tahu deh gu bakalan diapain sama mereka. Terutama Papa. Batin Geri yang tak ia katakan pada siapa-siapa. Sampai sekarang ia masih menyimpan hal ini sendiri, ia tak mau orang lain mengetahu bahwa dirinya sebenarnya hidup dalam sebuah neraka.
Mereka pun akhirnya berpisah, Geri pergi ke belakang sekolah untuk mengambil motornya. Ya, lagi-lagi ia berangkat ke sekolah dengan motor sendiri. Ia pun sekarang sudah berada di perjalanan menuju ke rumahnya. Meski ia tidak tahu apakah di rumahnya ada Mama dan Papanya atau tidak. Karena jika ada, mungkin ia akan di caci maki lagi karena pergi ke sekolah menggunakan motor. Sekarang ini Geri sudah sampai di rumahnya, ia dapat melihat bahwal mobil Gale belum ada di rumah. Itu artinya Gale masih di luar. Namun ia tidak beruntung karena mobil Mama dan Papanya semuanya ada di rumah, jadi bisa dipastikan bahwa mereka berdua sekarang ada di rumah.
Rasa sakit apa lagi kali ini? Batin Geri sembari bersiap masuk ke dalam rumahnya yang mungkin akan menjadi neraka yang sangat panas baginya.
Geri sudah masuk ke dalam rumahnya, ternyata Mama dan Papanya sedang ada di ruang tamu yang mana mereka bisa melihat Geri masuk. Mereka sudah menatap Geri dengan pandangan tanpa kasih sayang.
"Geri, sini Papa mau ngomong sama kamu." ujar Papa Geri kepadanya. Geri pun mendekati Papanya meskipun ia tahu ia hanya akan disakiti lagi.
"Kamu tahu, Papa tidak pernah mengijinkan kamu berangkat menggunakan motor. Kenapa kamu masih saja berangkat dengan motor Geri. Kamu tidak mendengar Papa?" tanya Papa kepada Geri dan Geri hanya diam.
"Kamu tidak jawab? Kamu bisa di ajak berbicara atau tidak Gerireo!" teriak Papanya sembari sekarang sedikit mendorong Geri ke belakang.
"Geri bisa diajak berbicara. Geri lebih suka berangkat dengan motor Geri. Lagi pula Geri ga ketahuan juga di sekolah." ujar Geri kepada Papanya itu.
"Kamu itu masih aja ngeyel ya sama Papa. Ga pernah dengerin Papa ya kamu Geri. Anak nakal kayak kamu mau jadi apa? Kenapa kamu tidak bisa seperti Gale menjadi anak baik-baik?" tanya Papanya setelah menampar Geri. Ya, kali ini Geri di dorong dan di tampar oleh Papanya dan Mamanya hanya diam saja karena Mamanya tidak perduli kepada dirinya sama sekali.
"Geri permisi." ujar Geri kepada Mama dan Papanya tanpa menjawab pertanyaan Papanya tentang dirinya apakah bisa menjadi seperti Gale atau tidak. Jika ia bisa menjawab ia ingin rasanya menjawab sembari berteriak bahwa ia sama sekali tidak bisa menjadi Gale. Karena Gale ya Gale dan dirinya adalah dirinya. Ia dan Gale memang kembar tapi mereka sangat berbeda.
"Gale, kamu harus belajar yang rajin. Ingat kamu harus satu sekolah lagi dengan Gale. Papa ga mau kamu dan Gale terpisah sekolahnya." ujae Papa.
"Kalo gitu kenapa kok ga Gale aja yang ikut Geri buat sekolah kemana pun yang Geri bisa masuk? Kenapa harus selalu Geri yang ngikutin Gale? Kenapa Pah? Mama dari tadi diam aja, Mama bisa jawab pertanyaan Geri ga? Kenapa selalu Geri yang dipatahkan?" tanya Geri kepada mereka berdua.
"Kamu itu sadar tidak Geri? Jika Gale yang ikut kamu, mau jadi apa Gale nanti. Cukup kamu saja yang seperti ini Papa ga akan biarin Gale tidak memilki masa depan seperti kamu ini. Gale pintar dan dia bisa masuk ke sekolah impian. Jelas saja kami mau kamu mengikuti jejaknya. Jika Gale yang mengikuti jejak kamu, mau jadi apa dia?" ujar Papanya kepada Geri tersebut.
"Papa kamu benar Geri, kamu harus lulus dengan nilai yang mampu untuk masuk ke SMA Garuda. Jangan malu-maluin keluarga." ujar Mamanya membuat Geri langsung pergi ke kamarnya, ia tak lagi mendengar apa pun perkataan dari Mama dan Papanya itu. Lagi-lagi hatinya patah untuk kesekian kali. Robekan itu sangat dalam hingga membuat dirinya kesulitan bernapas.
Emangnya masa depan gua suram ya? Enggak kan? Gua masih bisa memperjuangkan masa depan gua. Memilih masuk ke dunia musik bukan berarti masa depan gua suram. Banyak yang akhirnya sukses di jalur ini. Ga melulu harus dengan bidang akademik kita bisa mendapatkan masa depan yang bagus. Tapi semuanya ga berguna buat Mama sama Papa. Batin Geri.
Jujur saja sekarang ini Geri merasa insecure lagi, ia juga overthingking karena Mama dan Papanya terus menerus memaksa agar dirinya bisa satu sekolah lagi dengan Gale. Dan itu sangat susah untuk ia raih dengan kapasitas otaknya yang hanya begini-begini saja. Bahkan ia tak pernah masuk ke seratus besar di sekolahnya meskipun Gale selalu menjadi rangking pertamanya. Ya emang sebanyak itu perbedaan antara dirinya dan Gale.
Kini Geri tampak mengambil beberapa bukunya dan ia juga berganti baju. Rencananya ia akan langsung pergi ke rumah Malik saja meskipun ini masih pukul dua. Namun ia sudah tidak kuat lagi berada di rumah neraka ini.
Ia sudah membawa tasnya dan kini ia keluar dari kamarnya. Saat keluar dari kamar ia bertemu dengan Gale yang sepertinya baru saja pulang.
"Mau kemana Lo? Besok Lo masih ujian jangan ngelayap Ger. Belajar yang bener biar Lo bisa masuk ke SMA Garuda." ujar Gale pada Geri juga.
"Bukan urusan Lo, kenapa ga Lo aja yang ikut gua ke sekolah lain? Ga berani kan Lo? Cemen Lo!" tanya Geri sembari tersenyum meremehkan.
Sekarang ini Geri sudah pergi dari sana meninggalkan Gale yang tadi hanya diam saja dan ia tak menjawab Geri karena Gale tidak tahu harus menjawab apa. Lagi pula menurutnya Geri gila jika mengajaknya sekolah ke sekolah lain karena ia tidak mungkin melakukan hal itu mengingat dirinya sudah pasti terjamin di SMA Garuda yang merupakan salah satu sekolah terbaik. Ia tak mungkin pergi dan mencari sekolah lain yang pastinya akan lebih rendah levelnya dari SMA Garuda. Bagaimana pun juga masa depannya tidak boleh hancur karena ia harus berhasil dalam kehidupannya ini.