Ardam masuk ke dalam mansion, matanya menatap pada Raisel yang sedang mengepel menggunakan celana pendek dan juga baju yang pas di badannya. Ardam menelan salivanya melihat wanita itu yang berkeringat, sekali-kali akan usap keringat. Ardam menatap ke arah lain berusaha mengalihkan perhatiannya dari Raisel.
Namun sekuat apa dirinya berusaha untuk tak melihat pada wanita itu, tapi matanya masih tetap tertuju pada mantan istrinya yang mengepel lantai membuat pikirannya terbang menjauh. Ardam menyeringai membayangkan satu hal. Langkahnya berjalan menuju salah satu ruangan. Baju maid yang lumayan pendek untuk bagian roknya. Di mansion Ardam ini tidak ada yang namanya maid. Yang membersihkan mansionnya datang satu minggu sekali.
Ardam keluar dari dalam ruangan itu, matanya kembali melihat pada tubuh molek Raisel yang masih tak beranjak dari posisinya yang pertamanya. Ardam menarik tangan wanita itu, membuat Raisel berbalik menatap pada mata Ardam yang melihat dirinya dengan tatapan tajam dari pria itu.
“Kau pakai ini!”
Raisel melihat pada pakaian maid yang diberikan olehb Raisel padanya. Raisel belum menyentuh pakaian itu, dirinya masih bingung untuk apa dirinya memakai pakaian itu. Apa yang akan dilakukan oleh Ardam pada dirinya.
“Untuk apa?” pertanyaan itu terucap dari bibir Raisel, menyebabkan Ardam mengeram mendengar pertanyaan bodoh itu.
“Untuk kau pakai bodoh! Memangnya untuk apa lagi?” tanyanya mencengkam lengan Raisel, membuat wanita itu merinbis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh Ardam pada dirinya. tangan Raisel meraih pakaian itu lalu akan membawanya menuju kamar tamu, tapi Ardam segera menarik tangan Raisel ketika Raisel yang akan melangkah menjauh dari depannya. “Kau pakai di depanku!” perintah Ardam.
Raisel mendengar ucapan Ardam menatap takut lalu mengangguk. Raisel perlahan membuka baju dan celananya memakai pakaian yang ada di tangannya ini. Raisel melihat Ardam yang menatapnya dengan tatapan penuh merendahkan dari pria itu. Raisel menelan salivanya kasar, sungguh terhina dirinya karena dia memakai pakaian ini di depan Ardam. Ardam melihat Raisel yang sudah memakai pakaian yang diberikan oleh dirinya untuk wanita itu lagi. Dia tersenyum sini, lalu melangkah menuju sofa. Ardam duduk di sofa dengan kaki yang diangkat. Matanya masih menatap pada Raisel yang mengepalkan tangannya.
“Ayo! Kembali kerjakan pekerjaanmu!” perintah Ardam, hal itu sontak diangguki oleh Raisel. Wanita itu mulai mengepel kembali, Raisel merasa risih ketika dirinya harus menungging, rok yang dipakai oleh dirinya sangat pendek. Raisel yakin kalau bagian bawah tubuhnya pasti terlihat oleh Ardam.
Ardam mengambil ponselnya, memfoto berbagai sisi, menjilat bibirnya melihat Raisel yang mengepel dengan gerakan yang amat menggoda sekali. Tubuh bagian bawah Ardam memang kurang aja. Dia perlahan bangun hanya dengan melihat paha mulus Raisel. Ardam mengumpati miliknya yang baperan sekali dengan melihat paha mulus Raisel langsung terbangun seperti tidak ada harga dirinya sama sekali.
“Kau menggoda sekali. Mau aku sentuh dirimu sekarang?” tanya Ardam memainkan ponselnya, melihat pada Raisel yang terkejut mendengar pertanyaan Ardam.
Tubuh Raisel menegang, Raisel belum siap untuk melakukan itu dengan Ardam. Dirinya masih takut untuk melakukan itu. Raisel menelan salivanya ketika mendengarnya bunyi langkah Ardam. Mata Raisel menatap pada sepatu Ardam yang berdiri di depannya. Raisel mendongak menatap pada Ardam yang menampilkan seringaiannya pada dirinya.
“Kau sangat cantik sekali sayang. Apakah mulutmu ini pandai untuk memuaskan milikku?” tanya Ardam.
Raisel mendengarnya mengatupkan bibirnya tidak mengatakan apapun. Dirinya tidak menjawab pertanyaan Ardam. Ardam yang melihat Raisel hanya diam saja, dia tertawa kecil, lalu mengelus rambut Raisel bagaikan hewan peliharaannya.
“Kau itu harus patuh dan mendengarkan apa yang aku katakan pada dirimu sayang. Kalau aku minta sesuatu kamu harus menuruti apa yang aku minta!” ucap Ardam.
Raisel mendengar itu menelan salivanya kasar, setelahnya dia akan pergi untuk mengepal lantai yang lain. Namun tubuhnya segera diapit oleh Ardam, membuat Raisel tidak bisa pergi dari sana. Raisel melihat pada Ardam yang berjongkok di depannya sekarang.
“Belahan dadamu sangat menggoda sekali sayang.” Tangan Ardam membuka tiga kancing baju maid Raisel. Matanya melirik pada p******a sintal milik Raisel. Ardam menelan salivanya kasar. Sudah terbayang diotaknya bagaimana bibirnya mengulum putting Raisel yang merah mudah dan terasa nikmat itu.
Sialan!
Bagian bawah tubuhnya semakin terbangun dan rasanya sangat keras sekali. Ardam mau menidurkan kembali bagian bawah tubuhnya. Agar dia bisa merasa nyaman. Tetapi lelaki itu tidak pernah suka dengan yang namanya dia akan bermain sendiri menggunakan tangannya. Ardam mau tangan Raisel untuk memuaskan dirinya atau mulut wanita itu.
“Aku tidak akan melakukan itu padamu hari ini. Entah besok pagi, kalau aku sudah tidak tahan melihat tubuhmu yang seksi sayang.” Ucap Ardam.
Raisel mendengarnya menelan air liurnya. Raisel sudah memikirkan ini dari semalam. Dia hanya meminta satu hal pada Ardam. Dirinya tidak mau merendahkan dirinya melakukan itu dengan dirinya yang tidak memiliki hubungan dengan Ardam. Raisel tidak mau harga dirinya semakin hilang.
“Apakah kau bisa menikahiku kembali?” tanya Raisel memberanikan dirinya mengatakan itu.
Ardam mendengar apa yang dikatakan oleh Raisel menatap tajam wanita yang ada di depannya ini. Ardam berdecih mendengar apa yang dikatakan oleh Raisel. Menikahi wanita itu kembali? Yang benar saja! dirinya tidak akan mau menikahi wanita itu lagi. Dia hanya mau Raisel menjadi budaknya bukan istrinya.
Yang akan menjadi istrinya hanya Lesya—tunangannya. Yang sangat mendapatkan pujian dari orang banyak. Banyak orang mengatakan dirinya cocok dengan Lesya. Mau melihat mereka menikah dan memiliki anak seperti apa nantinya.
Lesya adalah wanita terhormat dan sederajat dengan dirinya. Wanita itu bukan dari kalangan orang miskin. Dia memiliki segalanya.
“Jangan bermimpi seperti pungguk merindukan bulan! Aku tidak akan pernah menikahi Raisel! Kau aku beli bukan untuk dibawa ke dalam pernikahan. Kau aku beli untuk memuaskan segala hasratku!” Ardam mencengkam rahang mantan istrinya yang sudah berani meminta hal yang pastinya tak akan dikabulkan oleh Ardam.
Raisel menatap pada mata Ardam. “A-ku han-ya ma-u me-ni-kah.” Ucap Raisel terbata. Walaupun hanya pernikahan sirih. Dia tidak masalah, yang penting dirinya menikah dengan Ardam. Sehingga harga dirinya sebagai perempuan tidak terlalu hancur.
Ardam mendengar ucapan Raisel tertawa kecil. Lalu meludah di wajah Raisel. “Kau tidak pantas untuk dinikahi! Kau hanya pantas untuk dijadikan lacur! Kau kira dengan kau yang meminta aku menikahi dirimu, aku akan mengabulkannya? Tidak lacur! Aku tetap akan menjadikanmu p*****r tanpa sebuah ikatan!” Ardam membelai pipi Raisel penuh dengan tatapan merendahkan.
“Istriku nantinya hanya satu. Kau tahu siapa bukan? Lesya! Dia wanita yang akan menjadi istriku bukan dirimu. Dia itu wanita terhormat! Sederajat! Juga lebih pantas bersanding dengan diriku, dibanding dirimu yang menjual tubuhmu di klub malam dan dari keluarga miskin!” kata hinaan yang keluar dari mulut Ardam, membuat Raisel merasakan sakit yang amat dalam.
Tanpa sadar air mata Raisel turun sendirinya. Ardam yang melihat air mata R aisle turun menyeringai. Lihat bukan? Wanita miskin ini hanya bisa menangis, bagaimana bisa dia menjadi pendamping hidup Ardam? Ardam tidak mau memiliki istri yang lemah dan dari keluarga miskin.
Sudah cukup sekali dirinya menikah dengan Raisel. Tidak untuk kedua kalinya. Ardam tidak mau memunggut wanita itu menjadi istrinya. Tetapi dia mau memunggut wanita itu untuk menjadikan jalangnya dan memuaskan hasratnya yang akan dilampiaskan pada Raisel, ketika dirinya harus menjaga Lesya-nya dengan baik tidak boleh menyakiti Lesya-nya.
“Kau hanya bisa menangis wanita bodoh!” umpat Ardam mendorong wajah Raisel.
Raisel memukul lantai. Kenapa harga dirinya selalu saja jatuh ketika berhadapan dengan Ardam? Kenapa dia tidak bisa menjadi wanita yang baik dimata Ardam. Wanita yang layak untuk mendapatkan yang namanya kasih sayang dan kelembutan.
Sakit sekali Tuhan!
Dirinya hanya minta dinikahi bukan meminta seluruh harta Ardam. Namun pria itu menolak dirinya. Mengatakan dirinya hanya bisa menjadi jalangnya Ardam. Tidak punya hati dan Raisel lebih memilih dia menjadi lacur saja sekalian di klub malam kemarin!
Ardam melihat Raisel yang mengepalkan tangannya, dalam keadaan menangis memutar bola matanya. Lalu dirinya menarik tangan wanita itu. “Ikut aku! Dan tidurkan dia!” ucap Ardam membuat Raisel bagaikan binatang yang diseret tanpa kelembutan sama sekali.
Bahkan binatang saja rasanya lebih punya harga diri dibanding dirinya sekarang.