Masa Lalu (2)

1854 Words
Pagi hari ponsel Gisha terus saja bergetar, dia baru saja selesai belajar untuk UTS pada jam 3 dini hari dan sekarang dia telah diganggu oleh gadis yang bernama Joe. Selama tiga bulan pacaran kerjaan Joe adalah selalu mengusik ketenangan Gisha, entah apapun itu. Meminta waktu dari hal biasa sampek yang luar biasa. Yang jelas, dia tidak akan pernah membiarkan Gisha hidup tenang di setiap hari-harinya selama tiga bulan mereka menjalin hubungan. Jika Gisha tidak membalas pesan itu apalagi tidak mengangkat telfon dari dirinya, Joe tidak akan berhenti dan akan terus menyepam atau memiscall seperti orang yang tidak punya kerjaan. Kan, kerjaan Joe gitu membuat Gisha terganggu akan kelakuannya akan tetapi Gisha sudah terlanjur sayang sekaligus cinta kepada Joe alhasil ia hanya pasrah. Perlahan, dia mengambil ponsel yang ada di samping tempat tidurnya, mengangkat telfon gadis itu dengan mata yang terpejam. “Gish! Sumpah kamu kemana sih? Ini udah hampir setengah delapan pagi kok belum jemput aku?” Ucap Joe dari sebrang telepon, gadis itu sedikit agak panik karena Gisha belum menjemputnya sebagaimana jam masuk mereka sudah lima belas menit laki. Oh iya perlu kalian ketahui setelah Joe berpacaran dengan Gisha Joe tidak pernah telat sedikit pun. Gisha benar-benar membawa pengaruh baik ternyata untuk gadis itu, give standing applause!! Mendengar omelan Joe kedua mata laki-laki itu langsung terbuka lebar, apa dia bilang? Jam setengah delapan? Konyol! Bisa-bisanya seorang ketua osis melakukan kesalahan seperti halnya telat pada ujian tengah semester ini? Ia merubah posisinya menjadi duduk, memenuhi nyawanya yang masih belum terkumpul sepenuhnya, “Joe, kamu naik grab dulu aja ya. Aku gak bakal sempet jemput kamu hari ini,” Joe terkejut, menggeleng kepalanya pelan sebagaimana Gisha tidak akan melihat perlakuan gadis itu. “Kamu gila ya Gish? Aku udah nunggu lama-lama dan kebawa telat gara-gara kamu malah tetep disuruh berangkat sendiri. Gak habis fikir,” Omelnya lagi lantas langsung memitong panggilan secara sepihak. Gisha menghembuskan nafasnya kasar kemudian kedua tangannya mengacak-ngacak rambut hitamnya. “Untung gue sayang, kalau enggak gue buang juga ke planet Bekasi,” Recehnya. Gak apa-apa namanya juga udah jadi b***k cinta, apapun yang dilakukan Joe di mata Gisha, gadis itu akan terlihat cantik dan menggemaskan baginya. Dengan Gisha yang sudah menyelesaikan ritual paginya sekaligus sudah memakai seragam putih abu-abu juga. ia langsung mengambil kunci motor dan mengeluarkan motor dari garasi. Gak apa-apa deh Joe marah hari ini, lagian Gisha sudah menemukan cara paling terampuh agar gadis itu tidak marah lagi kepadanya. Setelah dua puluh lima menit Gisha menghabiskan waktunya untuk menuju kesekolah, akhirnya laki-laki itu bisa masuk kesekolah tanpa adanya drama seperti murid-murid lain, mungkin kelebihan menjadi ketua osis juga menguntungkan ya sebagaimana itu tidak adil kelihatannya. Dengan otak encernya itu, Gisha sengaja menruh tas ransel berwarna hitam di pos satpam agar ia seakan-akan tidak terlihat telat. Hanya dengan modal membawa tempat pensilnya akhirnya Gisha memasuki kelas ujian yang isinya adalah murid-murid campuran dari kelas satu sampai kelas tiga. Dan kebetulannya Gisha dan Joe mempunyai nomer absen yang sama, mereka pun akhirnya sekelas sekaligus satu bangku. Cih! Definisi rezeki nomplok buat Gisha ini mah, bukan buat Joe karena gadis itu sekarang sudah menatapnya dengan tatapan tajam yang selalu bisa membuat Gisha menciut namun mampu membuat rasa sayang dan cintanya semakin besar. “Joe, aku-“ Belum juga selesai berbicara Joe sudah berdecak kesal dan membuang muka kearah papan tulis yang ada didepan. “Basi!” Potong Joe. Satu kata namun mampu membuat hatinya mencelos mendengarnya. Astaga Gisha, bisa-bisanya sih lo jatuh hati sama modelan begini? Bisa-bisanya tuh mulut pedes banget kalau ngomong. Gisha hanya menghela nafas panjang dan merucutkan mulutnya seakan-akan ia sedih dengan lontaran yang Joe ucapkan kepadanya. Dengan guru penjaga yang baru saja datang lantas langsung membagikan soal berkode ke para murid dikelas itu. Setelah Joe menerima lembar soalnya, tatapan kedua matanya melebar, membolak-balik setiap lembar soal dengan wajah paniknya. Gisha yang memperhatikan sikap pacarnya itu hanya tertawa kecil. “Kenapa?“ Tanyanya pura-pura tidak tahu, padahal jelas Gisha sudah paham kenapa Joe bisa sepanik itu. Joe hanya menghela nafas pelan, lantas menoleh kearah Gisha dengan ekpresi melasnya. “Kenapa sih soal kita harus berkode? Kan jadi gak bisa liat kamu,” Joe mendengus sebal, gadis itu mengusap wajahnya kemudian menjatuhkan kepalanya diatas meja. “Kerjaiin dulu soal yang kamu bisa, nanti kalau soalku sudah selesai aku kerjaiin,“ Gisha fokus mengerjakan lembar soalnya, ia berniat mengirit waktu ujian laki-laki itu untuk mengerjakan soal ujian milik kekasihnya itu. Mata Joe seketika berbinar mendengar kata mantra yang Gisha ucapakan barusan, hal tersebut seakan-akan mampu membuat Joe bisa selamat dari hal yang membuatnya rumit. Sumpah ya, Joe pacaran sama Gisha banyak untungnya kalau begini. “Tapi Gish, aku takut salah rumus,” Alasan yang Joe ucapkan itu sudah jelas bahwa gadis itu sedang sengaja seperti itu karena tawaran Gisha membuat sikap malas yang ada di dirinya bangkit. Dengan penjaga yang izin sebentar ke toilet dan semua murid dikelas saling meminta jawaban kepada teman-temannya yang lembar soalnya sama, jelas itu membuat kelas sedikit gaduh. Gisha sedikit menegur mereka dan itu berefek baik sesudahnya Gisha menoleh kearah Joe masih dengan ekpresi yang sama. “Aku kerjaiin semua deh, tapi janji ya marahnya udahan,” Pinta Gisha lembut, Joe tersenyum lebar menampilkan gigi rapihnya dan kemudian mengangguk semangat. KAN! Kepercayaan diri Gisha itu memang tidak pernah mleset, buat bikin Joe takluk cuma ada beberapa cara. Ngerjaiin tugas sekolah, beliin makanan dan cara paling ampuh beliin s**u kotak rasa strawberry. Dijamin Joe dinding kemarahan gadis itu akan runtuh seketika. Setelah Gisha hampir menghabiskan waktu selama satu jam untuk mengerjakan lembar soal matematika, akhirnya Gisha menghela nafas tenang. Laki-laki itu meregangkan tubuhnya agar sendi-sendi yang sedikit pegal akan terasa enakan. Kepalanya menoleh kearah Joe yang sedari tadi mencorat-coret kertas khusus menghitung soal, tampak dari wajahnya pun Gisha tahu bahwa gadis itu sudah tidak ada gairah hidup untuk saat ini. Ya Tuhan, dan parahnya lagi pikiran Gisha berkecamuk dan berteriak dalam hati bahwa Joe cantik banget! Gisha udah berapa kali bersikap seperti b***k cinta sih? Terkadang sampai bosan menulis ini berkali-kali. Mata Gisha melirik kearah penjaga yang berada duduk didepan kelas. Baiklah, sepertinya penjaga hari ini aman dikarenakan dia terlihat seperti tidak niat untuk menjaga ujian di kelas ini. Bahkan sedari tadi banyak murid yang saling bertukar jawaban dengan terang-terangan beliu hanya cuek tidak peduli. Ck! Makan gajih buta emang. Tangan kiri laki-laki itu menyentil pelan pipi kanan Joe lantas ia menoleh kearah Gisha dengan ekpresi datar. Gisha hanya mendengus geli melihat ekpresi lucu yang ditunjukan Joe. Tidak, sebenarnya itu bukan wajah lucu itu hanya wajah kesal Joe yang ia tekuk, tapi karena Gusha sudah kelewat bucin alhasil mata laki-laki itu sesikit terganggu. Gisha menarik lembar soal milik Joe tanpa meminta izin kemudian mengambil lembar jawaban yang belum diisi juga. Gisha menatap Joe lagi, “Buat bulet-buletinnya harus diisi sama aku juga?” Joe mengangguk mengiyakan, lagi-lagi Gisha hanya menghela nafas, “Yaudah, kamu tidur aja,” Suruh Gisha yang sudah kembali mengerjakan soal milik Joe. Namun sebelum Joe membuka mulutnya untuk bicara Gisha sudah terlebih dulu berbicara dan itu mampu membuat Joe tersenyum lebar seperti halnya jiwa semangat gadis itu bangkit. “Nanti pulang sekolah kita makan Sushi sambil nengokin Bunda kamu ya,“ Sederhana, namun mampu membuat Joe sangat sangat bahagia. Walaupun berpacaran dengan Gisha sangat menguntungkan tetapi disisi lain juga bisa membuat diri Joe bahagia. Jujur dari lubuk hati yang terdalam Joe tidak pernah sebebas ini, ya sebenarnya pernah dengan teman-teman bobroknya di SMP lalu dengan Arga dan Satya. Yap! Hanya mereka berdua yang tahu Joe seperti apa, bahkan mantan-mantannya yang lain juga tidak tahu apalagi Sendi. Tetapi entah kenapa kalau dengan Gisha, Joe bisa selepas dan sebebas ini melebihi disaat Joe dengan teman-temannya. Apa mungkin Gisha mempunyai sisi positif yang bisa menularkan itu kepadanya, jadi Joe bisa senyaman ini dengan laki-laki itu? Joe menghela nafas panjang seraya menatap Gisha yang sibuk berkutat mengerjakan lembar soal ujian miliknya, di pikir-pikir lagi Joe sepertinya baru sadar sekarang bahwa semenjak dengan Gisha gadis itu tidak menghiraukan laki-laki lain yang berusaha mendekatinya ditambah ia juga seperti tidak ada niatan untuk mencari pasangan lagi hanya karena alasan bosan. •••• “Nih minum dulu,” Gisha mengeluarkan s**u kotak rasa strawberry dari tasnya dan memberikannya kepada Joe yang sedang memakai helm. Seperti ucapan Gisha saat ujian tadi, mereka berdua saat ini berniat untuk menjenguk Rani-Bundanya Joe sekaligus memakan Susi bersama di rumah sakit jiwa. Joe tersenyum lebar dan mengambil s**u tersebut. “Kayaknya aku lama-lama bakal kaya anak kecil deh. Tiap hari di sediaiin s**u tiga kali sehari sama kamu,” Gisha mendengus geli seraya tangan laki-laki itu kenyentuh pelan pucuk kepala Joe. “Gak apa-apa biar badannya gak kurus kerontang kaya zombie,” Mendengar itu Joe sedikit cemberut dan memukul perut Gisha pelan. “Astaga Joe, aku cuma bercanda,” “Terkadang bercandaan kamu tuh gak lucu,” Gisha menghela nafas panjang, laki-laki itu baru saja selesai memakai helm lantas menarik tangan Joe pelan untuk menuntun gadis itu agar segera naik keatas motor. “Mau marah lagi memang?” Tanya Gisha memastikan. Joe yang sudah berada di atas motor menggeleng pelan dan memeluk Gisha dari belakang. “Enggak, udah cepet berangkat. Aku udah laper,” Gisha tertawa, “Pegangan ya,“ Gisha menancapkan gas sepeda motornya, membiarkan motornya berjalan membelah setiap jalan raya. Dengan adanya Joe yang menikmati perjalanan ini bersama laki-laki dihadapannya, gadis itu sudah menyenderkan kepalanya tepat dipunggung milik Gisha menandakan bahwa ia nyaman berada didekatnya Sebelum mereka sampai rumah sakit jiwa, Gisha dan Joe mampir ke beberapa toko dan ke restoran sushi untuk membeli makanan untuk mereka makan disana bersama Rani. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam akhirnya mereka sudah berada di lorong rumah sakit, membawa beberapa bingkisan untuk dimakan di sini. “Kak, bunda lagi ngapain?” Tanya Joe kepada Sinta-Perawat yang tidak sengaja berpas-pasan dikoridor. Sinta tersenyum melihat kedatangan Joe bersama Gisha yang sudah bisa ia hitung selama tiga bulan ini, karena mereka jadi lebih sering menjenguk Rani. Dia yang kebetulan baru saja visit memberi tahu bahwa Rani baru saja selesai makan. Joe mengerucutkan bibirnya, “Padahal saya udah bawaiin makanan banyak banget,” Lantas Joe menyodorkan satu bingkisan Sushi yang ia beli tadi kearah Sinta. “Tapi gak apa-apa deh, porsinya bunda buat kak Rani makan siang sekarang. Itung-itung hadiah dari saya karena udah sabar ngerawat bunda,” Lanjut Joe tulus. “Makasih ya Joe,” Matanya mengarah kearah Gisha dan tersenyum kecil mengisyaratkan bahwa ia berterima kasih juga kepada laki-laki itu. Setelah Sinta melangkah pergi meninggalkan mereka berdua, akhirnya Joe dan Gisha sedikit melangkah kedepan untuk kekamar Rani. Joe menarik knop pintu, senyumnya merekah saat melihat Rani sedang menatap kearah jendela untuk melihat pemandangan diluar. Sedangkan Gisha yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Laki-laki itu sebenarnya tidak menyangka bahwa dirinya menjadi seseorang yang bisa dipercaya, terutama oleh Joe. Baginya ini adalah tanda awal yang baik, karena bagaimana pun Gisha tahu bahwa gadis itu tidak gampang terbuka dengan orang lain. Namun setelah Gisha tahu seperti apa Joe dan keadaan keluarganya, entah kenapa itu semakin membuat Gisha ingin terus berada disampingnya. Apapun keadaannya, ia akan terus bersama gadis itu sebagaimana masalah yang akan datang menerjang hubungan mereka berdua nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD