When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Roger mengangguk paham dan menferti dengan maksud ucpan Rachel barusan. "Tapi alangkah baiknya jika kamu mau menerimaku, Hel," pinta Roger dengan memohon. Rachel tak mau mengulang jawabannya. Keduanya sudah sama-sama dewasa tentu tidak mudah menerima sosok baru didalam hatinya dalam kurun waktu yang begitu singkat. "Aku permisi dulu. Lanjutkan obrolanmu dengan Lio, sahabatmu. Aku tidak cemburu sama sekali. Besok aku akanjemput kamu di klinik dan menjemput Ziel untuk makan malam bersama," pinta Roger membuat jadwal. "Besok?" tanya Rachel memastikan. "Ya, besok," jawab Roger mantap. "Aku tidak bisa, Ger," jawab Rachel melemah. "Aku hanya ingin dekat dengan kamu, Hel. Mnegenal kamu lebih dalam, lalu bis amengenal Ziel juga. Soal jawaban. Pikirkan saja dulu," ucap Roger pada Rachel. "O