When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Pasangan suami istri itu akhirnay menyerah karena lemas. Kedua lutut Radit juga mulai terasa gemetar karena semalaman harus menopang tubuhnya untuk terus bergerak maju mundur hingga ujung lubang buntu itu bisa mengeluarkan desahan yang amat sangat dahsyat. Radit sudah memesan beberapa makanan dan cemilan yang sedang berada di perjalanan menuju rumahnya. Lia masih berendan di bathup dan merasakan tubuhnya yang pegal dan linu pun mulai rileks. Rumah besar itu sangat sepi bahkan terlihat seperti tidak ada penghuninya. "Sayang ... Kakak ke bawah dulu ya. Mau ambil pesanan makanan. Kamu mau di bawain minuman apa?" tanya Radit kemudian kepada istrinya sambil mengetuk pintu kamar mandi. "Hemmm ... Apa? Gak denger," jawab Lia yang tak fokus mendeng