Makan malam

1142 Words
Makan malam sama keluarga Andra, hari jumat jam sembilan malam. Keyra mengumpat membaca pesan yang mamanya kirimkan. Besok adalah hari jumat dan hari jumat adalah hari sibuk baginya karena setiap jumat ada saja tugas dadakan yang membuat dirinya tertahan di kantor. Keyra sangsi bisa hadir dalam makan malam itu. Hingga hari jumat pun tiba. Hari ini adalah hari dimana makan malam akan berangsung, sedari pagi Keyra sudah fokus mengerjakan pekerjaannya dan berusaha keras untuk tidak bersinggungan dengan bosnya itu. Namun sayangnya Keyra lupa kalau rencana kadang tidak sejalan dengan kenyataan seperti bayangan yang tidak selalu beriringan dengan tubuh. Tepat jam tiga sore, Emily memberi info bahwa Ryandra memanggilnya masuk ke dalam ruang pertapaannya. "Permisi, Pak." Keyra masuk setelah mengetuk pintu ruangan Ryandra yang terbuka. Ryandra menatap ke arah pintu. "Masuk, Ra." Keyra masuk dan duduk di kursi tepat dihadapan Ryandra yang kini sedang fokus menatap laptopnya. Ryandra memutar laptopnya yang menampilkan sebuah dokumen pdf dan menatap Keyra lekat-lekat. "Ini ada proposal reopening resto Alga yang ada di Medan. Kamu coba cek dan kasih ke saya hari ini." Keyra membulatkan matanya mendengar ucapan Ryandara. 'BOS GILA! Baru ngasih kerjaan jam tiga sore dan minta reportnya hari ini?! BOS EDAN!' Keyra menarik nafas panjang. Ia harus mencoba peruntungannya kali ini. "Reportnya bisa saya kirim besok Pak?" Ryandra pun langsung memandang tajam Keyra. "Hari ini, Ra. Telinga kamu masih berfungsi dengan baikkan?" Nada sarkas terdengar jelas dari nada bicara bosnya itu. Keyra mendengus sepelan mungkin. "Masih berfungsi baik, Pak. Tapi hari ini saya ada janji jadi saya tidak bisa lembur maka dari itu saya tanya apa bisa report ini saya kirim besok?" Ryandra bersedekap memandang Keyra dengan pandangan datar. "Gak bisa. Kirim reportnya ke saya hari ini. Kerjain sekarang kalo kamu gak mau lembur. Semakin lama kamu nego semakin habis waktu kamu." Keyra mengepalkan tangannya. Wajah dan nada bicara Ryandra jelas mengambarkan bahwa ia tidak ingin dibantah. Keyra tidak berhasil dengan peruntungannya kali ini dan ia tidak ingin mencobanya lagi. Wanita itu pun dengan hati dongkol dipenuhi sumpah serapah untuk Ryandra pun keluar dengan wajah tertekuk sempurna. "Jangan cemberut begitu. Kamu gak jadi cantik kalo muka kamu dibuat kayak gitu yang ada kamu mirip boneka anabelle." Keyra yang sudah berjalan hendak meninggalkan ruangan Ryandra pun menghentikan langkahnya dan kembali menatap bosnya itu dengan murka. "Bapak samain saya sama anabelle?!" Ryandra meringis mendengar lengkingan suara Keyra. "Jangan teriak-teriak, Ra. Telinga saya masih berfungsi normal dan ruangan ini bukan hutan. Sana cepet kerja kalo gak mau lembur. Nanti kamu yang gak selesai, saya yang di salahin." Ryandra menjawab dengan nada sarkas. Keyra mengepalkan kedua tangannya dan segera keluar dari ruangan Ryandra dengan kepala berasap. Emosinya kembali mendidih karena bos gilanya itu. "Kenapa lo teriak-teriak dalem ruangan si bos?" Bayu bertanya dengan wajah dan nada heran. Keyra menatap Bayu dan seluruh yang berada dalam ruangan itu, semua menunggu jawaban Keyra dengan wajah penasaran. "Ini jam tiga dan dia baru ngasih kerjaan ke gue dan ajaibnya dia minta reportnya hari ini. Gue nego buat besok tapi gak dikasih. Udah gak ngasih malah ngatain gue mirip boneka anabelle!" Semua anggota divisi itu memberikan wajah prihatin diawal cerita namun wajah prihatin itu berubah menjadi ledakan tawa mendengar kalimat terakhir Keyra. "Mending mirip boneka anabelle, Ra. Dia bilang gue mirip chucky kemaren. Heck! Mana ada mirip-miripnya gue sama tu boneka!" Langit mendengus kesal. Ledakan tawa kembali menggelegar. "Kalo dipikir-pikir lo emang mirip chucky, Lang. Ngapain rambut lo cat warna gitu." Langit memandang sengit Emily. "Shut up, Em!" Emily tertawa sambil memandangi langit sementara Keyra menatap prihatin layar latopnya. Email dari bos gilanya itu baru saja masuk ke kotak masuk emailnya. "Kerjain sekarang, Key. Lo bisa. Lagi kalo sampe gak bisa dateng ke makan malem nanti, nyokap lo pasti ngamuk," Bayu mencoba menyemangati Keyra. Keyra menghela nafas pasrah dan mengangguk. Keyra berusaha fokus mengerjakan titah perintah dari bos gilanya. Keyra harus menyelesaikannya dengan segera agar ia bisa datang ke acara makan malam nanti. Jam hampir menujukkan jam tujuh malam dan Keyra masih terjebak dengan pekerjaannya. Mamanya sudah tidak berhenti mengiriminya pesan dan meneleponnya namun Keyra mengabaikannya dan mencoba fokus menyelesaikan pekerjaannya dengan segera. Mamanya pasti akan marah besar nanti dan Keyra sudah pasrah. Tepat jam setengah delapan malam Keyra berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan mengirimkan pekerjaannya pada bos gilanya itu. Keyra bahkan tidak mau repot-repot menghadap bos gilanya itu sehingga ia memilih memberi kabar dan pamit melalui chat. Dengan secepat kilat Keyra menuju tempat makan malam dan walau telat Keyra berhasil sampai di tempat makan malam dengan selamat. "Maaf, aku terlambat." Keyra masuk ke dalam ruang privat dimana sudah ada kedua keluarga yang dulu bertetangga dekat plus kakaknya, Samuel. Keyra duduk disebelah Samuel dan sedikit bingung karena Andra tidak terlihat disana. Menyadari kebingungan Keyra, Fina pun menjelaskan bahwa Andra kini sedang dalam perjalanan karena ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Keyra larut dalam pembahasan tentang masa lalu. Keyra bersyukur bisa sampai di tempat makan ini sebelum acaranya selesai. Keyra makan sambil sesekali ikut dalam pembicaraan. Dari makan malam ini pula tercetus ide liburan bersama ke villa milik keluarga Keyra yang dulu sering mereka datangi bersama di puncak. Kedua keluarga itu benar-benar melakukan nostalgia dan merajut kembali tali silahturahmi yang sempat terputus karena terpisah jarak. Keyra sendiri tidak keberatan ikut dalam acara liburan bersama itu namun cuti bukanlah hal yang mudah bagi Keyra atau lebih tepatnya bagi semua karyawan bos gilanya itu. Keyra kembali pesimis bisa ikut dalam acara itu. Hingga makan malam berakhir Andra tidak juga kunjung menampakkan dirinya membuat semua yang hadir disana menyayangkan ketidakhadiran pria itu termasuk Keyra. Diam-diam Keyra penasaran dengan teman bermainnya dulu. Keyra ingin tau seperti apa Mas Andra yang menjadi teman bermainnya dulu namun sepertinya Mas Andranya itu memiliki segudang kesibukan hingga ia tidak bisa hadir dalam acara makan malam ini. Keyra pulang bersama dengan kedua orang tuanya. "Sayang ya, Kak. Andra nggak bisa dateng. Mama penasaran loh Andra kayak apa." Lusi berbicara dengan Samuel yang sedang mengemudi. "Andra udah berubah, Ma. Aku sempet gak ngenalin sampe dia manggil aku." Lusi mengangguk mendengarkan. "Justru itu mama jadi penasaran." Haris yang duduk disebelah Lusi langsung menoleh pada istrinya, "Nanti kan pas ke puncak bisa ketemu." "Soal puncak, aku gak berani bilang bisa ikut ya, Pa... Ma... Gak tau dapet cuti atau enggak." Keyra memberi peringatan pada keluarganya. "Ya gak bisa gitu dong, Yang. Kamu kan jarang cuti, pasti kamu punya jatah cuti dan itu hak kamu loh, Yang." Lusi langsung menyuarakan kekesalannya. Keyra meringis dan menatap Samuel sekilas lalu menatap mamanya yang duduk dibelakang bersama papanya. "Iya, Ma. Tapi kerjaan aku lagi banyak banget loh." Lusi menggelengkan kepalanya. "Mama gak mau tau. Kamu mesti ikut. Kerjaan nggak akan ada habisnya kecuali kamu resign, Yang." Keyra menghela nafas panjang. Keyra tidak menjawabi lagi ucapan mamanya karena ia tau kalau mamanya tidak akan menyerah dengan cepat sehingga diam adalah pilihan yang tepat untuk saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD