When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rachel menatap kebingungan Ziel dan melirik Lio yang terlihat begitu sumringah sekali hari ini. Kedua mata indah Lio tak lepas memandangi wajah Ziel. Belum juga Rachel menjawab pertanyaan Ziel, Ziel sudah angkat bicara lagi. "Ma ... Om Papah itu apa?" tanya Ziel beruntun. "Sini Sayang, Om Papah jelaskan," ucap Lio begitu lembut sambil berusaha menggapai tangan Ziel yang terus memegang lengan Rachel. "Ma ...," adu Ziel dengan kedua mata terlihat ketakutan. "Udahlah Lio. Kehadiran kamu disini malah buat Ziel takut. Lagi pula, hidup kita sudah cukup bahagia, tanpa harus adanya orang ketiga," tegas Rachel pada Lio. Entah kenapa, Rachel punya kekuatan dan keberanian untuk bicara tegas pada Lio. Padahal dulu, Rachel paling tidak bisa menolak keinginan Lio, apapun itu. Apalagi sampai Lio me