Bab 1
Happy Reading!
Deby berlari memasuki gerbang besar yang menjulang tinggi, kemudian bergegas masuk melalui pintu samping.
"Ibu, Deby pulang." Teriak Deby membuat Asih, sang ibu menoleh.
"Sttt, jangan berisik Deb, itu di luar lagi banyak orang." Tegur Asih membuat Deby menutup mulutnya kemudian tersenyum lebar.
"Ada tamu bu?" Tanya Deby lalu membantu ibunya menata kue kering ke dalam piring.
Asih menggeleng. "Bukan tamu Deb tapi putra tunggal tuan dan nyonya baru pulang dari luar negeri." Jelas Asih membuat Deby melotot.
"Wahh_ tuan tampan yang fotonya ada di ruang tengah itu ya bu?" Tanya Deby antusias.
Asih mengangguk lalu mengangkat nampan berisi minuman."Kamu ganti baju dulu baru bantuin ibu di dapur." Titah Asih membuat Deby segera berlari menuju kamarnya yang terletak di bangunan belakang. Sedang Asih langsung mengantar minuman ke ruang tamu.
Deby merapikan gaun rumahan yang ia kenakan kemudian menyisir rambutnya. Ia memang hanya seorang anak pembantu tapi majikan ibunya itu sangat baik hingga membiarkannya untuk pergi bersekolah. Tapi setelah pulang sekolah, jika tidak ada tugas maka Deby pasti akan membantu ibunya yang bertugas dibagian dapur.
Deby berjalan menuju dapur lalu segera membuka kulkas, mengambil beberapa sayuran kemudian mencucinya.
"Apa di rumah ini juga mempekerjakan anak kecil?"
Tubuh Deby terdiam saat mendengar suara seorang pria dari arah belakang.
"Apa kau tuli?"
Deby menarik napas kemudian menghembuskannya pelan. Lalu dengan sedikit keberanian, Deby bergerak memutar tubuhnya.
"Ma..maaf tuan, saya_"
"Angkat wajahmu saat bicara!"
Deby menggigit bibir bawahnya takut. Kenapa pria dihadapannya itu begitu banyak menuntut.
"Kenapa diam?"
'Ya Tuhan!'
Deby berusaha bersikap tenang walau sebenarnya ia takut setengah mati. Deby mengangkat wajahnya namun dengan mata yang terpejam. Rasanya sangat sulit untuk membuka mata disaat seperti ini.
"Saya anak pembantu tuan, nama saya Deby. Ibu saja namanya Asih."
'Kenapa sepi? Apa pria tadi sudah pergi? Kenapa tidak ada suara apapun?' Batin Deby cemas.
Lalu karena penasaran, Deby memberanikan diri untuk membuka mata, dan.
Deg_
'Ya Tuhan! Apa dia dewa? Atau malaikat? Atau__'
"Berapa usiamu?"
"Apa?" Tanya Deby kaget saat pria tampan yang ada dihadapannya itu bertanya padanya.
"Berapa usiamu?"
"Ah.. tujuh belas tahun tuan." Jawab Deby pelan.
Bisa Deby lihat pria tampan itu mengangguk.
"Berarti sudah kelas tiga SMA?"
Deby mengangguk sebagai jawaban.
"Memangnya kenapa tuan? Dan sebenarnya tuan siapa? Kenapa bisa memasuki dapur? Inikan daerah yang_"
"Ini rumahku. Aku bebas kemanapun termasuk dapur."
Deby terperanjat. Rumah pria itu? Apa itu berarti dia anak tuan dan nyonya? Ahh ya benar, pria itu mirip laki-laki yang ada difoto ruang tengah.
Menyadari kesalahannya, Deby buru-buru menunduk dan meminta maaf.
"Maaf tuan, saya benar-benar salah, saya yang bod__"
"Buatkan aku kopi dan bawakan ke kamarku!"
"Baik tuan." Ucap Deby sambil menunduk.
Suara langkah menjauh membuat Deby menghela napas lega lalu buru-buru mengambil gelas dan membuat kopi.
Selesai membuat kopi, Deby langsung membawanya keluar dari dapur. Namun ia malah bingung ingin mengantarnya kemana? Pasalnya ia tidak tahu kamar tuan mudanya.
"Apa di lantai dua? Kamar yang besar itu?" Gumam Deby, pasalnya memang ada sebuah kamar besar dengan fasilitas lengkap di lantai dua.
Karena tak ingin membuat tuan mudanya menunggu lama, akhirnya Deby memutuskan naik ke lantai dua. Deby tiba di depan pintu kamar yang ia yakini sebagai kamar tuan mudanya.
Tok tok
"Tuan_"
Tidak lama, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
Ceklek
"Masuk!"
Deby menunduk sopan lalu melangkah masuk.
"Letakkan di atas meja!"
Debypun langsung menurut dan meletakkan kopinya di atas meja di samping laptop.
"Sudah tuan, saya permisi." Ucap Deby lembut lalu berniat keluar dari kamar namun langkahnya terhenti saat sebuah tangan menariknya.
Deby menatap tuan mudanya bingung.
Bisa Deby lihat pria tampan itu tersenyum kemudian..
Ctakk_ ctakk_
Deby melotot saat tuan mudanya malah mengunci pintu kamarnya.
"Tu_tuann" Panggil Deby takut.
"Panggil aku Zayn!"
Deby menggeleng."Buka pintunya tuan!" Ucap Deby pelan.
Zayn tersenyum lalu mengelus wajah mulus Deby.
"Orang tuaku ingin aku menikah dengan wanita pilihan mereka_" Zayn menghentikan perkataannya lalu menjauhkan diri dari tubuh Deby.
"Tapi aku tidak mau, aku lelah menjadi boneka mereka. Heh_" Zayn tersenyum sinis.
"Mereka menentukan sekolahku, kuliahku, pekerjaanku, dan bahkan pernikahanku." Ucap Zayn lalu kembali mendekati Deby.
"Tu_tuan." Deby berucap lirih sembari bergerak mundur.
Zayn terkekeh melihat reaksi Deby. "Melihatmu membuatku memikirkan sebuah cara untuk mengacaukan rencana orang tuaku."
Deby menelan ludahnya kasar. Sepertinya ia sedang berada dalam masalah besar.
Zayn tersenyum sinis kemudian berkata pelan. "Aku ingin lihat, bagaimana reaksi mereka saat tahu aku menghamili seorang pembantu."
Deg_
Deby melotot lalu bergerak ingin membuka pintu. Namun saat ia hampir memutar kunci, Zayn sudah lebih dulu menariknya dan membuangnya kesembarang arah.
Ceklek..ceklek..ceklek..
Deby berusaha membuka pintu walau tahu pintunya tidak akan terbuka.
"Kunci_ Arghh"
Saat Deby ingin berlari mencari kunci, tiba-tiba tangannya dicekal dengan kuat.
"Tuan_ tolong." Pinta Deby lemah.
Zayn menggeleng lalu menarik tubuh Deby kuat kemudian memanggul tubuh Deby seperti sekarung beras.
"Argghh_ tuann." Teriak Deby memukul punggung Zayn. Namun Zayn seolah tak merasakan apapun.
"Arghh_"
Zayn melempar tubuh Deby ke atas tempat tidur lalu segera menindihnya sebelum gadis itu melakukan perlawanan.
"Tuan..hiks..jangan tuann.." Pinta Deby serak saat Zayn berusaha mencium wajahnya.
Zayn bangkit lalu menarik dasi yang bertengger di lehernya kemudian mengambil kedua lengan Deby dan mengikatnya.
"Maafkan aku tapi_
Kau harus hamil anakku."