Pepatah

2065 Words
Joe tidak pernah menyangka, permasalahan kemarin bisa reda dalam waktu yang lumayan singkat. Dengan dirinya yang menunjukan ke semua orang bahwa Joe tidak selemah dan sehina itu. Bersyukur bahwa masih banyak orang yang tidak memandangnya sebelah mata. 3 minggu sudah sejak kejadian yang menyesakkan. Joe bisa kembali berdiri tegap,dan juga Alin sudah tidak menganggunya sama sekali, bahkan jika mereka berdua berpas-pasan Alin tidak akan membalas tatapannya lagi. Entah, dirinya tidak tahu mengapa dia bersikap acuh tak acuh kepadanya, setidaknya gadis itu bisa bernafas lega dengan bebas sekarang Pagi ini, Joe sedang berada di dalam mobil menuju ke sekolah. Iya, karena sekarang adalah waktunya untuk ujian tengah semester, memuakan memang. Ini yang Joe benci dari sistem sekolah yang dikit-dikit ujian, bahkan di dunia pendidikan nilai adalah segalanya. Tanpa melihat perjuangan orang-orang yang sudah berusaha. Itu alasan mengapa Joe sangat tidak berminat dengan sekolah. Joe menghela nafas, dan di waktu bersamaan juga Joe dan Justin sudah tinggal bersama di apartemen miliknya bahkan sesekali juga terkadang Jazzy menginap dan tidur bertiga d ikamar gadis itu. Joe tersenyum tipis, sepertinya berumah tangga tidak seburuk yang ia kira. Toni dan Hendrik yang mengantarkan Joe ke sekolah melirik dari arah spion, lantas Toni berdehem pelan. Membuat Joe melirik ke arah mereka. "Suasana hati lo akhir-akhir ini lagi bagus kayaknya ya," Tanya Toni yang sibuk menyetir mobil. Joe tertawa, gadis yang mempunyai bola mata indah itu mengangguk pelan. Seperti perjanjian yang mereka buat kemarin. Hendrik dan Toni tahu hubungan Gisha dan Joe. Maka dari itu, mereka selalu memberi laporan palsu kepada Justin bila berhubungan dengan sekolah jika Joe sedang bersama dengan Gisha. Hendrik yang sejak kemarin tidak nyaman dengan pemandangan yang selalu dia lihat di apartemen, sebenarnya ada yang ingin dia tanyakan. Tetapi saat melihat Joe yang terlihat bahagia seperti ini, lelaki itu tidak mampu untuk merudak ke bahagiaan yang baru saja ia rasakan walaupun menurut mereka sangat lah salah. Ya salah lah jelas, coba kalian fikir dengan mereka yang statusnya belum resmi di dalam pernikahan sudah tinggal bersama, please culture indonesia tuh bukan culture seperti orang-orang di luar negeri. Ya walaupun seiring berjalannya jaman semakin ke sini hal seperti itu malah di normalisasikan. Tetap saja dalam agama itu tetap dilarang. "Selama tiga minggu kalian tinggal di atap yang sama, gak ada hal yang terjadi kan Joe?" Tanya Hendrik tiba-tiba, dalam hati Hendrik memaki dirinya sendiri karena rasa khawatir ini tidak bisa di ajak bekerjasama. Joe diam, gadis itu tampak berfikir. Apa yang di ucapkan Hendrik tadi menyentil sesuatu yang ada dirinya. Ia sadar, apa yang sudah ia lakukan dengan Justin selama ini adalah hal yang tidak bisa di sebut baik bahkan sudah kelewat batas dan sangat fatal. s*x diluar pernikahan, tidak semua orang membenarkan bahwa hal ini adalah hal yang wajar. Apalagi Hendrik dan Toni sangat tahu persis bosnya itu seperti apa, maka dari itu mereka berdua tidak ingin Joe melakukan perbuatan yang sangat jauh atau pun gegabah sebelum mereka mengikat hubungannya secara sah dan tertulis. Joe mengalihkan pandangannya menjadi melihat jalanan luar dari dalam mobil, sebenernya Joe juga tidak ingin melakukan itu, tetapi apa yang Justin berikan kepadanya selama ini, tidak bisa ia tolak karena setiap sentuhan yang dia berikan cukup membuat Joe merasa ketagihan, satu kepuasan saja tidak cukup, apalagi Justin benar-benar handal dalam segi apapun termasuk di atas ranjang. Melihat Joe yang tidak menjawab pertanyaanya sama sekali membuat Hendrik yakin bahwa Joe dan Justin sudah melakukan hal tersebut berulang kali selama mereka hidup bersama. Dan itu membuat Hendrik menghela nafas kecewa. "Gue sebenarnya bukan mau menghakimi lo sembarangan tanpa adanya fakta yang benar, gak seperti orang - orang bego kemarin. Gue gak ada hak untuk bersikap se enak jidat, tetapi yang jelas, cuma satu pesan gue. Lo jangan terlalu hanyut dengan semua perlakuan dia selama ini, lo belum kenal dia sepenuhnya," Jelas Hendrik. Penjelasan itu cukup membuat Joe merasa sedikit bimbang sebenarnya, memang apa yang Hendrik ucapkan kepadanya itu benar. Joe belum benar-benar mengenali laki-laki itu bahkan dari hal sekecil yang ia punya, dan itu mampu perasaan dan pikiran Joe berseteru tidak jelas di dalamnya akibat perlakuan bodoh yang ia lakukan kemarin. Yang tanpa Joe sadari bahwa hal tersebut membawa dirinya ke lubang penyesalan di masa depan yang akan mendatang nanti. •••••••••••••••• Ujian kimia berakhir, semua murid berhela nafas lega saat bunyi bel jam pertama selesai terdengar dalam indera pendengaran mereka. Joe yang tidak mengekspresikan itu, bahkan terkesan bodo amat tanpa berniat keluar kelas seperti teman-teman lainnya. Membuat Satya yang memperhatikan Joe sedari tadi bangkit dari duduknya saat semua murid keluar terkecuali Arga. Satya duduk di hadapan Joe yang pandangannya kosong, cowok itu tersenyum sebari menikmati wajah cantik gadis di hadapannya. Sadar bahwa ia di perhatikan Joe langsung memukul kepalanya keras, sehingga lelaki itu merintih pelan. "b*****t ya anda," dengan nada sarkasme, Arga yang selesai mengambil bekal makanan akhirnya mengambil satu bangku dan menariknya ke dekat Joe dan Satya. Arga menaruh kotak makan berwarna ungu diatas meja, Joe dan Satya saling pandang, lalu menatap kotak makan, Arga yang tidak peduli dengan tatapan mereka berdua Akhirnya membukanya dan terlihat nasi goreng plus nugget yang membuat perut Joe tiba-tiba terasa lapar. "Asli sih, nyokap gue yang terbaik," ucap Arga sebelum melahap makanan tersebut. Karena sesudah itu Joe langsung mengambil sendok dan memakannya tanpa melihat ekpresi Arga yang sedang menahan amarah. Arga melotot, Satya yang melihat pun tertawa puas dan Prihatin kepada Arga . Sampai pada akhirnya mereka berebut makanan. Memang masakan tante Anggi (Mama Arga) bener-bener ngaco, gak kaget kalau Joe juga tergila-gila dengan masakanya. "Lo bener-bener gak ada akhlak," celetuk Arga yang sudah menyenderkan tubuhnya dengan perasaan kesal kepada Joe, tetapi tetap aja ia tidak bisa seemosi itu kepada sahabat ceweknya, gila kali cewek cakep gini di jahatin. Itu yang ada di otak Arga selama ini "Udah gak ada hal yang bikin lo kesel lagi kan?" Satya membuka suara setelah perdebatan kecil Arga dan Joe. Joe yang sibuk memakan bekal Arga lantas memandang Satya kemudian mengangguk pelan. Satya tersenyum tipis, cowok itu tampak bernafas lega bahwa Joe tidak merasakan hal-hal yang sulit di hidupnya, namun Satya tidak menjamin juga kalau untuk kedepannya tidak akan ada masalah lagi seperti kemarin. "Hubungan Lo sama Justin?" Tanya Satya lagi. Saat suapan terakhir Joe tersedak, membuat Satya panik, kecuali Arga yang malah meneriaki Joe sumpah serapah karena karma sudah melandanya. "Mampus lo!" Maki Arga yang masih dendam karena nasi bekalnya di makan oleh Joe seenak jidat. "Cari minum g****k! Bukan malah ngataiin anak orang," Ucap Satya. "Yaelah Sat! Bentar lagi juga Nakula sama Gilang otw kesini, gue yakin pasti mereka bawa apa yang Joe butuhin," Jawab Arga santai sambil melanjutkan makannya. Setelah mengatakan itu, entah kebetulan atau bukan Nakula dan Gilang memasuki kelas mereka dengan membawa sekantong kresek yang bisa mereka tebak bahwa itu cemilan dan minuman yang ia beli di kantin. "Mi..num" kata Joe dengan susah payah, melihat itu Gilang auto panik Walaupun dirinya tidak mengerti yang baru saja terjadi sampai membuat Joe tersedak seperti itu. Gilang menyodorkan sebotol minuman kepada Joe, tanpa pikir panjang Joe langsung meminumnya dan setelah itu Joe langsung mengatur nafas yang masih terasa tidak nyaman akibat tersedak tadi. Gadis itu melirik kepada Arga, lalu memutar bola matanya jengah, memang sejak dulu mereka kenal hingga dekat seperti ini, hanya dengan Arga, Joe selalu bercekcok ria. Dan hanya Satya atau Nakula yang bisa melerai mereka. Dan untuk sekarang, Joe sedang tidak mood untuk melayani sikap menyebalkan nya Arga yang sudah diatas rata-rata "Gimana?" Tanya Satya lagi, kali ini Gilang dan Nakula duduk di sekitar tubuh Joe, yang berusaha menyimak pembahasan yang akan Satya tanyakan. "Gue sama Justin fine-fine aja kok," "Terus Gisha?" Serobot Gilang yang sok-sokan paham, padahal dia orang ter-lemot diantara mereka ber-empat. Ya segimana Joe juga terkadang lemot sih. Joe menaikan kedua bahunya, menandakan bahwa dirinya juga bingung dengan keadaan yang sekarang. Anggap saja kalau Joe egois bahwa dia menginginkan keduanya, jujur sebenarnya Joe tidak ingin bersikap seperti ini, tetapi Joe juga tidak mau kehilangan salah satu diantara mereka. Labil? Iya. Egois? Jangan ditanya semua orang pun paham itu, tetapi dengan masa lalu dimana Joe selalu ditinggal oleh orang yang selalu ia percaya dan ia banggakan yaitu sang Ayah, apa salah jika Joe menjadi seperti ini? Karena memang kehilangan itu tidak semudah untuk mengikhlaskan. "Lo gak bisa seterusnya egois," kali ini Nakula berucap, Joe memandang cowok itu. Nakula paham dan ngerti apa yang di rasakan sahabatnya yang super labil ini, tetapi jika Joe terus seperti iTu. Hal tersebut bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri, karena bagaimanapun bermain api dengan seseorang berpengaruh seperti Justin itu sama aja rela mati terlebih dahulu sebelum berperang. "Ada kalanya lo harus memilih salah satu dari mereka, karena kalo lo terus kaya gini, ada satu hati yang tersakiti segimana dia sembunyi in perasaan itu," "Gue tau, tapi Gish-" "Gisha cuma mau memperbaiki hubungan kalian yang penuh dengan kesalah pahaman doang, maka dari itu dia berjuang yang kedua kalinya untuk dapetin lo lagi, Walaupun saingannya kakak dia sendiri." sambung Satya yang memotong ucapan Joe, Joe memandang Satya yang tersenyum hangat ke arahnya. Gadis itu mengusap wajahnya pelan dengan kedua telapak tangan, lantas menjatuhkannya di atas meja. "Dan Justin? Masa depan lo yang udah di tentukan sama bokap lo. Jadi, jangan buat hubungan mereka berdua sebagai kakak adik rusak cuma karena cewek. Gue yakin lo lebih tau rasanya hubungan dalam keluarga rusak itu sakitnya gimana," Lanjut Satya lagi yang masih tersenyum lembut ke arahnya. Joe yang memandang Satya dengan tatapan teduh seperti itu membuat hatinya menghangat. Terkadang Joe sangat menyukai Satya kalau lagi ga sadar begini, maksudnya itu, siapa sih yang gak suka sama Satya? HelOooo! Semua orang bahkan cewek-cewek di sini tuh banyak banget yang fangirlingin tuh cowok karena sikapnya yang ramah, pengertiam, peka belum lagi bisa melakukan seorang Wanita dengan baik, maka dari itu Joe juga terkadang bisa oleng dengan Satya. Tapi untuk saat ini, hati Joe masih di peruntukan untuk Gisha dan Justin. Yap! Dua orang itu. Joe tertawa, menggeleng pelan kepalanya, kenapa jadi kepikiran hal bodoh begini sih? Gak mungkin lah dirinya bisa menikahi Satya yang sikapnya positive vibe banget begitu, secara cewek yang Satya cari tuh yang baik-baik. Bukan dirinya yang sudah rusak. Ngomong-ngomong soal cewek rusak, senyuman Joe memudar kembali memandang Satya yang sedang mengobrol dengan Nakula. Entah apa yang mereka berdua bicarakn itu seperrinya serius karena terlihat dari raut wajah mereka berdua. Dan entah kenapa Joe sedikit kepi dengna kriteria gadis yang Satya sukai. Apakah yang alim dan gak neko-neko ? Atau sebaliknya. Tetapi yang Joe yakinkan Satya memang menyukai seorang gadis yang di opsi pertama ia ucapkan. “Sat,” Panggil Joe dan itu mampu membuat Satya langsung mengalihkan pandangannya dari Nakula dan menatap ke arah Joe. Kedua mata indahnya mampu membius Joe. Satya memang semanis itu. “Tipikal cewek lo tuh kaya gimana sih?” Tanya Joe Nakula dan Arga yang mendengarkan hal tersebut menahan tawanya dan Joe menatap mereka berdua secara bergantian. “Kenapa sih lo pada?” Tanya Joe heran. Nakula dan Arga hanya menggeleng kepalanya panik lantas menatap ke arah Satya yang sudah menatap kepada mereka dengan tatapan tajam. Lantas laki-laki itu kembali menatap Joe dengan tatapan hangat. “Kenapa tiba-tiba tanya begitu?” Joe menaikan kedua bahunya,” Ya gak apa-apa, kepo aja. Karena baru sadar selama ini lo pacaran cuma sekali doang dan itu pun gue gak tau ceweknya siapa,” Jelasnya. Iya itu benar, waktu mereka masih di kelas satu SMA Satya pernah berpacaran dengan seseorang akan tetapi Joe tidak tahu siapa orangnya karena laki-laki itu terkesan tertutup jika berhubungan dengan seseorang, tidak seperti Joe. “Gue itu gak ada standar cewek yang gue mau, ya sesuka hati gue aja. Kalau gue suka sama dia segimana tuh cewek jelek atau apa ya bakal gue kejar,” Jawab Satya santai. “Ahh! I see, gue ngerti. Lo tuh tipikal kalau udah cinta ya udah cinta tanpa mandang tuh cewek masa lalunya gumana bahkan wajahnya cantik apa engga,” Jawab Joe bangga karena ia bisa menangkap obrolannya dengan Satya sekarang. Karena biasanya Joe tuh tipikal cewek lemot kalau lagi di ajak ngobrol. Satya tersenyum, memandang gadis yang sudah ia cintai sejak dulu dengan lembut. Seandainya ia mempunyai segalanya seperti halnya Justin, mungkin Satya bisa secara terang-terangan mengungkapkan dan menunjukan rasa cintanya kepada Joe. Karena dalam dirinya ia benar-benar mempunyai gadis itu seutuh ya akan tetapi Satya sadar diri, bahwa dirinya bukanlah orang yang tergolong dari orang berada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD