Touring 4 (Satya) ‼️‼️

2552 Words
Suara dentuman music dari DJ terkenal memenuhi area kolam renang hotel tersebut. Joe sedang bersama dengan Nakula dan Satya sekarang karena lagi-lagi Justin sibuk dengan teman-temannya yang lain. Mereka bertiga benar-benar menikmati party yang telah di selenggarakan anak-anak geng motor ini. “Sumpah ya, Gilang sama Arga bakal nyesel banget gak ikut lo La,” Ucap Joe sambil berteriak. Tangannya yang memegang gelas wine yang baru saja telah di isi ia minumkan. Nakula mengangguk, “Udah lo kirim kan foto kita bertiga di grup?” Joe mengangguk kencang, “Udah, gue juga bilang banyak cewek cakep di sini. Dan mereka heboh banget.” Mereka tertawa sekaligus melanjutkan gerakan kecil sambil menyesuaikan irama lagu DJ yang sedang di putar. Kedua mata Joe jatuh kepada Satya yang sedang duduk di tengger bar sambil memegang gelas kosong yang minumannya baru saja ia minum. Melihat Satya tidak semangat seperti biasanya jika sedang party begini membuat Joe terheran, lantas langkahnya mendekatkan kepada Satya. Hanya beberapa senti dari jarak mereka berdua, Joe merangkul laki-laki itu dan meniup telinga kanannya. Satya terkejut, pandangannya reflek menoleh kepada Joe. Saat pandangan mereka bertemu Satya tersenyum. Kali ini wajah mereka benar-benar sangat dekat dan itu mampu membuat detak jantung Satya berdegup tidak karuan. Sial! Joe cantik banget malam ini, dengan polesan make up tipis dan hidung mancungnya yang hampir bertubrukan dengan hidung mancung milik Satya juga membuat dirinya berharap waktu berhenti sebentar sekarang. Dan tanpa di ketahui Satya, detak jantung Joe pun berdegup lebih kencang dari biasanya, entah lah ia tidak tahu apa yang terjadi pada diri Joe. Yang jelas melihat Satya lebih dekat dari biasanya, mampu membuat perasaan Joe tidak karuan. “Lo cantik banget,” Jujur Satya, di tambah dorongan dari mana tangan laki-laki itu membelai pipi Joe di remang-remang lampu malam. Joe hanya tersenyum tidak menolak perlakuan skin touch yang di lakukan Satya kepadanya, bahkan Joe pun tidak tahu apa yang terjadi dengannya malam ini, padahal dia tidak banyak minum dan bisa di bilang dia masih tersadar sekaligus tidak terpengaruh oleh alkohol sama sekali begitupun Satya. Laki-laki itu hanya meminum vodka satu gelas, selebihnya ia meminum soda. Hampir beberapa menit mereka saling tatap, Satya bangkit dari duduknya dan tangannya mengenggam tangan mungil milik Joe. Dia menuntun gadis yang ia cintai ke lantai dansa. Joe tersenyum, sumpah Joe benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Ini benar-benar sudah melebihi batas karena jujur ia tidak tahu apa yang membuat Joe menerima semua perlakuan Satya yang kelewat manis ini. Dengan tangan yang memegang pinggang ramping Joe dan tangan kanannya memegang pipi gadis itu sebari jempolnya mengelus pelan kulitnya, itu cukup membuat Joe tertegun. Belum lagi saat Satya menempelkan dahinya dengan dahi milik Joe, wajah mereka benar-benar semakin dekat bahkan sesekali Satya memandangi bibir Joe. “Sat lo k-“ “Ssttt,” Satya memberi jarak kembali wajah mereka berdua, kali ini laki-laki itu memeluk Joe lembut sambil menggoyangkan pelan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. “Kasih gue waktu menikmati ini semua sama lo ya, sebentar aja,” Jelas Satya. Joe hanya diam, gadis itu tidak menjawab sama sekali karena fikirannya sedang tidak fokus sekarang akibat detak jantung dan otaknya sedang tidak sinkron, apalagi menghirup wangi maskulin tubuh sahabatnya ini, harumnya memang selalu bisa membuat Joe ketagihan. Dan entah kenapa kedua tangan Joe membalas pelukan Satya, merasakan hal tersebut ia tersenyum tipis. “Pelukan gue juga nyaman ya,“ Goda Satya dan itu mampu membuat dirinya menerima cubitan kecil di punggungnya. Asli sih, Joe gak pernah bisa kalem gitu sejam? “Pede banget sih,” Ucap Joe kesal akan tetapi ia juga ikut terkekeh pelan. Satya mempererat pelukannya seakan-akan ini pelukan terakhir dirinya dengan Joe. “Seandainya gue punya segala hal yang ada di dunia ini, lo mau sama gue ga?” Tanyanya tepat pada telinga Joe dan Joe sedikit bergidik geli mendengar suara khas laki-laki itu yang berat. “Mau sama lo? Kok tiba-tiba? Kenapa?” Joe kembali melempar pertanyaan, sedikit aneh dengan perkataan Satya malam ini yang agak sensitif. Satya menatap wajah cantik itu dengan damai, tangannya masih belum ia lepaskan dari pinggang rampingnya. “Cuma nanya aja kok, kali aja gue termasuk kriteria lo sebagaimana bukan anak Sultan,” Eluhnya, tidak tahu apa ini hanya perasaan Joe saja atau bukan. Dari cara bicara Satya sekarang, laki-laki itu seakan-akan sedang mengharapkan dirinya. Tapi Joe gak mau kegeeran please! Mohon maaf aja nih. Joe berusaha menetralkan wajahnya yang sudah kegeeran sejak awal, tipikal dirinya sejak dulu BAPERAN dan Joe membenci itu. Padahal kita pun tidak tahu mereka berucap seperti itu benar atau hanya iseng belaka. “Lo kan tahu gue gak pernah sedikit pun milih cowok kaya apa enggak nya,” Kekehnya, pandangan Joe masih tidak terlepas sama sekali. Ia benar-benar menyukai wajah Satya yang manis itu. “Kayanya gue gak harus menjelaskan kriteria cowok gue tuh kaya gimana deh Sat, karena menurut gue lo tuh tahu. Yang jelas gue gak mematokan cowok harus kaya,” Satya tersenyum sebari mengangguk pelan, Joe memang lah Joe ia tidak suka ribet memilih laki-laki untuk di jadikan pasangannya, dan Satya suka itu. Akan tetapi kekurangan Joe hanya satu, gampang baperan aluas bawa perasaan apalagi kalau liat cowok ganteng. Udah deh fangirling gak jelas. Apalagi kalau liat cowok yang mukanya ke barat-baratan, udah deh Satya tahu histerisnya kata gimana tuh anak. Tapi Satya gak pernah mempermasalahkan itu. Tangannya kembali membelai lembut pipi Joe, dan Joe yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tersenyum lembut sebari memegang tangan Satya yang berada di pipinya. Ia memejamkan tangannya sebentar menikmati perlakuan manis Satya yang bisa membuat Joe.... nyaman, nyaman seperti di rumah. “Terkadang gue tuh hampir banget ke bawa baper sama lo tau ga sih!” Kekeh Joe yang saat ini kepalanya ia senderkan di d**a bidang milik Satya. Laki-laki itu tertawa kencang, sebagaimana dentuman music memenuhi inderan pendengarannya, ia masih mampu mendengar tawa renyah milik Satya. “Kok ke bawa baper, kenapa?” “Pake tanya kenapa lagi, lihat aja nih perlakuan lo ke gue gimana? Belum lagi yang kemaren-kemaren,“ Jelas Joe. “Berarti gue kurang nih perhatiannya mangkanya lo belum baper banget sama gue,” Goda Satya lagi. “Astaga Sat! Lo kenapa sih HAHA!” Tawa Joe di sela-sela sikap salah tingkahnya. Sumpah ya, malam ini Satya beda banget! “Iya-iya gue bercanda, lagian gue sadar diri kok. Gue tuh gak setajir calon laki lo, mangkanya gue gak berani buat jadiin lo pasangan gue di saat keadaan gue lagi di bawah, masih banyak yang harus gue kejar” Ucap Satya lemah sebari memeluk tubuh Joe erat. “Gimana?” Tanya Joe pura-pura, padahal Joe kali ini peka dengan apa yang di maksud sahabatnya itu. “Gak deh,” Ucap Satya lantas mengecup ujung kepala Joe sekilas, kerasa atau tidaknya Joe, Satya tidak masalah. Ia hanya ingin menunjukan bahwa dirinya benar-benar menyayangi gadis itu. •••••••••• Dengan acara yang masih berlangsung Joe sengaja meninggalkan gedung belakang ke kolam renang dalam ruangan yang Joe lihat tadi sewaktu check in. Sesudah menapakkan kaki nya Joe duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki yang sudah di masukan ke dalam air, karena sedang berada di ujung puncak acara semua orang menikmati tampilan DJ ternama di sana. Di sini hampir tidak ada satupun orang, bahkan bisa di bilang hanya Joe sendiri dengan penerangan air di dalam kolam dan cahaya bulan yang masuk dari jendela kaca besar di sebrang kolam. Pikiran gadis itu melayang kepada kejadian yang baru saja terjadi yaitu dirinya dan Satya, ia benar-benar memikirkan ucapan yang Satya jelaskan kepadanya. Sebagaimana terdengar ambigu, Joe cukup paham dengan maksud laki-laki itu. Joe terkekeh pelan, bisa-bisanya Satta memengaruhi fikirannya sekarang. Kemudian ia menggeleng tidak percaya bahwa dirinya berada ditengah-tengah kumpulan orang-orang pecinta motor, ya siapa lagi kalau bukan karena Justin? Bahkan Justin pun menikmati acara tersebut. Dan hotel ini pun di kelilingi wanita bayaran untuk melayani orang-orang itu. Sebenarnya Joe sudah menanyakan ini, apa boleh mereka membawa Jazzy ikut, tetapi dengan jawaban Justin yang seperti bahwa asistennya, Jessica yang mampu menangani gadis kecil itu Joe tidak perlu khawatir bila dia melihat huru hara dunia ini sebelum waktunya. Gadis itu menghela nafas, dengan tubuhnya yang masih memakai baju renang pendek namun sengaja ia tutup dengan cardigan hitam akhirnya ia buka. Lantas ia masuk ke dalam kolam, menikmati air dingin yang menjalar ke tubuhnya. Mungkin kalau Nakula dan Satya membuntuti Joe kesini bahkan melihatnya berenang jam 11 malem seperti ini yang ada bakal di bully habis-habisan. Tapi saat melihat mereka berdua menikmati acara tersebut sambil menikmati minuman alkohol yang tersedia, ia yakin dua cecunguk itu tidak akan mengikutinya. Joe berenang ke ujung kolam, mendekati jendela kaca besar lalu menatap pemandangan yang sudah di hiasi gemerlap lampu dari lampu acara tersebut, bahkan dengan air pantai yang di hiasi bulan di ujung sana. Joe tersenyum, liburan semester kali ini tidak buruk, ya walaupun harus berhubungan dengan hal seperti ini. "Kenapa sih suka ilang tiba-tiba," Suara yang Joe kenal terdengar dan sedikit menggema dalam ruangan. Joe terkejut, gadis itu membalikan tubuhnya, namun nafasnya terlihat lega saat Justin dengan telanjang d**a sedang berdiri di pinggir kolam lalu berenang mendekat ke arahnya. Joe mendongak setelah itu Justin sedikit menjongkokan tubuhnya dan tangan kanannya menyentuh pipi dingin Joe lembut. Jantungnya berdegup kencang melihat Joe seperti ini. Joe terlihat menggoda berkali-kali lipat saat rambutnya basah total. "Gue cuma agak gak nyaman dengan suasananya kalo makin malam, liar banget," jawab Joe, Justin tersenyum lantas menjatuhkan tubuhnya ke kolam juga. Joe melotot, tidak paham dengan isi kepala calon suaminya yang selalu bersikap bodoh seperti ini. Gimana gak? Dengan celana jeans hitam mahalnya ia biarkan basah begitu saja, tetapi jika di kaji ulang, hal segitu tidak akan berpengaruh pada seorang Justin Kenzo bahkan memberi Joe uang 28 juta cuma-cuma aja dia tidak peduli, kemarin. Justin membasahkan keseluruhan rambutnya, dengan jari-jari yang ia biarkan menyisir rambut, itu mampu membuat Justin terlihat tampan di atas rata-rata. Joe menggeleng pelan, berusaha untuk tidak tergoda dengan Justin di tempat terbuka, dengan begitu ia berniat berenang kembali ke setiap sudut kolam namun sebelumnya Justin menarik lengan Joe sehingga mampu membuat Joe menabrakkan tubuhnya kepada Justin. Joe membelalakan kedua matanya melihat tingkah laku Justin yang selalu tidak pernah bisa ia perkirakan. Lelaki itu tersenyum miring karena sadar bahwa Joe sedang tersipu malu kepadanya saat ini. "Kayaknya malam ini bakal jadi malam yang menyenangkan ya Love,“ bisiknya tepat pada telinga kiri gadis itu lantas mengecup pelan pipinya. Dan yap! Joe benar-benar malu. Joe meneguk air liurnya, berusaha bersikap normal segimana Justin bersikap gila dan ia turn on malam ini, tidak. Mereka tidak boleh melakukan hal itu ditempat seperti ini, gimana kalau ada orang yang liat? Temen Justin? Staff hotel? Nakula? Satya? Bahkan Jazzy kalau ia ingin berenang malam-malam? Ya walaupun kemungkinan itu kecil, tetapi tetap saja ini bukan hal yang baik. Gak lucu kan kalau ada yang grebek mereka berdua. Mau taro mana muka gue?!! Walaupun mereka berdua setelah tinggal bersama sering melakukan hal itu tetap saja Joe masih merasakan canggung dan jantung berdebar seperti mereka pertama melakukannya. “Just, jangan di sini juga,” Justin terkekeh pelan dan tidak memperdulikan ucapan gadis itu sama sekali. Tetapi disisi lain, tanpa sepengetahuan Justin dan Joe yang sedang melakukan kenikmatan duniawi seseorang yang tadi berniat ingin menemui Joe terpaku dengan apa yang ia lihat sekarang. Tubuhnya melemas, bahkan seperti mati rasa. kenikmatan itu, kepuasaan itu. Membuat seseorang yang sedari tadi melihat kejadian panas yang tidak pernah ia kira sebelumnya membuat dirinya seakan-akan di hujani beribu-ribu batu kearahnya. Rasa nyeri di dadanya membuat Satya tidak tahan untuk menahan air matanya, bagi lelaki itu perasaan yang ia rasakan sekarang bagaikan tamparan keras bagi Satya. Nafasnya sudah naik turun dan ia berjalan menuju lift. Sebari menunggu pintu terbuka Satya menggeram dan menendang pintu lift keras "Anjing!!!" Teriaknya, tanpa bisa ia bendung air mata Satya sudah mengalir. Mati- matian cowok itu menahan agar seseorang tidak melihatnya namun sayang Nakula memanggil. Membuat Satya segera menghapus air matanya cepat lalu menoleh dan tersenyum lebar kearah Nakula. Nakula yang merasa aneh dengan senyuman Satya membuat Nakula memandang lamat-lamat wajah Satya. Tetapi suara dentingan terdengar, pintu lift terbuka dan Satya langsung masuk diikuti oleh Nakula. "Kenapa dah lu? Tadi bilangnya mau nyari Joe, terus mana bocahnya?" Satya diam tidak menjawab, dia menyenderkan tubuhnya sebari menatap kosong ke depan. Saat sudah sampai di lantai tiga. Satya masih mengacuh Nakula dalam diam. Aneh dengan sikapnya Akhirnya Nakula memegang pundak Nakula. "Lo kenapa si Sat?" Tanya Nakula khawatir. Ayolah padahal tadi lagi nempel banget sama Joe, kenapa jadi galau mendadak begini? Satya menghela nafas panjang, menatap Nakula dengan tatapan putus asa, "Gue nyerah La," "Ya nyerah kenapa bego! Mabok ya lo gara-gara kebanyakan minum, padahal kalian tadi lengket banget," Satya menggeleng, tubuhnya merosot ke bawah begitupun kedua tangannya yang mengacak-acak rambut frustasi. Pemandangan tadi benar-benar mempengaruhi Satya, bahkan Satya pun tidak mampu untuk menceritakan hal itu kepada Nakula karena gimanapun, itu aib Joe kan? Akan tetapi bagaimanapun juga Nakula harus tau. "Gue kalah telak," Nakula diam, mencoba memahami suasana tapi entah kenapa ia masih belum bisa paham. "La, kalau suatu saat Joe cerita sama lo. Gue mohon banget! Jangan ngomelin dia ya. Apapun itu jangan lo omelin," oke baiklah, lebih baik seperti ini kan? Satya yakin suatu saat Joe akan menceritakan hal ini kepada mereka. Tetapi entah kapan, namun yang jelas Satya sudah mewanti-wanti kepada Nakula agar cowok itu bisa menahan emosi nya saat sudah tahu semuanya. Nakula memandang Satya tidak mengerti, kemudian beberapa detik ia mengangguk paham walaupun Nakula tidak tahu ada apa sebenarnya. Satya tersenyum cowok itu akhirnya bangkit dan menepuk pundak Nakula. "Gue lagi gak mood buat lanjut eventnya, capek mau tidur," jelas Satya seraya meninggalkan Nakula di tempat. Pikiran Satya masih kosong dan bingung, dia tidak tahu harus bagaimana lagi dengan kebenaran yang baru saja ia ketahui. Sakit? Jelas! Sejak awal masuk SMA dulu Satya sudah menyimpan perasaan kepada Joe, namun saat Joe lebih senang menganggapnya sebagai teman mau tidak mau Satya mengorbankan perasaan nya agar tidak merusak pertemanan mereka. Selalu menahan rasa sakit saat melihat Joe ganti-ganti pasangan bahkan waktu melihat Joe dengan Gisha juga. Dan sekarang harus melihat Joe dengan Justin. Dulu Satya selalu beranggapan, dia bisa kok suatu saat mempunyai hubungan special dengan Joe, bukan sebagai sahabat atau apapun itu. Tetapi sebagai seorang wanita dan lelaki yang mempunyai perasaan masing-masing. Namun saat melihat tadi, rasa optimis nya hancur, dunia berasa hancur seketika melihat orang yang Satya sayang, bahkan ia jaga pun di rusak oleh orang lain. Iya Satya tahu Justin adalah calon suaminya, tapi kan mereka belum ada acara tunangan resmi. Bahkan saat tahu kabar Joe di jodohkan membuat Satya sedikit ragu sebenrnya dengan Justin, tapi akibat kejadian kemarin gimana Justin berusaha untuk membantu permasalahan dengan Alin membuat Satya sedikit lega bahwa dia bisa di andalkan. Dan sewaktu yang terjadi barusan, Satya masih sedikit shock, kalau memang serius kenapa harus mendahulukan hubungan seperti tadi? Kenapa tidak langsung meresmikan? Dari awal pun sebenrnya mereka sudah salah karena sudah tinggal bersama. But! Ayolah! Satya sebenarnya tidak ada hak untuk mencampuri urusan mereka. Tapi Satya bener-bener tidak terima bila Joe harus di perlakukan seperti itu. Andai, andai Satya ada celah dan di beri kesempatan ia ingin menjaga Joe dan menuntun nya ke jalan yang benar, karena selama ia kenal 3 tahun ini. Satya tahu bagaimana sikap Joe dan baginya tahun ini yang lebih parah setelah bertemu dengan laki-laki bernama Justin Kenzo.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD