Part 01 - Ini Pilihannya
Raisel menatap pada Dokter yang menatapnya dengan tatapan tidak tega mengatakan harapan hidup Ibu—yang amat disayangi oleh Raisel bergantung pada operasi yang tidak sedikit biayanya. Uang darimana harus didapatkan oleh Raisel. Dirinya hanya seorang karyawan kafe, yang gajinya tidak sampai empat juta satu bulan. Gajinya hanya pas-pasan untuk kebutuhan selama satu bulan dan itupun masih kurang.
“Seratus lima puluh juta Dok?” tanya Raisel sudah menitikkan air matanya, tidak tahu kemana dirinya akan mendapatkan uang sebanyak itu.
Dokter mendengarnya mengangguk. “Itu sudah paling sedikit. Kau bisa mengusahakan selama tiga hari. Tetapi kalau kau tidak mau operasi Ibumu, saya juga tidak memaksa. Hanya itu jalan satu-satunya,” ucap Dokter berlalu dari hadapan Raisel.
Raisel mendengarnya mengusap wajahnya kasar. Kemana dirinya harus mencari uang sebanyak itu? Langkah Raisel berjalan lemas keluar dari rumah sakit. Dirinya berjalan menuju kafe tempat dirinya bekerja. Ini belum bagiannya untuk bekerja. Namun hanya ke sini tujuannya.
Raisel duduk termenung di dalam kafe bagian belakang. Dirinya menatap pada kakinya yang dia goyang dengan rasa putus asa.
“Kau kenapa?”
Mata Raisel menatap pada Vera—teman seperjuangannya di kafe ini. Tetapi temannya ini lebih baik dari dirinya. Wanita itu tidak memiliki masalah keuangan seperti dirinya. Bahkan Vera memiliki banyak uang untuk membeli apa yang diinginkan olehnya.
“Aku membutuhkan uang sebanyak seratus lima puluh juta. Aku tidak tahu kemana harus mencari uang sebanyak itu.” Raisel menjawab dengan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya.
Vera yang mendengarnya meringis. Dia tahu kalau ibunya Raisel sedang dirawat di rumah sakit. Raisel bukan hanya kerja di kafe, wanita itu mencari pekerjaan lain berharap akan menambah uangnya untuk biaya pengobatan ibunya dan juga sehari-hari.
“Kau mau menjual tubuhmu?” tanya Vera.
Hal itu sontak membuat Raisel terkejut mendengarnya. Dia menjual diri? Ya Tuhan! Tidak pernah terbayangkan oleh dirinya akan melakukan hal hina seperti itu. Raisel tidak mau melakukannya, sesulit apapun hidupnya. Tidak seharusnya dia melakukan hal seperti itu.
“Aku tidak mau melakukan hal hina seperti itu. Aku akan mencari pinjaman!” ucap Raisel.
Vera berdecih mendengar apa yang dikatakan oleh Raisel. “Jangan menjadi wanita munafik Raisel! Kemana kau akan mencari uang sebanyak itu selama tiga hari? Tidak ada yang namanya manusia baik di dunia ini yang mau meminjamkan uang sebanyak itu pada wanita miskin seperti dirimu. Kau itu cantik juga seksi. Manfaatkan tubuhmu mencari uang yang banyak!” ucap Vera mengeluarkan sebuah kartu nama.
“Ini nomor Madam Marlyn. Dia biasa dipanggil Mami oleh anak-anaknya, kalau kau masih perawan. Dia bisa mencarikan pria kaya raya sekali main kau sudah mendapatkan dua ratus juta.” Vera menyeringai melihat mata Raisel yang menatap penuh harap pada kartu nama itu.
“Kau tahu dia? Darimana kau tahu?” tanyanya.
Vera tertawa kecil. “Aku tidak akan bisa membeli ini itu hanya kerja di kafe saja. Aku salah satu anak Mami. Kau bisa mendatangi klub malam yang aku kirim lokasinya padamu, kau minta tolong padanya. Asalkan kau memang mau menjual tubuhmu.” Vera duduk di depan Raisel dengan memperlihatkan perhiasan yang ada di tangannya.
“Kau kira aku bisa membeli perhiasan ini darimana? Tentu saja dengan menjual tubuhku. Realitis menjadi orang. Kalau ingin mendapatkan uang yang banyak, maka harus mengorbankan sesuatu. Lebih baik menjual tubuhmu yang indah ini, dibanding memberikan secara gratis,” hasut Vera.
Raisel hanya diam saja, tidak mengatakan apapun. Dalam pikirannya berkecamuk, dia harus melakukan ini? Raisel tahu kalau ibunya akan kecewa padanya. Tetapi kalau dirinya tidak melakukan ini, maka Raisel akan kehilangan satu-satunya orang yang paling berharga di dalam hidupnya. Raisel ingin meminta tolong pada mantan suaminya.
Namun dirinya tidak bisa datang ke rumah pria itu. Setiap kali dirinya mencoba untuk menemui pria itu, maka hanya pengusiran yang diterima oleh dirinya. Semenjak bercerai dengan Ardam, dirinya tidak pernah bertemu dengan mantan suaminya itu lagi.
“Kau memikirkan apa? Mantan suamimu? Dia sudah membuangmu. Mana mau dia menolongmu. Lagian kau dan dia hanya menikah satu minggu setelahnya kau dicampakkan. Jadi, lebih baik pilih jalan ini saja. Mami adalah orang baik, dia akan dengan senang hati menolong dirimu. Kau bisa memilih pelanggan seperti apa yang kau inginkan. Kalau kau tidak mau melayani pria tua. Kau bisa meminta CEO muda kaya raya.” Vera tersenyum, lalu memperlihatkan isi pesannya dengan Mami pada Raisel.
Raisel membacanya, lalu melihat pada kartu nama di tangannya. Raisel berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar dari dalam kafe. Raisel akan memikirkan ini lagi, apakah keputusannya kali ini adalah hal yang tepat yang diambil oleh dirinya.
Vera menatap kepergian Raisel tertawa kecil. “Dia akan memilih cara kotor ini untuk mendapatkan uang. Tak ada yang namanya manusia baik mau meminjamkan uang sebanyak itu.” ucap Vera mengerjakan kembali pekerjaan yang sempat ditunda oleh dirinya.
***
Raisel melihat ibunya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Raisel tidak bisa melihat ibunya yang terbaring atau memikirkan ibunya pergi, karena dia tidak bisa mencari uang sebanyak lima puluh juta untuk operasi ibunya. Raisel menghapus air matanya.
Harga dirinya harus dia jual dengan uang sebanyak seratus lima puluh juta. Tangannya gemetar, menelepon wanita yang akan membantu dirinya. Raisel meremas dadanya, ketika panggilan teleponnya dijawab oleh wanita itu.
Raisel menangis dan sudah sepuluh menit dirinya belum mengatakan apapun pada wanita itu. Raisel menarik napasnya kasar dan melepaskannya kasar. Raisel meremas pakaiannya kasar, sebelum dirinya berbicara dengan pria tua yang dipanggil Mami ini.
“Halo! Kalau kau hanya main-main saja. Lebih baik matikan sambungan telepon ini!”
Raisel menelan salivanya mendengar nada sombong penuh kekesalan di seberang sana. Raisel menghapus air matanya.
“Ma-af… aku Raisel, teman Vera. Aku mau menjual diriku.” Ucap Raisel penuh menyakitkan. Maafkan dirinya. Jangan kutuk Raisel.
Raisel lakukan semua ini demi ibunya.
“Ah! Kau temannya Vera. Kau bisa menemuiku cantik, nanti malam kau datang ke klub malam. Kebetulan sekali pelanggan setiaku sedang mencari wanita muda dan kau akan dibayar mahal olehnya. Jangan lupa pakai pakaian seksi dan menggoda.”
Sambungan telepon itu dimatikan. Raisel menangis tersedu sambil menutup mulutnya. Ini pilihannya, tidak boleh disesali oleh dirinya. Demi ibunya. Raisel bisa melakukan ini. Hanya sekali lalu dirinya akan berhenti dari hal keji ini.