When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rachel hanya bisa tersenyum getir karena Roger tak mempercayai penjelasannya. Sekali, dua kali, Rachel masih bisa terima, tapi kalau dituduh terus -terusan seperti ini rasanya muak juga berteman dengan Roger yang begitu mengintimadasi. Aneh saja, Rachel tak melakukan apa-apa tapi seolah harus mengakui ia telah melakukan sesuatu hal. "Kalau kamu mau percaya padaku, ya seharusnya percaya aja. Bukan seperti ini, menuduh tanpa bukti yang kuat. Kamu itu aneh Roger, lebih percaya pada orang lain bukan pada orang yang bersangkutan. Maaf, sampai disini saja pertemanan kita. Aku harus lanjut bekerja," ucap Rachel dengan tegas. Tadinya, Rachel ingin membuka hatinya yang beku karena cinta kepada Lio yang begitu besar. Rachel ingin seperti gadis lainnya yang sudah cukup umur untuk mengenal seorang