Bab 2

1074 Words
Happy Reading! "ahh_" Hanya desahan yang bisa Deby keluarkan saat tubuhnya kembali dimasuki dan dihujam dengan kasar. Entah sudah berapa lama tuan Zayn bermain dengan tubuhnya dan entah sudah berapa kali cairan hangat itu mengisi rahimnya. Yang jelas Deby benar-benar sangat lelah hingga tak mampu lagi melawan. Tenaganya kalah kuat, ia hanya mampu melawan diawal dan itupun sama sekali tak berpengaruh bagi tuan Zayn. "Kau..shh sangat nikmat ahh"ucap Zayn disela hujamannya. Wajahnya ia sembunyikan dilekukan leher jenjang Deby sedang kedua tangannya aktif bergrilya dibagian atas tubuh gadis yang sudah ia perawani itu. Deby memejamkan matanya saat dirasa hujaman tuan Zayn semakin tak manusiawi. "Arghh" Teriak Deby saat tubuhnya terhentak kuat. Bahkan kedua lengannya mencengkram erat rambut tuan Zayn. "Sedikit lagihh" Zayn bergerak mengecup telinga Deby lalu menggigitnya pelan membuat Deby memekik. Zayn menyerang seluruh bagian tubuhnya. "Arghhhhhhhh" Desah Deby kuat dengan mata yang terpejam erat, kedua tangan yang meremas kuat rambut Zayn serta tubuh yang bergetar hebat. Zayn tersenyum tipis melihat reaksi tubuh Deby kemudian bergerak semakin cepat. Sedikit lagi ia akan mencapai pelepasan yang entah untuk keberapa kali. Zayn bangkit dari posisinya memeluk tubuh Deby lalu memegang erat pinggul wanita itu kemudian bergerak semakin kasar. Tiga hujaman terakhir, dan.. "Arghhhhh" Zayn mencapai pelepasanya begitupun tubuh Deby yang kembali bergetar. Zayn tahu, gadis dibawahnya itu sangat menikmati permainan mereka. Setelah berdiam cukup lama, Zayn segera menarik miliknya lalu bergegas memasuki kamar mandi. Meninggalkan Deby yang terlihat menggenaskan dengan kedua kaki yang terbuka lebar. Zayn menghabiskan sekitar dua puluh menit di kamar mandi dan saat ia keluar gadis itu sudah tidak ada lagi. Zayn menggeleng takjub. Bagaimana mungkin gadis itu punya kekuatan keluar dari kamarnya setelah pertempuran panas yang mereka lakukan. Bahkan beberapa wanita yang pernah menghabiskan malam bersama dengannya tidak ada yang mampu berjalan lebih dari tiga langkah. Enggan memikirkan hal itu, Zayn malah lebih tertarik dengan kenyataan bahwa gadis itu bisa saja hamil. Apa yang akan orang tuanya katakan? Apa mereka akan memaksa Deby membunuh bayinya atau malah memintanya untuk bertanggung jawab. Zayn tersenyum tipis. Ia tidak sabar melihat reaksi orang tuanya. Tapi senyum itu hilang karena tiba-tiba saja pikiran bahwa Deby bisa saja tidak hamil melintas di kepalanya. Zayn mengepalkan tangannya lalu melirik ke arah pintu. 'Itu berarti ia harus kembali meniduri Deby hingga ia yakin bahwa gadis itu hamil' *** Deby yang baru saja memasuki kamarnya bergegas berjalan menuju kamar mandi. Tak ia hiraukan rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhnya terutama bagian bawahnya. Deby langsung duduk di lantai saat kedua kakinya goyah tak memiliki tenaga lagi untuk berdiri. "Hik" Deby menutup mulutnya erat saat sebuah isakan keluar dari bibir mungilnya. "Hikss.. Ibuu_" Isak Deby lirih dengan air mata yang berlinang. Kenapa tuan muda tega melakukan itu padanya? Padahal ia hanya seorang pelajar yang berharap bisa mencapai cita-citanya. "Hiks..hiks.. Apaa yang harus aku lakukann..hiks.." Isak Deby bingung. Pasalnya ia tak mungkin cerita pada ibunya. Ibunya pasti akan marah dan mengamuk. Lalu kalau majikan ibunya tahu maka bisa saja mereka diusir. Dan Deby tidak mau itu terjadi, sulit menemukan pekerjaan mudah dengan gaji besar, apalagi tuan dan nyonya juga sangat baik pada mereka. "Hiks.. Hikss.." Tok tok. "Deby_ nak kamu di dalam?" Tiba-tiba terdengar ketukan pintu diiringi suara ibunya dari luar. Deby yang sedang menangis buru-buru menyeka air matanya. "I_iya bu." Sahut Deby terbata. "Kamu mandi? Selesai mandi tolong bantu ibu bikin kue ya, soalnya malam ini akan ada pesta penyambutan tuan Zayn." Deby mencubit pahanya untuk meredam isak tangis yang tidak bisa berhenti. "Iy_ hik.. Iya buu" "Baiklah. Habis mandi langsung ke dapur." Deby tidak menyahut lagi karena ia bisa mendengar suara langkah kaki yang menjauh. "Hiks..hikss.." Deby menghapus air matanya kasar lalu berusaha menghentikan isak tangisnya. Ia tidak boleh menangis atau ibunya akan tahu. Deby tidak mau membebani ibunya. Kemudian dengan segenap kekuatan yang ia miliki, Deby berusaha bangun lalu bergerak membersihkan diri. Ia akan menganggap semuanya hanya mimpi, dan setelah itu Deby hanya perlu ingat untuk tidak berurusan dengan tuan mudanya lagi. Selesai mandi dan memakai pakaiannya, Deby langsung berjalan menuju dapur. Walau langkahnya masih tidak stabil karena kakinya yang masih terasa lemah, namun Deby tetap berusaha berjalan senormal mungkin. Tidak ada yang boleh curiga padanya. Tiba di dapur, Deby langsung mendekati ibunya. "Deby bantu apa bu?" Tanya Deby pelan. Asih menoleh lalu menunjuk ke arah buah. "Tolong ibu potong buahnya ya, kecil-kecil!" Deby mengangguk lalu berjalan menuju meja buah. "Deb_" Deby menoleh saat ibunya memanggil. "Ada apa nak? Apa kakimu sakit?" Deby bergerak gugup lalu menunjukkan kaki kanannya. "Tad_tadi jatuh bu di kamar mandi." ucap Deby pelan. Asih mengangguk lalu melanjutkan kegiatannya. "Mungkin karena licin. Biar nanti ibu bersihin kamar mandinya." Ucap Asih fokus pada adonan kuenya. "Iya bu." Sahut Deby yang mulai memotong buah. Tanpa terasa tiga jam sudah berlalu. Deby kini sudah beralih membantu ibunya merias kue-kue yang akan dihidangkan kepada tamu. "Deb_ bisa tolong ibu?" Tanya Asih yang baru saja kembali setelah menunjukkan hasil kue kepada nyonya Widura. Deby menoleh ."Tolong apa bu?" Tanya Deby cepat. Asih dengan cepat memotong salah satu kue lalu meletakkannya di dalam piring. "Ini, tolong antar ke tuan Zayn!" Ucap Asih sembari memberikan piring tadi kepada Deby. Deby melotot lalu melangkah mundur. "Tapi bu_" "Cepat Deb, nggak enak kalau tuan Zayn sampai menunggu." Ucap Asih membuat Deby menoleh ke arah kakinya. "Tapi kaki Deby sakit bu, nggak bisa naik tangga." Ucap Deby mencari alasan. Asih menggeleng."Tuan Zayn ada di ruang keluarga, lagi main game." ucap Asih lalu sedikit mendorong tubuh Deby. "Cepat nak! Nanti bantuin ibu lagi." Deby yang tidak bisa beralasan lagipun hanya mampu mengangguk lalu berjalan keluar dapur. Deby berjalan pelan menuju ruang keluarga. langkah Deby terhenti saat ia melihat tuan Zayn sedang duduk dan fokus bermain game. Deby menarik napas lalu menghembuskannya pelan kemudian dengan langlah gemetar mendekati Zayn. "Ini tuan kuenya." Ucap Deby pelan lalu bergegas meletakkan piring berisi kue. Zayn menatap Deby lalu tersenyum tipis. "Kau sengaja menggodaku?" Tanya Zayn membuat Deby diam namun melangkah mundur. "Saya permisi tuan." Ucap Deby sopan lalu bergerak ingin keluar namun tiba-tiba tangannya ditarik dan.. "Ahh_" Deby melotot saat tubuhnya mendarat dipangkuan tuan Zayn. Dan saat ia ingin bangkit, sebuah lengan langsung memeluk tubuhnya erat. "Tu_tuan" Panggil Deby takut. Zayn tersenyum, lalu. Cupp Deby melotot lalu segera mengusap bibirnya yang baru saja dicium. Zayn terkekeh lalu melepas pelukannya membuat Deby segera bangkit lalu berlari keluar dari ruang keluarga. 'Astaga! Dia bahkan mampu berlari' Batin Zayn takjub. "Dia yang terlalu kuat atau aku yang kehilangan kemampuan?" Gumam Zayn tak tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD