Meet Little Princess

2039 Words
Tubuh gadis itu terhempas diatas kasur miliknya, ia benar-benar sangat lelah hari ini, definisi bener-benar lelah like... Ah! Entahlah, Joe malas untuk membayangkan apa yang terjadi hari ini, itu benar-benar menyeblakan. Apalagi disaat teman Justin dengan secara terang-terangan membandingkan dirinya dengan seseorang, walaupun Justin sudah menyuruh laki-laki itu diam. Tetapi tetap saja! Siapa sih yang kesel, bete, badmood dan lain-lain disaat kehidupan lo di banding-bandingin sama orang yang gak lo kenal? Tapi, kenapa Joe tiba-tiba merasa kek orang yang lagi cemburu sih? Wah! Gak bisa, ini gak boleh terjadi. Joe mendesah pelan. Melirik kearah jam dinding yang menunjukan pukul 8 malam, ia bangkit dari posisi berbaringnya dan merasakan seragam sekolahnya yang lengket, ia begitu banyak berkeringat hari ini dan itu membuat tubuhnya tidak nyaman. Dengan rasa malas yang sudah menggebu-gebu, Joe memaksakan kakinya untuk melangkah kearah kamar mandi dan melepaskan pakainnya satu-persatu, mungkin berendam air hangat sambil menghirup aroma terapi adalah pilihan yang bagus saat ini, dan itu bisa membuat fikiran Joe sedikit tenang nantinya. Ketika air bath up di kamar mandinya sudha terisi penuh dengan air hangat, Joe menurunkan jenjang kakinya kedalam dan memulai merendam disana, Dia membiarkan tubuhnya terendam oleh air hangat berbusa yang sudah Joe siapkan, kemudian kepalanya ia senderkan sambil memejamkan kedua matanya. Lengkungan bulan sabit di wajahnya terlihat jelas, Joe benar-benar menikmati itu. Tetapi tiba-tiba belum ada lima menit suara ponsel gadis itu terdengar dan itu membuat Joe mengerang kesal, bisa-bisanya tuh orang ganggu waktu tertenangnya saat ini. Setelah Joe mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang menelfonnya. Namun mendengar suara yang ia kenal di sebrang sana, itu mampu membuat memutar kedua matanya kesal. “Halo babygirl,” Suara serak nan berat Justin terdengar, sontak membuat Joe terkejut dan hampir membuat ponselnya jatuh ke air. “Lo?! Ngapain sih? Ganggu banget! Mana manggilnya gak jelas begitu,” “Astaga! Galak amat,” “Ya iyalah! Lo ganggu waktu gue tau,” “Masa? Emang lagi apa?” “Mandi,” Jawab Joe singkat. “Boleh dong vcall,” goda Justin dengan tawanya. “Cari mati ya lo sama gue,” “Ya ampun, bercanda doang,” Joe berdecak, “Ada apa? Baru aja tadi lo nganterin gue balik,” “Gak apa-apa sih, cuma pengen denger suara lo,” Sebenarnya Joe sangat risih dan geli dengan sikap Justin yang selalu tiba-tiba cheezy begini. “Sadar gak sih, kita tuh baru aja ketemu dua puluh menit yang lalu,” Nafas berat Justin terdengar, “Iya iya, gue tau kok,” “Ya udah gue matiin ya, mau lanjut mandi,” “Eh jangan!” Ucap Justin seperti halnya memohon, tanpa sadar Joe mengulum senyumnya,” “Kenapa?” “Gue kan mau denger suara lo,” jelasnya malu-malu dan lagi itu membuat Joe tersenyum lebar. Astaga, Justin punya sisi menggemaskan ternyata. “Gue bukan tipikal cewek yang gampang baper, mohon maaf aja nih,” “Iya lo bener, tembok di hati lo kuat banget,” Ucap Justin kecewa. “Tapi gak apa-apa masih banyak waktu buat pembuktian kalau gue bener-bener cinta sama lo,“ “Mau muntah gue,” “Joe! Ya tuhan! Lo gak tahu apa? gue ini jarang banget loh gombalim cewek,” “Ya terus?“ “Kok terus? Lo tuh harusnya seneng karena lo perdana gue giniin anjir! Sumpah ya lo gak seru,” Joe tertawa terbahak-bahak, sialan! Justin benar-benar membuat dirinya gemas kepada laki-laki itu. •••• Joe melihat saldo ovonya habis ditambah saldo rekeningnya juga, membuat gadis itu menghembuskan nafasnya kasar, dan entah mengapa tidak ada yang mengirim uang setiap minggunya seperti biasa. Gadis itu menaikan kedua pundaknya tidak peduli, tangannya menyambar tas ransel dan segera keluar dari apartemen. Tetapi diluar, Joe dikejutkan oleh dua orang bertubuh besar dengan pakaian serba hitam membuat Joe bergidik ngeri. Dan detik itu juga suara panggilan masuk terdengar membuat Joe segera mengangkatnya tanpa melihat lagi siapa yang menelfonnya, dedinisi kebiasaan buruk Joe. "Pagi ini, bodyguard gue yang nganterin lo kesekolah, dan pulang biar gue yang jemput," Suruh Justin membuat Joe sedikit bungkam. "Lo gak perlu kali repot-repot gini, lagian gue bisa berangkat sendiri," "Saldo OVO sama saldo rekening lo habiskan? Nanti gue isi, tapi mulai hari ini dan seterusnya lo sekolah di anter mereka dan pulang dijemput sama gue," Joe menaikan sebelah alis matanya, bagaimana bisa Justin tau bahwa Joe benar-benar tidak ada uang sekarang? "Kenapa bisa tau?" Justin terkekeh membuat Joe memutar bola matanya jengah mendengar kekehan lelaki itu yang seperti merasa bangga. "Bukan urusan lo sih, tapi selama gue jatuh cinta sama lo apapun tentang lo gue tau semua kok, anyway sampai bertemu nanti sore love!" Sambungan terputus, membuat Joe heran terutama saat Justin menyebutkan kata khusus kepada dirinya, gadis itu bergidik geli, Joe mengalihkan pandangannya kedua orang yang sedari tadi menunggu Joe, mereka menatap gadis itu datar membuat Joe meragukan mereka beneran manusia atau robot. "Kalian orang atau bukan? Kalo bukan gue ogah berangkat bareng lo lo pada," Mendemgar tuturan Joe membuat kedua orang tersebut gelagapan panik, karena kalo Joe tidak dengan mereka Justin akan marah, karena mata-mata Justin ada dimana-mana dan tidak terlihat "ma-maafkan kami nona," ujarnya salah satu dari mereka, membuat Joe tertawa pelan saat melirik kearah mereka. ======================== "Apa lo! Gue males sama kalian, bisa-bisanya ngebiarin gue sama dia," Sebal Joe kepada Satya dan Arga, gadis itu sejak pagi sengaja mendiamkan mereka berdua karena kesal, seenaknya memberikan dirinya kepada Justin, walaupun sesudah itu Joe bisa menerima kehadirannya. "Heh somplak! Lo gak liat apa wajahnya garang gitu? ya gue sama Satya cari aman lah takut gue balik-balik di kejar sama anak buahnya, biasanya orang-orang begitu kan pasti punya preman bayaran," keluh Arga membuat Joe diam dan membenarkan nya dalam hati, gila! Bagaimana bisa Joe tidak berfikir sampai sejauh itu. “Tapi, lo gak di apa-apain kan?” Tanya Satya serius, pandangan Joe saat ini mengarah kepada Satya, ia menggeleng pelan seraya menjawab pertanyaan yang Satya berikan kepadanya. “Bener?” Joe mengangguk lagi. “Gak bohong ke gue kan,” “Ih! Lo kok gak percaya sama gue sih?” Jelas Joe kesal. "Bye gue laper! Gue masih kesel sama kalian, jadi hari ini gue mau sendirian dulu,“ Joe meninggalkan mereka yang masih mesuh-mesuh kepada Joe yang tidak paham dengan situasi menjadi diri mereka. Joe masih jalan menulusuri koridor sekolah, tapi langkahnya tidak mengarah kekantin, melainkan ke gedung sebelah seperti biasa, karena Joe tidak ada uang sepeser pun mau tidak mau rasa lapar yang ia rasakan harus ditahan. Sebelum itu, seseorang memangil Joe membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk menaiki anak tangga, seorang gadis berponi tipis membawa bungkusan takut-takut dan menyodorkan kearah Joe. Joe menatapnya aneh, dengan tubuh yang masih gemetar karena lawan bicaranya adalah siswi terpengaruh membuat nyalinya sedikit menciut. "Ini ada kirimn grab at-atas nama lo," jelasnya membuat Joe lagi-lagi tak kuasa menahan senyumnya karena Joe tau pasti ini perbuatan Justin. Sial! Joe tidak boleh luluh secepat itu, tapi ini Joe loh Jovanka, cewek yang mudah sekali baper kalo ada cowok yang memperlakukan nya dengan baik, walaupun jarang. Joe mengambil bungkusan tersebut dan mengucapkan terimakasih, membuat gadis itu tersenyum kikuk dan berjalan terburu-buru meninggalkan Joe. ======================== Justin menghela nafas, tiba-tiba saja otaknya memikirkan Joe, membuat Justin tersenyum lagi. Beberapa hari memikirkan gadis itu membuat Justin kehilang kendali, benar-benar memalukan tapi Justin benar-benar merasakan itu Bahkan Joe berhasil membuat seorang playboy seperti Justin yang tiap Minggunya bergonta-ganti pasangan membuat Justin seolah kehilangan selera untuk melakukan itu lagi ditambah bercinta dengan gadis lain seperti biasanya . Mungkin memang terlalu egois bila Justin memaksa perasaan Joe, karena pada kenyataannya Joe bukanlah gadis yang harus dikencani terus dibuang begitu saja karena Joe adalah gadis yang akan ia nikahi. Tapi peduli setan! Justin adalah orang yang mempunyai ambisius besar apalagi masalah percintaan, Justin tidak suka bila ia kalah atau gagal. Baginya apapun yang dia ingin harus tercapai, seperti hal bisnis yang ia lakukan dan berprofesi menjadi dokter pun ya karena ambisinya yang kuat. Dengan tipikal kepercayaan dan kegigihan yang tinggi membuat dirinya sesukses sekarang. Entahlah mungkin istilah cinta itu buta benar buktinya Justin merasakannya pada bocah SMA, namun Justin masih tidak peduli, saat ini Justin menganggap Joe seperti berlian mahal yang ia miliki dan ia jaga. Dan juga saat ini Justin benar-benar memiliki dua berlian penting dihidupnya, Joe dan Jazzy. Bel sekolah terdengar di indera pendengaran Justin murid SMA Nuansa Alam berhamburan keluar sekolah, Justin keluar dari mobil menunggu sesosok Joe karena ia sudah janji akan menjemput gadis itu. Beberapa menit kemudian, Sesosok yang Justin menunjukan batang hidungnya, gadis itu berjalan beriringan dengan kedua teman lelakinya. Sambil asik bercanda Justin berteriak memanggil Joe membuat semua murid memfokuskan pandangannya kepada Justin. Melihat Justin di sebrang sana sambil melambaikan tangannya kearah Joe, Dalam hati ia merutuk karena kelakuan Justin yang kali ini benar-benar membuat nya malu. Oh ayolah! Apa tidak bisa Justin bersikap keren sedikit seperti kemarin? "Gue sih heran duit yang dia punya berapa banyak, beli Lamborgini Verneno aja mampu njir!" Celetuk Arga kagum, Satya hanya diam melihat kehadiran Justin. "Udah sono samperin, gue yakin pujaan hati lo udah nunggu lama," ucap Satya malas. "Lo mau gue bogem!" Ucap Joe kesal kepada Satya, Satya hanya tertawa pelan, membiarkan Joe berjalan menjauh dari mereka dan saat ini sudah berada di hadapan Justin yang sudah tersenyum lebar seperti orang bodoh. "Lo tuh punya kepribadian berapa sih? Kadang sok cool, terus kek orang g****k gini, nanti apa lagi?" Justin menaikan pundaknya tidak peduli,"Naik, gue mau ngajak lo kesuatu tempat," "Kemana?" "Gausah banyak ngomong, cepet masuk!" suruh Justin, dan sekarang sikap mengaturnya pun keluar, sial benar-benar orang aneh yang pertama kali Joe kenal. Joe melihat sebuah tempat dimana tempat tersebut adalah khusus untuk les balet, Joe keluar dari mobil memperhatikan secara seksama lalu menoleh kearah Justin yang sudah berdiri di sampingnya. Gadis itu melirik keleher Justin yang terdapat tatto berbentuk sayap, membuat Joe tersadar bahwa Justin bertato. Sejak kapan lo punya tatto?" Justin menoleh, jarinya menyingkirkan beberapa rambut dari wajah Joe, Joe sedikit tertegun dan berdebar namun segera mungkin menetralkan perasaannya, tidak, belum waktunya, cetus Joe dalam hati. "Sekitar umur 18 tahun, kenapa?" Joe menggeleng, " berapa banyak tatto yang lo punya?" Justin sempat berfikir kedua tangannya kembali dimasukan kedalam saku celananya, "Gak kehitung, ah nanti juga lo tau kok," Saat Joe mau membalas Obrolan tiba-tiba banyak anak kecil keluar dari tempat tersebut, berlarian kearah orang tua mereka, dan Joe baru sadar bahwa mereka dari tadi diperhatikan oleh orang-orang sekitar, oh bukan! Yang jelas mereka memperhatikan Justin, ya tentu! Karena Justin bagaikan primadona di kalangan semua wanita. "Daddy!!" Anak kecil dengan rambut panjang berlari kearah Justin dengan semangat, Joe memperhatikan mereka, Justin dengan senangnya juga menyambut gadis kecil itu, membuat Joe yang melihatnya sedikit gemas, oh ayolah bagaimana bisa Justin sekeren itu bila bersama anak kecil? Benar-benar hot Daddy sial! "Gimana latihan balet hari ini?" Tanya Justin, gadis itu tersenyum menampilkan gigi rapihnya. "Seru! Seperti biasa aku mendapat kan pujian dari guru-guru," Jelasnya formal lalu pandangannya jatuh kepada Joe yang sedikit salah tingkah saat diperhatikan intens oleh anak kecil, karena bingung harus bersikap seperti apa. "Dia siapa?" Tanyanya ragu, Justin bangkit lantas merangkul Joe, tidak peduli dengan semua orang yang lagi-lagi memperhatikan mereka. "Dia adalah orang yang akan menemani Daddy seterusnya," "Bundanya Jazzy?" tanya gadis kecil dengan nada polos. Justin dan Joe gelagapan, apa yang Justin ucapkan sebenarnya benar, tapi bukan berarti diucapkan secara terang-terangan didepan umum, tapi karena Jazzy adalah bocah yang peka dengan keadaan Justin hanya menghela nafas pasrah dan memberikan isyarat kepada Joe untuk paham dengan sikap Jazzy seperti ini. Tiba-tiba saja gadis kecil itu memeluk tubuh Joe san tersenyum lebar, "Welcome to our family Queen," Ucapnya dengan bahasa Inggris yang fasih. Joe menatap kedua bola mata Jazzy yang berbinar senang itu membuat hatinya terenyuh, sehingga dirinya penasaran sudah berapa lama dia tidak merasakan kasih sayang seorang ibu? Lantas Joe sedikit menjajarkan tubuhnya dengan Jazzy, mencubit pipi kirinya gemas dan memeluk Jazzy kembali, "Thanks you Princess," Terdengar kekehan Jazzy menandakan bahwa ia benar-benar menerima kehadiran Joe, Sedangkan Joe sebisa mungkn menahan air matanya untuk tidak keluar, karena jujur saat ini joe merasa sedih, Joe pun tidak pernah merasakan pelukan sang Ibunda lagi, jadi Joe paham betul apa yang dirasakan Jazzy selama ini. Sedangkan Justin yang melihat keakraban mereka tersenyum tipis, merasa bahagia karena ini keluarga yang ia inginkan selama ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD