Gaun Pengantin

1155 Words
Celyn begitu bahagia karena ia mendapatkan bayaran serta bonus yang lumayan tinggi. Selesai event Celyn meminta izin pulang lebih dulu karena ia tidak ikut acara di kantor tersebut. Ketika melewati pintu keluar ia bertemu dengan Arvan yang berdiri disana. Ingin menyapa tapi segan, akhirnya Celyn hanya menunduk ketika Arvan menatapnya. "Celyn, tunggu," panggil Arvan. Celyn menoleh, membiarkan Arvan berjalan ke arahnya. "Apa kamu mencari Mita, dia sepertinya sudah pulang," tutur Celyn. "Tidak, aku mencarimu," jelasnya. "Aku harap kamu tidak mendekati Mita, karena aku tidak suka tunanganku berteman dengan orang sepertimu," sambungnya berlalu meninggalkan Celyn. "Tunggu, maksudmu apa?" tanya Celyn. "Apa aku harus menjelaskan lagi jika aku tidak suka kau dekat dengan Mita," jawabnya. Celyn hanya diam ketika Arvan berlalu berjalan melewatinya begitu saja. Sepeninggal Arvan, Celyn lalu memakai helm dan menjalankan motornya. Celyn benar-benar memikirkan apa yang dilakukan oleh Arvan terhadapnya. Ia benar-benar tidak paham kenapa Arvan bersikap seperti itu kepadanya. Sebelum kembali ke rumah, Celyn membeli nasi goreng yang tak jauh dari rumahnya. Sesampainya di rumah Celyn lalu mengunci pagar rumahnya. "Eh Celyn udah datang," sapa Mira yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya. "Mamah, kok Mamah bisa ada di sini?" tanya Celyn sebelum akhirnya ia ingat jika Niko tahu kediamannya. "Niko, kau benar-benar jahat," batin Celyn. "Kamu bawa apa, kebetulan Mamah belum makan. Mau masuk ke dalam tapi rumahnya di kunci," tuturnya. Dengan raut wajah tak suka, Celyn membuka pintu rumahnya. Namun, beberapa detik kemudian Celyn kembali menutup pintunya. "Aku antar Mamah pulang," jelas Celyn kembali mengunci pintu rumahnya. "Celyn tunggu, kamu tidak mau mengajak Mamah masuk. Mamah cape jauh-jauh dari bogor cuma mau nemuin kamu," paparnya. Celyn memutar tubuhnya menatap tajam ke arah Mira. "Mamah datang ke sini hanya karena uang kan, bukan karena rindu kepadaku," ucap Celyn penuh penekanan. Senyum di bibir Mira memudar, ia tidak menyangka Celyn akan bersikap seperti itu kepadanya. Padahal yang ia tahu Celyn itu penurut dan selalu mengikuti apa yang dia perintahkan. "Mamah tidak akan pulang. Mamah mau tinggal di sini sama kamu," ancamnya. Celyn lalu membuka pagar rumahnya dan membawa serta motor kesayangannya pergi dari rumahnya meninggalkan Mita. "Dasar, anak tidak tahu di untung!" gerutunya. Sepanjang perjalanan Celyn menangis, ia tidak tahu harus pergi kemana. Celyn enggan kembali ke rumahnya karena ia tidak mau bertemu dengan Mira dan tinggal bersamanya. Celyn memarkirkan motornya di sebuah musholah, ia lalu mengambil air berwudhu. Celyn tak henti-hentinya meneteskan air mata kala ia tengah berdoa. Hidupnya terlalu menyedihkan setelah kematian Dani. Ditinggalkan dengan wanita yang selalu menghamburkan uang dan tidak mau bekerja. "Pah, bawa Celyn pergi," lirihnya dalam doa. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Celyn masih duduk di depan mushola. Sesekali ia melihat ponselnya, ingin mencari tempat tumpangan untuk bermalam. Namun, sayangnya Celyn tidak memiliki teman yang begitu dekat dan membuatnya kesulitan untuk bermalam. Deril : "Kau sedang apa, bagaimana dengan harimu?" Seolah di jawab oleh Tuhan, Celyn tersenyum ketika mendapatkan orang yang tepat untuk di mintai tolong. Celyn : "Aku--" Celyn menghapus kembali pesannya, ia tidak mau memberitahu Deril tentang keadaannya. Celyn tidak ingin orang lain merasa iba terhadapnya. Celyn : "Aku sedang lembur. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan malam ini juga," balasnya. Seketika Celyn teringat akan tempat kerjanya. Di sana ada kamar yang sering ia gunakan saat lembur kerja. Celyn lalu bergegas mengendarai motornya menuju WO Cantika. *** Celyn terbangun dari tidurnya kala mendengar suara alarm di ponselnya. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul lima pagi. Celyn lalu membersihkan tubuhnya di kamar mandi sebelum menunaikan kewajibannya dan kembali ke aktifitasnya. "Mau makan di sini apa di bawa pulang?" tanya pedagang yang sedang melayani Celyn. "Makan di sini saja bu," jawab Celyn. Ia melihat jam tangannya yang masih pukul setengah tujuh pagi. Ia mengotak-ngatik ponselnya dan melihat pesan yang dikirim oleh Mita.. Mita : "Hai Celyn, hari ini aku mau mencoba gaunku. Aku harap kau mau menemaiku." pesannya. Celyn : "Maaf aku tidak bisa," balas Celyn. Ia tidak mau di rendahkan lagi oleh Arvan yang membuatnya sakit hati. Tak lama notif pesan kembali masuk di ponsel Celyn. Mita : "Tolonglah Celyn, aku tidak memiliki teman. Hanya kamu yang dekat denganku," tulisnya lagi. Merasa kasian, Celyn pun mengiyakan permintaan Mita. Celyn bisa merasakan rasanya tidak memiliki siapa-siapa saat tengah kesusahan. Celyn : "Dimana?" Mita membalas pesan Celyn menuliskan, "Aku akan menjemputmu, dimana kamu sekarang?" Celyn mengirimkan lokasinya tempat kerjanya, dan menghabiskan bubur yang ia pesan. Sebelum Mita menjemputnya, Celyn mengganti pakaiannya. Untungnya ia selalu menyimpan pakaian ganti di loker yang ada di meja kerjanya. "Celyn, tumben udah datang," sindir Kiki. "Hm ... aku menginap di sini," jawab Celyn mengoleskan make up di wajahnya. "Oh iya, aku izin keluar karena harus menemani klien kita." "Klien kita, siapa?" selidik Kiki. "Mita calon istri Arvan. Pria yang kau kagumi," cibir Celyn. Kiki mendengus kesal, ia melirik ke arah pintu terlihat Mita keluar dari mobilnya. "Tuh dia datang. Ingat minta fee, karena kau bekerja," jelas Kiki. "Siap Bos," tukas Celyn menyunggingkan senyum. Celyn lalu menghampiri Mita dan melambaikan tangannya. Mereka lalu saling menyapa, dan masuk ke dalam mobil. Lima belas menit perjalanan akhirnya mobil yang di kemudikan Mita parkir di sebuah butik. "Ayo, masuk," ajak Mita. "Maaf ya, aku sudah ngerepotin kamu." "Tidak apa-apa. Mana gaun yang kamu pilih?" tanya Celyn. "Tunggu sebentar, aku harus menemui kepala tokonya," jawab Mita berlalu meninggalkan Celyn. Sembari menunggu Mita, Celyn melihat-lihat gaun pengantin yang dipajang di sana. Mata Celyn berbinar kala melihat satu gaun yang menurutnya begitu indah. "Cantik," gumam Celyn. "Gaunnya indah," ucap Mita yang tiba-tiba saja muncul di belakang Celyn. "Hm ... gaunnya sangat cantik. Oh iya dimana gaunmu?" "Itu dia datang," seru Mita lalu mengambil gaun yang di berikan oleh karyawan yang ada di sana. "Bagaimana menurutmu, cantik bukan?" sambungnya. "Wah ... sangat indah," ungkap Celyn. "Aku akan mencobanya." Celyn mengangguk, ia melihat-lihat aksesoris yang biasa digunakan oleh pengantin. Mata Celyn terus menatap gaun yang ia sentuh tadi. Ia benar-benar menginginkan gaun tersebut saat menikah nanti. Sudut bibir Celyn terangkat ketika membayangkan soal pernikahan impiannya. "Celyn, bagaimana?" Celyn menoleh ketika namanya di panggil. "Wah, kau sangat cantik," puji Celyn. "Iya, tapi menurutku kurang menampilkan lekuk tubuhku," gerutunya. "Oh iya, tolong kau coba gaun yang kau pilih tadi. Aku ingin melihatnya." "Ga-gaun tadi. Nanti mereka akan marah," tutur Celyn. "Tidak, mereka tidak akan marah. Mba, tolong bantu sodaraku memakai gaun pengantin itu. Aku harus melihat gaun mana yang cocok untukku," ujar Mita. "Iya, Bu." Karyawan itu lalu mengambil gaun yang diinginkan Celyn, memandunya masuk ke dalam ruang ganti. Sementara itu, Mita kembali masuk ke ruang ganti untuk membuka gaun yang ia kenakan. Tepat saat Mita masuk ke ruang ganti, Arvan masuk ke dalam butik. Ia menoleh ke segala arah mencari Mita. "Misi mba, apa ada wanita yang sedang mencoba gaun pengantin?" tanya Arvan. "Oh ada Pak, di ruang ganti nomor tiga," jawabnya sembari menunjukkan arah. Arvan berjalan ke ruang ganti nomor tiga. Sembari menunggu, Arvan melihat-lihat ke sekeliling. Tak lama tirai terbuka, netra Arvan membelalak. Ia begitu terpesona, hingga tak bisa berkata apa-apa lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD