Awal Mula Masalah

1706 Words
Bego, bego bego!!! Itu yang ada di benaknya Joe sekarang, apa yang dia rasakan tadi benar - benar salah segimana hubungan Joe dengan Justin masih abu-abu eh tidak mereka memang sudah pacaran kan? Ya walaupun Justin yang menaksa, namun tetap saja ayahnya ingin dia menikah dengan Justin, Walaupun dia lebih tua dari Joe dan sudah menjadi duda beranak satu. Joe memandang jari manisnya yang sudah terpasang cincin dari awal ia bertemu dengan lelaki tua itu. Joe menghela nafas, kedua matanya memandang acara dari rooftop sekolah, ia ingin menenangkan perasaannya Dan berharap Gisha tidak mencari Joe walaupun kemungkinan itu sangat kecil, tetapi saat Joe mendengar suara orang berlari, Joe sudah tahu siapa itu. "Joe," panggilnya, langkah cowok itu mendekat kearah Joe yang sudah bersumpah serapah dalam hati, karena Gisha benar-benar mengejarnya. Gisha duduk tepat disebelah Joe, menatap Joe dengan ekspresi yang tidak bisa Joe mengerti. Beberapa detik gadis itu mengalihkan pandangannya, dan kembali melihat kearah lapangan dari atas. "Ada yang salah?" Joe memejamkan matanya sebentar, cukup sudah , ia tahu percakapan ini akan mengarah kemana, lantas Joe kembali menatap Gisha. "Gue rasa lo tau hubungan gue sama Justin sekarang," Gisha diam, menaikan sebelah alis mata nya, jujur, sebetulnya Gisha tidak tahu apapun hubungan Joe dengan kakaknya, entah itu hubungan special atau tidak sebenernya Gisha tidak terlalu memikirkan itu, Karena yang Gisha tahu Justin menghajarnya beberapa pekan lalu itu bermaksud untuk menyadarkan Gisha bahwa apa yang dia lakukan keterlaluan. "Maksud lo?" Joe terkekeh pelan, tidak percaya bahwa Gisha masih saja bersikap seperti itu, berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi. "Udah lah Gish, gue yakin lo tau, gausah belaga kek orang t***l!" Gisha diam, berusaha mencerna omongannya, lantas pandangan nya tidak sengaja jatuh kepada jari manis Joe, namun beberapa detik kemudia cowok itu menggeleng pelan, tidak! Tidak mungkin! Gisha memegang kedua pundak Joe dan memaksa Joe menatapnya. "Lo bohong kan?" Joe diam, detak jantungnya tidak beraturan saat melihat ekspresi Gisha yang seperti menahan amarahnya. "Paham kan lo? Lagian jelas kemarin Jazzy manggil gue Bunda. Emangnya lo sebego apa sih? Gitu aja gak paham,” Dan Joe berusaha senetral mungkin menghadapi Gisha yang ia tahu bahwa dia selalu bisa emosi kalau itu berhubungan dengannya. Gisha melepaskan kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya kasar. "Kenapa bisa? Kenapa lo terima?" Tanya Gisha dengan nafas naik turun dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Joe tahu Gisha sesayng mengontrol emosinya. "Terlalu panjang buat gue ceritain," "Ya tapi kenapa harus kakak gue!!!" Teriak Gisha, Joe tersentak, baiklah ini tidak berjalan dengan mulus, dan Joe sudah memperkirakan ini, Gisha tidak akan bisa menerima hubungan nya dengan Justin, tapi? Oh ayolah Gisha bahkan sempat tega menyakiti hatinya bukan? Hanya karena s**********n cewek bernama Alin. "Kenapa lo merasa tersakiti? Bukannya lo juga dulu sempat nyakitin gue tanpa mikir perasaan gue gimana ya?" Gisha mendongak, menatap Joe tidak percaya, lantas pikirannya mengingat mengapa ia meninggal kan Joe sepihak, karena itu ada alasannya. "Gue punya alasan Joe," "Alasan karena s**********n Alin lebih gampangan di banding gue?" "Jadi lo berfikir gue semurah itu? Disodorin s**********n gue bakal ninggalin orang yang gue cinta?" "Buktinya udah jelas kan? Bahkan satu sekolah pun tahu," Jelas Joe dengan ekspresi datarnya, namun tidak ada yang tahu bahwa gadis itu mati-matian menahan rasa sakitnya dan berharap air matanya tidak menetes sekarang, tidak untuk didepan Gisha. "Lo mau tahu kan Alasannya?," Gisha memandang Joe dengan tatapan mendalam, "Alin tau nyokap lo dirumah sakit jiwa dimana lo nutupin rahasia itu rapat-rapat begitupun gue, tapi Alin tau itu, karena dulu dia sering mergokin kita berdua buat jenguk nyokap lo," sambung Gisha. Joe melotot, kedua kakinya melemas segimana posisinya saat ini sedang duduk, namun tetap saja ia seperti mati rasa saat mendengar hal itu. "Rumah sakit jiwa itu milik bokapnya, karena dia tau rahasia itu, dia berniat bakal bocorin hal itu ke sekolah dan juga buat hancurin hidup lo," "Gue gak bisa Joe, gue gak bisa orang yang gue sayang ngerasain rasa sakit terus-menerus, gue udah tahu gimana beratnya hidup lo, dan itu cukup bikin gue sakit. Setelah tau hidup lo seperti apa, cuma satu di benak gue, gue harus bahagiaiin lo dan mastiin hidup lo gak hancur lagi segimana hal bodoh dan t***l harus gue lakuin. "Dimana gue harus nyakitin lo sepihak dengan drama t***l yang Alin buat dan ngelakuin kebohongan itu, apa lo pikir itu gak nyiksa diri gue? Lo pikir gue beneran tidur sama cewk p***k kek gitu? Harusnya lo tahu Joe, lo yang udah kenal gue lama dan lo yang tahu kehidupan gue gimana, ya walaupun satu fakta yang lo gak tahu, kalau gue sebenernya punya kakak bukan anak tunggal, " "Gue pernah bilang kan? Apapun bakal gue lakuiin segimana itu harus ngelindungin lo, bahagiaiin lo dan ngebuat lo gak keluar dari hidup gue? Tapi kenapa dalam waktu yang cepet apa yang gue lakuiin semua demi lo, kenapa lo harus secepat itu terikat dengan kakak gue?" Mendengar semua itu Joe diam, entah, sebenarnya ia tidak tahu, mengapa ini semua harus terjadi diluar nalar Joe, dan tanpa sadar Joe sudah mengeluarkan air mata, rasa bersalah menyelimuti perasaan yang campur aduk. Kenapa? Kenapa harus serumit itu? "Apa perjuangan gue kurang buat lo selama ini Joe? Apa karena Justin lebih sukses dan duitnya lebih banyak di banding gue, lo mau sama dia sebagimana dia udah punya anak?" Lirih Gisha yang sudah menundukkan kepalanya, hatinya sudah sangat hancur kali ini. Joe menoleh, cowok dihadapannya saat ini terlihat benar-benar hancur, Gisha yang selalu Joe lihat adalah cowok yang ceria di hadapan nya, dan Joe sadar akan hal itu, apa yang Gisha lakukan selama ini hanya untuk Joe tidak merasa sendiri lagi dan bahagia. "G-gue.." Sial, suara parau Joe benar-benar membuat Gisha menoleh kepadanya, dan ya, Gisha benar-benar melihat Joe menangis untuk pertama kalinya. Tanpa pikir panjang Gisha menarik Joe untuk masuk kedalam pelukannya. "Maaf," ucap Gisha sambil mengelus pelan rambut Joe. "Maaf kalau omongan gue tadi bikin lo sakit sampek lo nangis gini, maaf," Tangisan Joe pecah mendengar itu, Ya Tuhan! Kenapa Gisha selalu mengucapkan kata maaf dimana itu salahnya atau bukan , namun yang jelas kesalahan saat ini adalah murni kesalahan Joe, kenapa harus Gisha yang meminta maaf? "Tapi, gue gak tau permasalahan apa yang ngebuat lo bisa sama dia dan gue gatau perasaan lo ke Justin kaya apa, yang jelas gue yakin perasaan lo ke gue masih ada, jadi gue bakal tetep berada didekat lo gimanapun keadaannya, segimana gue harus ribut sama kakak gue sendiri, bakal gue lakuiin. Jadi tolong jangan menghindar dari gue," ======= Setelahnya, tanpa basa basi Justin bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang rapat tanpa sepatah pun, melihat itu dengan buru-buru Kayla bangkit dan menyuruh kedua asistennya untuk membereskan berkas dan perjanjian bersama Zendaya. Saat melihat Justin memasuki ruangannya, tanpa pikir panjang Kayla langsung memasuki ruangan tersebut, dimana Justin yang sudah merasa lelah itu berbalik kearah belakang untuk melihat siapa yang berani masuk tanpa mengetuk pintu, dan setelah tahu siapa yang berani masuk seenaknya, membuat Justin menghebuskan nafasnya pelan. Baiklah Justin paham, tidak mudah memang jika harus berurusan dengan Kayla. “Aku ingin bertanya sesuatu, bolehkah?” Justin diam dan mendudukan badannya, lantas mempersilakan wanita itu duduk. Melihat Justin yang berubah hampir 180 derajat ini membuat Kayla tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang Justin tidak terusik akan kehadirannya? Kayla tahu dari sekian banyak yang kencan bersama Justin hanya Kayla lah yang bisa membuat Justin puas akan hal yang dia lakukan dulu. Dengan Justin yang menatapnya dengan ekpresi dingin, tidak ada pandangan memuja bahkan menggodanya jika bertemu, itu membuat Kayla terheran-heran, kenapa? Kenapa bisa? Ini bukan Justin yang Kayla kenal. “Kamu serius untuk masalah tunangan itu?” tanya Kayla hati-hati. Melihat Justin yang diam menatapnya dan tidak merespon ucapannya membuat Kayla sedikit gugup, sial! Dengan sikap seperti itu saja berhasil membuat Kayla tergoda. “Saya rasa yang perlu di obrolkan hanya masalah pekerjaan saja, untuk diluar itu terlalu pribadi sepertinya,” jawab justin pada akhirnya. Yatuhan! Kenapa harus sekaku ini? Ini benar-benar bukan Justin, ah! Kayla tahu, apa Justin mempunyai kembaran? “Kenapa harus seformal ini? Lagi pula aku hanya bertanya. Aku tahu kamu bukan tipikal orang yang suka berkomitmen,” pancing Kayla. Mendengar itu Justin memejamkan kedua matanya lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat kearah Kayla. Dalam hati Kayla bersorak senang, ia berhasil membuat Justin mendekat kearahnya, ayolah! Kayla merindukan momen itu! Kayla mendongak, menatap Justin dengan tatapan yang selalu bisa membuat Justin luluh. Sedangkan Justin hanya menatapnya dengan ekpresi datar dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana nya. “Kamu tahu bukan? Prinsip orang bisa berubah kapan saja,” “Tapi aku rasa itu tidak berlaku bagi seorang Justin Kenzo,” Skakmat! Justin diam, benar. Yang diucapkan Kayla sepenuh nya benar, tapi itu semua hilang saat Joe datang ke kehidupannya, tidak. Hal itu tidak boleh rusak begitu saja, ia ingin memiliki Joe sepenuhnya dan Justin bersumpah tidak akan menyakiti hati gadis itu. “Ucapanku benar bukan?” sambung Kayla, lantas Kayla bangkit kedua tangannya merangkul Justin, wanita itu tersenyum miring. Ah Justin masih saja gengsi seperti ini. “Aku tahu kamu masih tidak bisa menolak pesonaku kan Justin?” Tangan kirinya menyentuh pipi Justin, mengelusnya pelan dan memandangi setiap inci wajah tampan lelaki itu secara detail. Dia benar-benar ciptaan tuhan yang sempurna. Justin yang mendapat perlakuan itu akhirnya jari lelaki itu menyentuh bibir Kayla lembut, menatapnya seakan-akan ingin menciumnya. Namun itu hanya terjadi beberapa detik, karena Justin langsung menarik tangan Kayla dan menyeretnya keluar dari ruangan, membuat Kayla tersentak dan malu karena kali ini Justin benar-benar menolaknya mentah-mentah. “Justin, kamu bercanda?” ucap Kayla saat sudah di depan ruangannya, banyak karyawan yang melihat kejadian itu, Justin yang paham dengan situasi lantas masuk kedalam ruangan dan menutup pintu keras. Bodoh! Bisa-bisanya Kayla menggodanya seperti tadi? Tidak, Justin tidak boleh jatuh lagi dalam pesona Kayla, itu bahaya. Ada janji yang harus Justin lakukan. Jangan sampai hawa nafsu itu merusak semuanya. Karena Justin tidak ingin meliht gadis yang ia cintai hidupnya semakin hancur dimana semuanya yang dia miliki hilang. Tanpa pikir panjang, Justin mengambil ponselnya dan mencari nomer yang ingin dia hubungi akhir-akhir ini. Saat panggilannya tersambung, Justin tersenyum lega dimana gadis itu mengeluarkan suara yang ingin Justin dengar. "Hey, love! miss me?" Goda Justin kepada Joe yang sudah bersumpah serapah di ujung sana, dan itu membuat Justin merasa bahagia, ya sesederhana itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD