Hal Tak Terduga

1155 Words
Zikir di pagi hari menjadi rutinitas Celyn selepas menjalankan ibadah sholat subuh. Ingatan akan ucapan Monica terus terngiang-ngiang di kepalanya. Memang bekerja sebagai WO tidak setiap hari, tetapi penghasilannya bisa mencukupi kehidupannya. Selain itu, ia juga parttime sebuah perusahaan mobil dan motor yang menggelar event. Celyn merogoh sakunya ketika mendengar notif pesan masuk. Jojo : Celyn jam delapan datang ke event ya. Aku sudah mengatakan ke yang lain kalau kamu perwakilan dari brand kami. Semangat bekerja, pokoknya harus gol lagi penjualan kali ini. Celyn tersenyum, ia bahagia karena selalu mendapatkan pekerjaan yang tak terduga. Ia lalu mempersiapkan dirinya untuk datang ke event. Tepat pukul delapan kurang sepuluh menit, Celyn sudah berada di lokasi dengan motornya. Beberapa orang yang pernah bekerja sama dengannya pun langsung menyambutnya dengan baik. "Celyn," panggil Jojo. "Kali ini target satu orang tiga mobil," bisik Jojo. "Apa, yang benar saja. Terjual satu mobil saja kadang sulit," ucap Celyn yang merasa ragu dengan kemampuannya. "Pokoknya kita harus menang di event sekarang. Liat brand mobil lain sudah siap dengan si pemburu uang," tunjuk Jojo. Celyn menoleh ke sisi kirinya, terlihat banyak SPG yang siap mempromosikan brand mereka. Celyn mengganti pakaiannya dengan seragam yang sudah di sediakan. Sedikit make up ia poleskan di wajahnya agar terlihat menarik, customer untuk bersaing dengan SPG event lainnya. Ia berdiri di dekan stand mobil, tanpa ia sadari di seberang Celyn berdiri terlihat seorang wanita yang memperhatikannya dari kejauhan. "Celyn, ternyata benar kamu," ucap Mita. Celyn menoleh dan mendapati Mita berdiri disampingnya, menyapanya dengan lembut. "Hai, Bu Mita. Apa kabar?" "Kabarku baik, kamu sendiri? Oh iya kamu jadi SPG event di sini?" tanya Mita melihat seragam yang Celyn kenakan seperti SPG yang lainnya. Celyn menyunggingkan senyum lalu memberikan brosur ke tangan Mita. "Siapa tau mau beli mobil." Mita menerima brosur yang di berikan Celyn. Ia juga mengambil brosur yang ada di tangannya lalu diberikan kepada Celyn. "Mungkin kamu juga membutuhkan pinjaman. Aku akan memberikan bunga yang rendah untukmu." Setelah mengatakan itu Celyn dan Mita tertawa bersama, mereka merasa apa yang mereka lakukan itu konyol. "Tunggu sebentar ya," ucap Celyn ketika melihat pelanggan yang sedang memperhatikan mobil di dekatnya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Melihat Celyn sibuk melayani tamunya. Mita lalu kembali ke standnya dan mulai menyebar brosur dan memberi pelayanan dengan lembut. Jam dua belas siang, rekan Celyn bergantian beristirahat dan membeli makanan. Mita yang melihat hal itu sengaja menghampiri Celyn dan ingin mengajaknya makan siang bersama. "Apa kamu sudah selesai?" ujar Mita. Celyn mengangguk, mengiyakan ucapan Mita. "Ayo kita makan," sambungnya. "Tunggu sebentar." Celyn mengambil dompet serta ponselnya. Mereka berjalan bersama untuk mencari makan siang. Satu persatu mereka melewati penjual makanan. Celyn dan Mita terlalu bingung mencari makanan yang mereka ingin makan. "Kamu mau makan apa?" tanya Mita. "Bakso sepertinya enak," jawab Celyn sembari melihat-lihat di sekitar. "Bakso di sana sepertinya enak, kita ke sana, yuk!" Di sini lah mereka berada, kedai bakso yang sebelumnya belum pernah mereka datangi. Sembari menunggu bakso yang mereka pesan datang, Mita mengajak Celyn untuk berfoto bersama. "Bagaimana hasilnya, bagus enggak?" "Bagus, sebentar aku kirim dulu ke calon suamiku," ujar Mita. Seketika Celyn diam, ia merasa tidak suka ketika fotonya malah di sebar ke orang lain. "Oh iya, jangan panggil aku Bu terus. Panggil saja Mita. Sepertinya usia kita juga sama. Berapa usiamu?' "Dua puluh lima tahun." "Wah, seusia sama Arvan dong. Ternyata aku yang lebih muda darimu." Celyn tersenyum kaku, ia merasa Mita mulai menghilangkan jarak anatara mereka. "Apa kamu sakit?" tanya Celyn ketika melihat mita mengkonsumsi obat sebelum makan. "Hm ... aku harus mengkonsumsi obat selama enam bulan." "Semoga lekas sembuh. Oh iya, berapa memangnya usiamu?" "Dua puluh tiga. Masih muda bangetkan," ungkap Mita sembari tertawa. "Sebenarnya aku belum mau menikah, tapi melihat Arvan yang serius jadi aku memilih menikah muda." "Baguslah, kalian bisa pacaran setelah menikah." "Tapi--" Mita menghentikan ucapannya, seperti ada sesuatu yang ingin ia utarakan, tetapi terlalu sulit untuk katakan. *** Selesai makan siang Celyn dan Mita kembali ke pekerjaan masing-masing. "Keren sudah dapet dua pelanggan," bisik Jojo. "Benarkah, dua orang itu jadi beli mobil?" tanya Celyn terkejut mendengar penuturan sahabatnya itu. "Hm, tinggal satu lagi biar kamu dapet banyak bonus." Celyn begitu bersemangat, ia mulai menyapa para tamu yang baru saja datang dan mempromosikan brand mobil mereka. Mata Celyn menangkap seorang pria paru baya yang sedang melihat-lihat ke arah mobil sport. Ia melihat ke sekeliling, tidak ada SPG yang menyambutnya dengan baik. Jika di lihat, pria paru baya itu hanya memakai kaos berwarna putih berukuran jumbo serta celana pendek dan sendal ceplek. "Mereka terlalu pilih-pilih customer," batin Celyn. Ia lalu menghampiri pria tersebut dan menyapanya. "Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya batu?" Pria paru baya itu tersenyum menatap Celyn lalu memperhatikan mobil sport berwarna hitam. "Berapa harga mobil itu?" tanyanya. Celyn kemudian memberikan brosur dan menjelaskan setiap detail mobil yang dipilih oleh pria tersebut. SPG yang lain terlihat saling berbisik ketika Celyn dengan cekatan menjelaskan produk mereka. "Berapa lama kamu kerja di sini?" tanya pria paru baya itu tanpa menoleh ke arah Celyn sedikitpun. "Aku hanya karyawan freelance, Pak. Tapi Bapak tenang saja, saya sudah memahami semua produk kami yang ada di sini." "Oke," ucapnya berlalu meninggalkan Celyn begitu saja. "Terima kasih sudah berkunjung." Jojo yang melihat hal itu segera menghampiri Celyn, merangkul pundaknya. "Sabar, lain kali harus liat-lihat dulu kalau mau menjelaskan setiap produk kepada orang lain. Dari penampilan saja sudah terlihat jika dia tidak memiliki uang." "Hus, jangan menilai orang lain dari penampilannya. Aku ke toilet dulu," sela Celyn memberikan brosur kepada Jojo. Lima menit kemudian Celyn keluar dari toilet. "Celyn, ayo buruan jalanya. Ada orang yang mencari kamu," ucap rekan wanita dengan terburu-buru. "Mencariku, siapa?" "Entahlah, katanya tadi kamu bicara sama Pak Surya," jelasnya. Langkah Celyn terhenti ketika Jojo tiba-tiba saja muncul di hadapannya. "Apa anda yang menawari Pak Surya untuk membeli mobil sport?" tanya lelaki yang mengenakan setelan jas hitam. "Pak Surya yang mana? Aku tidak kenal dengan orang yang bernama Pak Surya," ucap Celyn karena dia sendiri tidak tahu siapa pria yang bernama Surya. Pria itu lalu membuka ponselnya dan menunjukan foto pria paruh baya yang menanyakan harga mobil sport kepada Celyn. "Ah, Kakek itu ... oops! Saya hanya menjelaskan kelebihan mobil sport yang ia lihat, itu saja." "Siapkan berkasnya karena Pak Surya ingin membeli mobil itu," jelasnya. Celyn benar-benar terkejut mendengar hal itu, apa lagi mobil yang di pilih oleh Pak Surya adalah mobil dengan harga yang mahal. "Ini serius, Pak?" tanya Jojo yang masih tidak percaya ada yang membeli mobil sport mereka. "Iya Pak. Menurut Pak Surya, dia puas dengan pelayanan yang di berikan oleh Nona ini," tunjuknya. Jojo tersenyum penuh kegirangan, dengan gembira ia menggoncangkan tubuh Celyn yang masih syok. Jojo lalu mengajak kedua pria tersebut untuk melengkapi dokumen akte jual beli. Celyn duduk di kursi yang tersedia di sana. ia masih tak menyangka jika pria paru baya yang ia temui adalah orang berada dan seorang bos besar. "Mimpi apa aku semalam. Ya Tuhan, terima kasih banyak," batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD