Bab 3

1120 Words
Happy Reading! Deby menatap ibunya yang sibuk memotong dan menata kue di atas piring. Pestanya sebentar lagi, tapi semua makanan belum tertata dengan rapi di atas meja. Bisa Deby lihat jika ibunya kewalahan mengerjakan semuanya sendiri. "Deb, tolong ibu bawa semua piring itu ke luar. Tata yang rapi di atas meja." Deby mengangguk lalu mengambil meja dorong di sudut dapur. Dengan meja itu, ia bisa membawa banyak piring sekaligus. Setelah selesai, Deby mendorong meja itu ke luar dapur. Bisa Deby lihat ruang tamu yang sudah dihias begitu cantik. Lampu kerlap kerlip serta bunga-bunga yang indah. "Hah" Deby menghela napas lalu mulai menata piring-piring kue di atas meja. "Deby." Deby menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Dan ternyata itu adalah nyonya Widura. "Iya nyonya?" Tanya Deby sopan. Widura mendekat lalu memberikan sebuah paper bag kepada Deby Deby menerimanya bingung. "Apa ini nyonya?" Widura tersenyum."Gaun pesta. Pakai itu dan nikmati pestanya nanti malam." Deby menggeleng."Tapi saya harus membantu ibu di dapur nyonya, lagipula tidak pantas anak pembantu seperti saya ikut pes_" "Semua pekerja di rumah ini akan menjadi tamu di pesta penyambutan putraku termasuk ibumu Deb, jadi jangan pikirkan masalah dapur dan rias wajahmu secantik mungkin." Setelah mengatakan hal itu, Widura langsung berlalu membuat Deby tak lagi mendebat nyonyanya itu. Lagipula itu tidak mengherankan mengingat nyonya Widura memang terkenal sangat baik dengan pekerja di rumah ini. Selesai menata piring, Deby bergegas menuju dapur untuk mengambil sisa piring lainnya. Namun saat tiba di dapur, Deby dibuat heran dengan kehadiran banyak orang berseragam pelayan. Mereka semua bergerak cepat mempersiapkan makanan dan minuman. Karena tak menemukan ibunya akhirnya Deby memutuskan kembali ke kamar. Ceklek. "Ibu." Panggil Deby saat melihat ibunya tengah mencoba pakaian baru. Asih menoleh lalu tersenyum."Apa nyonya Widura juga memberimu pakaian baru nak?" Tanya Asih membuat Deby mengangguk lalu menutup pintu kamarnya. "Nyonya memang sangat baik, dia memberi semua pekerja di rumah ini pakaian baru dan mengijinkan kita bergabung di pesta tuan Zayn malam ini." Ucap Asih lalu menyimpan pakaian barunya di dalam lemari kemudian bergerak mengambil botol minyak pijat. "Kemarilah! Biar ibu pijat kakimu." Ucap Asih membuat Deby berjalan mundur kemudian menggeleng. "Tidak perlu bu, lagipula tidak sakit lagi." Ucap Deby panik. Asih menatap Deby. " Benarkah?" Deby mengangguk membuat Asih meletakkan kembali botol minyaknya. "Kalau begitu istirahatlah! Ibu akan membersihkan kamar mandinya." Ucap Asih lalu berjalan memasuki kamar mandi. "Huuhh" Deby menghembuskan napas lega lalu berbaring di atas tempat tidur hingga tanpa terasa ia malah tertidur. "Deby_ nak, ayo bangun!" Panggil Asih membuat Deby membuka matanya perlahan. "Iya bu?" Tanya Deby serak. Asih tersenyum."Cepat mandi dan bersiap nak, pestanya sebentar lagi" Deby bangun lalu menggeleng." Bu, Deby nggak usah ikut ya bu? Tubuh Deby nggak enak."ucap Deby yang memang tak sepenuhnya berbohong. Tubuhnya memang sangat lelah. Asih menatap Deby khawatir."Sakit? Apa perlu ke rumah sakit? Ya sudah, biar ibu ijin dulu dengan nyonya Widura, kamu tunggu ibu seben_" Deby menggelang."Nggak perlu ke rumah sakit bu. Deby paling cuma kecapean." Potong Deby membuat Asih mengelus kepala putrinya itu. "Ya sudah. Istirahat saja, biar nanti ibu bilang sana nyonya Widura kalau kamu sakit." Deby mengangguk lalu kembali berbaring. Sedang Asih bergegas mengambil air hangat dan kotak obat kemudian meletakkannya di meja samping tempat tidur. "Nanti minum obatnya ya nak. Ibu keluar dulu." Deby memejamkan matanya kemudian mengangguk lalu kembali membuka matanya saat ibunya sudah keluar dari kamar. 'Maafin Deby bu, tapi Deby nggak mau ketemu tuan Zayn lagi. Deby takut' Batin Deby serak. *** Di tempat pesta, mata Zayn tak hentinya bergerak mencari keberadaan gadis yang mencuri perhatiannya itu. "Ada apa nak?" Tanya Widura yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik sang putra. "Apa semua pekerja di rumah ini sudah hadir mah?" tanya Zayn membuat Widura mengangguk. "Mama sangat bangga padamu Zayn. Mama pikir setelah lama tinggal di luar negeri, putra mama ini akan menjadi sosok yang sombong ternyata tidak. Kau malah memikirkan pekerja rumah dan mengijinkan mereka ikut pesta ini, padahal mama sendiri tidak terpikir ke sana." Zayn hanya tersenyum saja mendengar perkataan mamanya. "Ayo kesana! Kita harus menyambut para tamu." Ajak Widura membuat Zayn menurut. "Perkenalkan ini putraku Zayn, dia baru saja menyelesaikan S2 nya di Amerika." Ucap Widura bangga pada salah satu teman arisannya. "Wahh.. Sangat tampan, sayang sekali aku tidak punya anak perempuan." Widura tersenyum."Wah sayang sekali." Zayn berdecak di dalam hati namun tetap memasang senyum. Suasana hatinya tiba-tiba saja memburuk karena tak melihat Deby dimanapun. Padahal pestanya hampir di mulai. "Perhatian semua_" Widura langsung menarik lengan putranya untuk mendekati suaminya yang berdiri di atas panggung. "Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Kami keluarga Baskoro sangat senang karena di hari ini aku dengan bangga bisa memperkenalkan putraku kepada kalian semua," Tuan Baskoro menepuk pundah Zayn bangga. "Karena mungkin banyak diantara kalian semua yang tidak tahu, Zayn tinggal di Amerika sejak usia 15 tahun. Dia menyelesaikan SMA, S1 dan S2 nya di sana." "Kami berharap putra kami mendapatkan pendidikan terbaik." Sela nyonya Widura membuat tuan Baskoro mengangguk. "Dan putraku akan mulai bergabung di perusahaan minggu depan. Aku harap dia bisa menggantikan posisiku secepatnya. Karena seperti yang kalian lihat, aku sudah cukup tua untuk mengurus perusahaan, diusiaku ini harusnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan cucu bukan dengan berkas-berkas yang menumpuk seperti gunung." Gelak tawa dan tepuk tangan terdengar di ruang pesta. "Dan karena itu juga, kami ingin mengumumkan pertunangan putraku dengan_" "Tunggu!" Sela Zayn keras."Apa maksud ayah?" Tanya Zayn kesal. Nyonya Widura menepuk pundak Zayn. "Mama sudah bilang akan memperkenalkanmu dengan putri teman mama_" "Memperkenalkan? Bukan bertunangan." Ucap Zayn kesal. Widura tersenyum."Sama saja nak. Lagipula mama yakin kau akan menyukai Selvia, dia gadis yang baik dan cantik." Zayn menggeleng tak percaya. Ditambah lagi saat seorang wanita tiba-tiba saja berdiri disampingnya. Widura tersenyum lalu berbisik. "Kalian sangat serasi." Selvia tersenyum."Terima kasih tante." Zayn menahan napasnya lalu berjalan mundur. "Zayn akan kembali ke kamar." ucap Zayn lalu bergegas meninggalkan pesta dan menaiki tangga menuju kamarnya. Tuan dan nyonya Baskoro langsung tersenyum menatap para tamu."Maafkan kami, sepertinya putra kami sedikit kaget akan pertunangan yang tiba-tiba ini." ucap Widura lalu menggandeng lengan Selvia. "Kami akan adakan pesta pertunangan besar-besaran nanti." ucap Widura membuat Selvia tersenyum Ramah. Sedang Zayn, langsung mengamuk di dalam kamarnya. Brakkk Pranggg Bukk Semua barang-barang di atas meja sudah terlempar ke lantai. Semua figura bahkan pecah karena pukulannya. Kamar itu bahkan sudah tak terbentuk lagi. Zayn menarik dan menghembuskan napasnya kasar. Kenapa selalu seperti ini? orang tuanya selalu mengatur jalan hidupnya. Mengirimnya keluar negeri saat usia muda, membiarkan dirinya seperti anak yatim di negeri orang. Dan sekarang masalah pernikahan juga diatur. Sebenarnya apa fungsi dirinya di rumah ini? Apa hanya sebuah alat dan boneka saja. Zayn mengepalkan tangannya. Sekali saja. Sekali saja ia ingin menang dari orang tuanya. Kali ini, Zayn pastikan bahwa rencana orng tuanya menikahkan dirinya tidak akan berhasil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD