Touring 2 (Ratu)

1930 Words
Setelah sarapan pagi dengan keluarganya tanpa adanya suara di antara mereka kecuali dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Alin langsung bangkit meninggalkan Papa dan Mamanya berdua berniat mengekori kepada Angga dan menjelaskan apa yang kemarin terjadi. Dengan perasaan ragu, Alin memasuki kamar Angga. Lelaki itu menatap kehadiran Alin dikamar nya dengan tatapan datar. Seperti yang Alin ceritakan kemarin, jarak di antara mereka berdua dan kecanggungan itu membuat rasa ke tidak nyaman bagi mereka. "Anu...kerjaan lo di perusahan itu gimana?," Alin sedikit gagap saat dirinya mencoba basa basi kepada kakaknya. Angga menggeleng seraya tersenyum miring, merasa tidak percaya bahwa adiknya mencoba bertele-tele dengannya. "To the point," ucapnya dingin. Alin menghela nafas, pasrah dengan perubahakan Angga. Lantas tanpa pikir panjang gadis itu memberi berkas yang kemarin di berikan oleh Justin dan menaruhnya di atas kasur. "Itu alasan kenapa kakak gak pernah pulang ke rumah dan gak ada kabar sampai detik ini," Jelas Alin. Dengan adanya surat yang Hannah buat, beberapa fotonya, hasil USG bahkan berkas bukti pernikahan sirih antara Justin dengan Hannah di sana. Itu sangat cukup untuk membuat Angga paham menurut Alin. "Gue balik lagi ke kamar, kalau ada yang gak lo ngerti ke kamar gue aja," sambung nya lagi lalu pergi meninggalkan Angga yang sudah menatap ke arah berkas tersebut. Tanpa pikir panjang Angga mengambil dan membukanya, membaca satu persatu sebari melihat foto-foto Hannah bersama kedua temannya. Paham dengan ini semua lelaki itu menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Tidak percaya dengan yang sebenarnya terjadi. Ternyata dengan informasi yang ia tahu selama ini yang Angga dapatkan dari teman-teman Hannah itu salah. Ia selama ini sudah salah menaruh dendam kepada Justin yang katanya lelaki itu membawa Hannah kabur dan menghamilinya tetapi yang sebenarnya dia lah yang membantu Hannah dan menemani Hannah sampai akhir hayat gadis itu. Ditambah lelaki itu lah yang merawat Jazzy sampai sebesar sekarang Dan entah mengapa Angga sedikit menyesal bahwa sudah mencampuri masalah orang lain kemarin. Iya, Angga memiliki salinan video Justin bersama Kayla saat mereka melakukan hubungan intim kemarin. Kebetulan saat itu Angga berniat untuk ke toilet, tetapi saat melihat ruang CCTV tidak ada orang dan salah satu layar telah menarik perhatiannya membuat Angga segera mensalin video tersebut lalu ia hapus di data CCTV kantor. Dengan Angga yang bekerja sebagai editor dan sekertaris kedua CEO ia bisa melakukan hal mudah seperti itu. Awalnya Angga berniat ingin menjatuhkan Justin dengan cara memberi video itu kepada CEO barunya yang menurut rumor adalah calon istri Justin atau tidak menyebarkan video itu, tetapi jika faktanya seperti ini Angga tidak bisa mengambil langkah sembarangan. Namun disisi lain, dengan sikap bejad Justin seperti kemarin. Membuat ia sedikit prihatin kepada bosnya yang sekarang, Baiklah! Itu bisa ia simpan pikirnya, bagaimanapun itu adalah bukti kuat kalau sampai ada sesuatu diantara mereka berdua nanti. Sejak dulu sebelum pergantian CEO, Angga dekat dengan pak Dikta. CEO yang selalu ramah kepada semua Karyawan bahkan beliau saja tidak segan-segan untuk memberi bonus yang besar kepada Karyawan yang rajin. Maka dari itu saat ia tahu bahwa CEO baru sesudah ALM pak Dikta adalah anaknya. Angga ingin melakukan yang terbaik lagi untuk perusahaan dan anaknya nanti dan juga Angga tidak ingin anaknya merasakan hancur dengan sikap calon suami nya yang tidak berperasaan itu. Lantas Angga bangkit dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya ke arah kamar Alin yang berada di sebrang kamarnya. Dengan perasaan ragu laki-laki itu mengetuk kamar adiknya. “Lin, gue boleh masuk?” Ucapnya sambil membuka pintu dan menunggu Alin mengizinkan dirinya untuk masuk. Dan tanpa sengaja Angga melihat Alin yang sedang mengganti baju sehingga perutnya yang sedikit membesar membuat semua berkas tentang Annah yang dia pegang berjatuhan. Alin langsung menoleh, merutuki dirinya sendiri yang tidak mengunci pintu kamarnya dan merutuki Angga yang juga memasuki kamarnya tanpa izin. “Lo kok-“ Angga langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar Alin, laki-laki itu sudah memasang raut wajah marah kepada adik perempunnya itu. “Gue salah liat kan Lin?” Tanyanya memastikan. Alin diam, ia ragu ingin menjawab yang sebenarnya kepada Angga, rasa takutnya sangat besar saat ini, sialan! Ternyata tidak semudah yang dirinya fikir. “Lin! Jawab gue?!” Tekannya lagi dengan suara yang ia tahan, Angga tidak ingin percakapan ini terdengar oleh kedua orang tuanya, dia tidak ingin hal yang sama kembali terulang. Tidak, Angga tidak ingin kehilangan Alin seperti halnya Angga kehilangan kakaknya, Annah. “Lin-“ “Fine! Gue emang hamil,“ Jawabnya, dan itu mampu membuat kedua kaki Angga melemas dan tubuhnya terjatuh tepat di hadapan gadis itu. Mereka saling diam, hanya deru nafas yang terdengar pada indera pendengaran merek berdua, Alin tidak berani membuka suara karena takut Angga akan membentaknya. Namun entah kenapa langkah kaki gadis itu mendekat ke arah kakanya yang masih terjatuh paku di lantai. “Diem gak lo,“ Angga mendongak menatap Alin dengan tatapan datar dan menyuruh gadis itu tetap diam di tempat. Alin diam, menuruti apa kata Angga. Baiklah, ia harus siap mental untuk menghadapi masalah yang ia buat sendiri sekaligus kebodohan yang ia lakukan juga. Angga menarik nafas panjang, “Siapa ayahnya?” Dengan rasa ragu Alin menjawab, “Andre Kak,” “Andre?” Tanyanya sambil mengerutkan dahinya. “Andre Abraham Sugiono, anaknya om Gerry Abrahan Sugiono,” Jawab Alin. Andre semakin melemas, mulutnya untuk mengeluarkan makian pun sudah tidak sanggup sangking terkejutnya. Ini benar-benar masalah besar, karena bagaimana pun Om Gerry adalah teman dari ayah mereka dan orang sangat terpengaruh di kota ini. Dan jika Om Gerry tahu bahwa anak semata wayangnya melakukan kesalahan (menghamili Alin yang notabenenya anak dari rekan kerjanya ) itu bisa membuat laki-laki berumur lima puluh tujuh tahun itu akan membatalkan kontrak dengan ayahnya. “Kok lo bego sih Lin?” Geram Angga. “Kok bisa-bisanya lo ngelakuiin hal g****k begini?” Angga bangkit melangkahkan kedua kakinya untuk mendekat kepada Alin, “JAWAB! KENAPA LO BERSIKAP KAYA p*****r HAH!” “NGGA! KALO LO GAK TAHU APA-APA TENTANG GUE GAK USAH MARAH-MARAH BEGINI DONG!” Ucap Alin yang sudah terbawa emosi juga. Angga terkekeh, apa dia bilang? Dirinya gak tahu tentang Alin? “APA LIN? COBA LO BILANG LAGI?“ Tangan laki-laki itu mendorong pelan tubuh Alin sehingga ia sedikit memundurkan langkahnya beberapa langkah. “ LO BILANG DENGAN ENTENGNYA GUE GAK TAHU LO?” Angga lagi-lagi tertawa kedua tangannya memegang pundak Alin kencang, “TANPA LO TAHU GUE TUH STALKING LO TERUS ANJING!“ “EMANGNYA GUE GAK TAHU LO JUAL DIRI DI APLIKASI MICHAT HAH!” “DAN DI KIRA GUE GAK TAHU JUGA LO PUNYA KELAINAN HYPERSEX SAMPEK LO HAUS AKAN BERHUBUNGAN BADAN SAMA COWOK?” “PLEASE! GUE TAHU SEMUA! TAPI SELAMA INI GUE DIEM KARENA GUE BERFIKIR LO GAK BAKALAN SAMPAI KE LEWATAN, TAPI TERNYATA? LO SAMA PELACURNYA KAYA CEWEK-CEWEK YANG PERNAH GUE TEMUIN,” Alin yang emosinya sudah memuncak nafasnya sudah beraturan, dia benar-benar marah sekarang. Iya, gadis itu marah kepada Angga karena kakaknya hanya diam sebagaimana dirinya mempunyai kelainan. Ia mengatur nafasnya pelan dan Alin sudah tidak peduli jika kedua orang tuanya terutama ayah mereka mendengar percakapan Alin dan Angga saat ini. “Dan yang bikin heran, kenapa di saat lo tahu gue punya kelainan yang menjijikan lo diem aja Ngga?“ Air matanya sudah keluar secara bergantian, Alin mati-matian sedari tadi menahan agar tidak menangis ternyata tembok pembatas yang ia buat tidak sekuat dan sekokoh yang ia kira. Mendengar pertanyaan adiknya Angga terdiam, ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Karena dirinya juga merasa bersalah akibat Angga tidak bertindak sedikit pun untuk membantu adiknya. “JAWAB b*****t! JANGAN DIEM AJA!” Kali ini Alin menampar pipi kanan Angga dengan kencang, dan ia tidak membalas tindakan Alin sedikit pun. Alin menghapus air matanya sebari terkekeh pelan. “Seperti yang gue duga, lo tuh emang kakak yang gak berguna tau ga. Gue bener-bener nyesel di lahirin di dunia terutama di keluarga rusak kaya gini,” Alin melangkah ke arah lemarinya, kemudian mengambil koper besar milik gadis itu. Dengan perasaan yang hancur sekaligus air mata yang sudah berderai tidja beraturan di pipinya Alin memasukan bajunya asal dan skincare miliknya ke dalam. “Lo mau kemana?” Tanya Angga panik. “Pergi, cepat atau lambat bokap juga bakal memperlakukan gue sama kaya kak Annah,” Jawab Alin dingin. Angga menarik lengan Alin sehingga gadis itu memberhentikan aktivitasnya dan menatap Angga datar, “Lo gak bisa pergi seenaknya,” “Gimana? Lo tuh siapa Ngga,” Alin menepis pegangan Angga. “Lo tuh bukan Ayah yang bisa ngambil keputusan sesuai yang dia mau,” Setelah Alin selesai menyelesaikan aktivitasnya, gadis itu melangkah ke arah pintu kamarnya dan membukanya. Di saat dirinya berniat untuk melangkah, niatnya ia urungkan saat melihat kedua orang tuanya yang sudah berada di depan kamarnya. Ibunya yang sudah menangis sesenggukan dan Ayahnya yang sudah memasang raut wajah marahnya. “Kalian berdua ke bawah,” Ucapnya dingin sebari menatap Angga dan Alin secara bergantian. “Buat kamu, hubungi Andre secepatnya dan suruh anak itu ke sini,” Lanjutnya lagi kemudian melangkah pergi dari situ. Oke, baiklah. Semua akan hancur pada waktunya. •••••••••••• Tepat pada pukul dua siang saat ini Joe dan Justin sedang berada di rest area di salah satu daerah Sukabumi, gadis itu memegang botol minuman teh pucuk dingin sebari menyenderkan tubuhnya di motor Harley milik Justin. Justin sedang berkumpul dengan teman-temannya yang tidak jauh jaraknya dari gadis itu, kedua matanya tidak berhenti menatap Justin yang sibuk mengobrol sebari sedikit tertawa di sela-sela obrolannya, belum lagi melihat Justin yang sedang merorok seperti itu. Entah, di matanya kali ini Justin terlihat sesksi dan tanpa sadar wajah gadis itu merona merah karena tiba-tiba fikirannya berubah tidak karuan akibat mengingat momen hal intim dengan laki-laki itu. Kepalanya menggeleng pelan, berusaha membuang jauh-jauh fikiran kotornya itu sekaligus menetralkan detak jantungnya yang sudah berdetak tidak karuan. Sial! Benar-benar selemah itu Joe kalau udah naper tingkat dewa. Justin benar-benar bisa membuat dirinya takluk hanya karena sikap manis sekaligus hal yang sangat-sangat sensitif dan liar. “Hai,” Seseorang menyapa Joe, membuat gadis itu sedikit terkejut dan menoleh ke arah seseorang yang sudah berdiri tepat di sebelahnya. “H..hai,” Jawabnya kaku. Gadis dengan rambut berwarna blonde dan kedua bola mata berwarna abu-abu karena memakai kontak lensa tersenyum hangat kepada Joe. Melihat secara sekilas pun ia bisa menilai gadis itu beda dua tahun lebih tua dari dirinya. “Ratu,” Ucapnya sebari menyodorkan tangannya ke arah Joe. Dan Joe membalas uluran tangannya, “Joe,” Mereka saling melepskan tautan tangannya, kemudian Joe mengalihkan kembali pandangannya kepada Justin. Ratu yang sadar kalau sedari tadi gadis di sebelahnya menatap Justin berdehem pelan. “Lo, first time ya?” Tanyanya lagi. Joe mengangguk mengiyakan, “Iya,” “Bawaannya Justin?” “Barengannya Justin,” Koreksi Joe, gadis itu sedikit tidak suka di sebut seperti yang ia katakan, kesannya seperti halnya cewek-cewek sewaan seperti yang Justin ceritakan saat di apart tadi. Karena rata-rata teman-teman Justin di sini jarang sekali membawa pasangan asli mereka semua, yang ada mereka lebih prefer menyewa gadis-gadis muda untuk di bawa touring seperti ini. Ratu mengangguk, “Dari dulu Justin jarang banget bawa cewek, ini perdana banget,” Kekeuhnya. “Jadi lo pacarnya atau..” “Calon istrinya,” Jawab Joe langsung. “Oowww i see,” Ratu mengangguk paham dan tersenyum. Lalu menepuk pundak Joe pelan, “You know. He’s good player and i love that!” Jelasnya sebari mengedipkan satu matanya ke arah Joe dan langkahnya menjauh meninggalkan gadis itu di tempat. Good player ya? Joe tertawa pelan, ia menyadari satu hal sekarang. Gadis yang bernama Ratu itu pernah tidur dengan Justin. Dan itu cukup membuat Joe sedikit marah sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD