“Yah, aku tidak keberatan jika harus memiliki tubuhnya terlebih dahulu sebelum hatinya. Bukankah itu jauh lebih mudah, kata orang hamil duluan lebih ampuh untuk segera menikah dibandingkan dengan membujuk pria batu seperti Ravin!”
Perkataan itu sangat tegas dari Naura, ia mengatakannya tanpa ada keraguan sedikit pun, sangat jelas dan juga lantang. Mengatakan seluruh isi pikirannya yang kacau itu di depan Ravin sendiri pada Nara sang adik tanpa ada sedikit pun sensor.
“Apa yang kamu katakan pada adikku?” Ravin mencoba menghentikan arah pembicaraan yang semakin tidak menentu tersebut.
Sejak awal Ravin sudah bingung dengan reaksi Naura yang bisa tiba-tiba begitu tidak terkendali. Naura yang seharusnya segera meninggalkan Ravin begitu menyadari kondisi dari Nara. Sekarang, malah Naura yan
