TKOW 06

1967 Words
Author Pov. "Akkhh! Apa yang kau lakukan?" teriak Jasmine Jasmine sontak berteriak dan mendengus kesal. Bagaimana tidak? Peter dengan tiba-tiba mengikat tubuhnya dengan tali hingga Jasmine sulit bergerak. Dan dengan mudahnya Peter mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas meja yang cukup tinggi hingga Jasmine tidak bisa untuk turun atau pun lari. "Hey, pria gila! Lepaskan aku...!" teriak Jasmine sambil mencoba merenggangkan tali yang mengikat tubuhnya erat. "Pria gila! Apa kau juga tuli, huh?! Ku bilang, lepaskan aku. b******k!” Peter bahkan tidak menoleh sedikit pun walaupun Jasmine berteriak keras. Peter asyik mengutak-atik laptop di ruangannya, terlihat dari celah pintu yang terbuka. "Ya Tuhan, kenapa pria itu sangat menyebalkan seperti ini?" tutur Jasmine. Dia sudah lelah berteriak. Kerongkongannya terasa sangat kering. Belum lagi karena sudah mengayuh sepeda mulai jam 3 pagi tadi. Dan sekarang dia harus berteriak karena ulah pria gila itu. "Aku akan membakar rumahmu jika kau tidak melepaskanku!" Jasmine kembali berteriak dengan keras, hingga Peter yang sedang berjalan menuju ke arahnya terkekeh pelan. "Aku akan membayarmu 1 juta dolar, jika kau berani membakar rumahku." Suaranya yang datar tapi masih terkesan dingin itu, membuat Jasmine malah menggigit bibir bawahnya. “Pria ini benar-benar sudah sudah tidak waras,” guman Jasmine dalam hati. "Apa yang kau mau dariku? Kau menuduhku tanpa alasan! Lalu mengikatku seperti ini. Jika kau mau menculikku dan meminta tebusan. Kau tidak akan berhasil karena aku hanyalah gadis mis— emph!" sontak Jasmine membulatkan matanya. Ucapannya terhenti menjadi sebuah gumaman, saat Peter memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya. "Mulut cerewetmu ini, sangat mengganggu." Peter hanya menoleh kilas, melirik jasmine dengan ekor matanya. sedangkan jasmine sibuk mengunyah roti di mulutnya. "Kau sudah mengotori mobilku, dan kau harus tanggung jawab!" Peter memperlihatkan rekaman CCTV saat jasmine mengotori mobilnya pagi itu, kemudian rekaman saat Peter menangkap seseorang yang dia kira adalah jasmine. "Kau harus membersihkan mobilku selama 1 bulan, atau kusebarkan pada orang perumahan sini jika kau suka mengganggu barang pelangganmu, karena tak berhasil kau curi. dan otomatis mereka tidak akan memesan s**u padamu lagi." Perkataan Peter membuat Jasmine semakin menatapnya kesal. Bisa-bisanya Peter akan melakukan hal itu padanya. Bagaimana dia akan memenuhi kebutuhan hidupnya jika pelanggan susunya berkurang. “Ahh ... tidak ... tidak ... biarkan saja. Mengalahlah untuk kali ini saja pada pria gila di depanmu ini, Jasmine!" pikirnya sambil menatap Peter. "Clik ...clik ...clik ..." peter menjentikkan jarinya di depan wajah Jasmine. "Kenapa diam, huh?" tanya Peter sambil bersedekap d**a. "Baiklah pria gila. Aku menyerah!" jawab jasmine sambil membuang mukanya kesamping "Tentu saja gadis perusuh! Dan kau bisa memulainya sejak besok." "Ya, tuan b******k ... sekarang lepaskan aku!" jawab Jasmine dengan muka memerah kesal. Peter melepaskan ikatannya, dan Jasmine turun dari meja itu. sejenak mereka bertatapan tajam, "boleh aku meminta segelas air?" Peter mengernyitkan keningnya dan Jasmine hanya memutar bola matanya asal. lalu tanpa menunggu jawaban Peter. Jasmine mengambil gelas yang berisi cokelat di atas meja dan meminumnya hingga habis. "ahhh ..." jasmine menyeka bibirnya kemudian pergi dari hadapan Peter dan keluar sambil menghentak- hentakkan kakinya. Peter menatap tak percaya bisa-bisanya wanita di depannya meminum cokelatnya dan pergi begitu saja. "Hey ... kenapa kau meminum cokelatku? Dasar gadis gila!" teriak Peter dan Jasmine hanya menolehnya kilas. "Salah siapa kau membuatku berteriak hingga tenggorokanku sakit dan menyumpal mulutku dengan roti!" jawab Jasmine yang sudah sampai di halaman rumah Peter. "Akhhh ... kenapa takdir harus membuatku bertemu dengan pria gila itu. Akhh ... kesal ... kesal ...kesal!" Jasmine berteriak sambil menghentakkan kakinya di depan rumah Peter dan mengacak-ngacak rambutnya. Nenek Jessy yang melihat itu hanya mengernyit bingung. Baru pagi ini dia melihat seorang wanita yang keluar dari rumah Peter dan nampaknya dia kenal siapa sosok wanita itu. "Jasmine!" panggilan seseorang membuat Jasmine menoleh dan perlahan senyuman muncul di bibirnya. "Nenek Jessy, how are you?" Jasmine berbalik dan menghampiri nenek Jessy yang memanggilnya di pagar pembatas rumahnya dengan rumah pria gila yang sejak saat ini menjadi musuhnya. "Aku baik sayang, bagaimana denganmu.? "Aku juga baik, nenek!" Jasmine memeluk sejenak tubuh ringkih nenek Jessy yang selalu tersenyum itu. "Aku sangat merindukanmu sudah beberapa Minggu terakhir aku tidak bertemu denganmu saat mengantar s**u," ucap nenek Jessy sambil memegang tangan Jasmine. "Aku berangkat pagi-pagi buta, nenek. Akhir-akhir ini aku banyak tugas kuliah. Jadi, aku harus berangkat pagi-pagi agar tidak membuang waktu," ucap Jasmine sambil tersenyum lembut. "Ohhh ... seperti itu, kapan-kapan kau mau ‘kan menemani nenek minum teh dan kau tetap dengan cokelat panas kesukaanmu itu!" Jasmine terkikik geli, "tentu nenek cantik dan maaf aku harus pergi sekarang ..." Jasmine melangkah mundur sambil melambaikan tangannya. "Dahhh ... Jasmine. Hari-hati sayang," ucap nenek Jessy sambil membalas lambaian tangan Jasmine yang sudah menaiki sepedanya dan mulai mengayuh meninggalkan jalanan perumahan itu. Peter yang keluar dari rumahnya, mendapat tatapan curiga dari nenek Jasmine. "Jangan menatapku begitu Grandma. everything it's okay," ucap Peter dengan datar. dan nenek Jessy hanya tersenyum mengangguk meskipun kecurigaannya masih sangat membuat dia penasaran. "Sedikit kepo, akan membuat peredaran darahku lancar bukan? Hihihi ... Aku akan memata-matai mereka mulai sekarang!" Nenek Jessy terkikik sambil melangkah masuk kedalam rumahnya. Peter sudah siap dengan setelan jas elegannya. Hari ini, pertama dia bekerja dan akan menjadi pimpinan di perusahaan itu. Peter selalu disiplin waktu dan dia benci kata terlambat. Dua menit yang lalu, pria yang sudah memberinya pekerjaan menghubunginya dan memintanya untuk ke rumahnya sebentar untuk sarapan bersama. dan peter tidak bisa menolaknya. Peter memasukkan ponselnya ke saku celananya dan mulai melajukan mobilnya menuju rumah pria yang sudah menjadi pamannya itu. Beberapa menit kemudian, Peter sampai dan pria itu sudah berdiri menyambutnya. "Selamat pagi, Tuan," sapa Peter sambil melangkah mendekat padanya. "Selamat pagi Peter. Sudah kubilang jangan memanggilku secara formal begitu. panggil aku paman,” ucapnya dan Peter hanya mengangguk mengiakan. "Hari ini, kau akan ku kenalkan dengan istri dan putriku. karena tadi malam kalian belum sempat bertemu dan berkenalan. karena istri dan putriku sedang keluar," lanjutnya sambil merangkul Peter ke arah ruang makan di rumah itu. Peter mengikuti pria hangat seperti ayahnya Max itu hingga sampai di dekat meja makan. Seorang wanita seusia ibunya dan seorang wanita yang juga sesusia dengannya, sedang duduk di meja makan sambil mengobrol hingga tidak menyadari kedatangannya. **** Anna yang baru sampai dikelasnya, tertawa keras saat melihat Jasmine dengan muka kusutnya dan tangannya yang mencorat-coret kertas. Jika sudah seperti itu, Jasmine pasti sedang kesal atau marah. Jasmine punya banyak cara untuk mengekspresikan kekesalannya dan Anna sudah hapal semuanya. "Selamat pagi ... Wonder Woman! Pagi-pagi mukanya sudah kusut begitu? Ada apa? Cerita dong ... hi hi hi ..." Anna terkikik geli. Dia sangat suka melihat ekspresi kekesalan di wajah Jasmine. "Jangan menggangguku, Anna. Aku sedang kesal!" ucap Jasmine sambil mengacak-acak rambutnya membuat Anna malah tertawa terbahak-bahak. "Hahaha ... ya ampun! Kau kesal dan aku sangaaaat bahagiaaaaaaaa!" teriak Anna sambil berdiri dan merentangkan kedua tangannya. "Kurangi sifat lebay mu itu Anna!" ketus jasmine dengan sinis dan Anna pun duduk. Tapi, Anna tetap tersenyum sambil mendorong-dorong Jasmine dengan bahunya. "Kau tahu Jasmine, aku bertemu pangeran lagi!" ucap Anna dengan berbinar-binar membayangkan ketenangan dan mempesonanya seorang Peter. "Lima kali kau mengucapnya sehari, 35 kali dalam seminggu dan 150 kali dalam satu bulan!" ucap Jasmine dengan jengah dan Anna hanya terkikik geli. "Kali ini lain daripada yang lain, Jasmine! Aku belum melihat pria setampan, segagah dan sangat mempesona sepertinya. Tatapan tajam matanya, rahangnya yang kokoh, hidungnya yang mancung dan jangan lupakan bibir tipisnya yang sangat sexy itu. Ahhh ... Jasmine. dia itu seorang pangeran,” puja Anna sambil menopang dagunya menghadap papan kosong di depannya. Jasmine hanya menghela napasnya pelan. Anna sedang berada di dunia khayalannya yang selalu sulit di jangkau itu. "Dengarkan ceritaku, Jasmine!" rengek Anna sambil menarik-narik lengan Jasmine. "Aku sedang tidak mood Anna...!" sikut Jasmine tanpa menoleh pada Anna. "Please... my wonder woman. Sekali ini saja. Ya ... ya ... please!" Anna menggucangkan tubuh Jasmine dan terpaksa Jasmine mengangguk pelan. "Jasmine... pria yang kubilang tadi malam. Pagi ini datang ke rumahku! Jika saja tadi malam kami hanya bertemu di gerbang. Kau tahu, pagi ini dia ikut sarapan bersama dengan keluargaku ..." ucapnya dengan berbinar-binar. *Flashback on* "Merry, Anna ... kenalkan ini Peter pria yang menolongku semalam ..." Perkataan pria yang merangkul Peter yang tak lain adalah AXELENDRA THOMAS membuat kedua wanita itu menoleh. Merry yang tersenyum dan Anna yang terbelalak mengagumi ketampannya. "Ohh My God. Mimpi apa aku semalam? Pangeran itu muncul lagi di hadapanku ..." pikir Anna sambil menopang dagunya dengan tangannya. "Hai, Peter. Aku Merry Woodley. Terima kasih sayang, kau sudah menyelamatkan suamiku," ucap perempuan itu sambil tersenyum lembut dan Peter hanya menanggapinya dengan senyum tipis. "Sama-sama Bibi. Itu sudah menjadi kewajiban semua orang,” jawab Peter. Axel yang melihat Anna tetap dalam mode terpesonanya hanya terkekeh kemudian berdehem pelan. "Ehem, Anna apa kau akan tetap pada posisi itu?" ucap Axel dengan nada mengejek. Anna yang mendengar ejekan ayahnya Axel, berdiri gelagapan dengan muka memerah. kemudian bangkit dan menghampiri Peter. "Hai, Aku, Annatasia Thomas. Terima kasih berkat dirimu, hari ini aku masih memiliki ayah!" ucap Anna sambil mengulurkan tangannya dan Peter menerima uluran tangan itu. "Aku, Peter Scoott. Ya, sama-sama," jawab Peter dengan datar kemudian melepaskan jabatan tangannya. Anna seperti terhipnotis mendengar suara Peter yang terkesan datar namun sangat gentle itu. “Ahhh ... kenapa dia sangat tampan?" lirik Anna menatap Peter yang sudah duduk di kursi meja makan. "Anna ..." "I-iya ..." Anna kembali dibuat gelagapan oleh Axel - ayahnya, kemudian kembali duduk di kursinya. "Peter, kita akan berangkat bersama ke kantor dan aku akan memperkenalkanmu disana!" ucap Axel sambil memakan sarapannya dan Peter hanya menatap sekilas kemudian mengangguk. Sedangkan Anna hanya Mengaduk-aduk makanannya. Sejak tadi, dia terus menatapi wajah Peter, ketampanan Peter membuatnya melupakan segalanya bahkan sarapannya. Merry yang melihat itu, hanya tersenyum sambil menggeleng pelan. Nampaknya Anna begitu terpesona. "Anna kau tidak sarapan?” "I-iya ... dia sangat tampan!" Semua yang berada di meja makan menoleh pada Anna. Bagaimana konyolnya jawaban wanita itu yang Merry tanyakan sarapannya, Anna malah menjawab dengan memuji ketampanan Peter. Hingga sontak membuat Axel dan Merry tertawa. Peter hanya menoleh kilas dan tatapan mata tajamnya membuat Anna tersadar. Anna bangkit dari duduknya dan pergi dari sana dengan wajah merona menahan malu. "Akhhhh Anna! Kau sangat memalukan!" ucapnya sampai memukul bibirnya pelan. merutuki dirinya yang tidak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari bibirnya. Dan akhirnya di hari kedua pertemuannya dengan Peter. Anna harus menanggung malu yang membuat pipinya memanas. *Flashback off* **** "Ahhh ... Jasmine. Jika kau bertemu dengan Peter kau pasti terpesona, dia sangat tampan," ucapnya dengan berbinar-binar. Jasmine mengembuskan napasnya kasar "Anna kau beruntung bertemu dengan pangeranmu itu dan aku. Hari ini pria gila itu berhasil menangkapku!" “What?” pekikan Anna membuat Jasmine menutup telinganya. "Kurangi volume teriakanmu, Anna! Kau akan membuatku tuli di usia muda," ucap Jasmine sambil membuka tangan yang menutup telinganya. "Sorry, sorry, aku shockk! Tapi, kau berhasil memukul hidungnya ‘kan?" tanya Anna sambil menatap menginterogasi Jasmine. "Tidak, Anna! Dia mengikatku dan parahnya, pria itu menyuruhku mencuci mobilnya sebulan penuh atau rekaman CCTV saat aku mengotori mobilnya akan dia sebar. Dan kau tahu sendiri apa konsekuensinya jika sampai video itu benar-benar dia sebar?" ucap Jasmine sambil menyandarkan tubuhnya. Anna berdecak kesal, "ya ampun. Pria itu benar-benar menyebalkan! Kapan-kapan aku akan membantumu mengerjainya, hingga dia kapok minta ampun!" ucapnya sambil mengepalkan tangannya dan Jasmine hanya terkekeh mendengar perkataan Anna. "Ya kuharap begitu. Sebelum kau lari ketakutan hanya karena tatapan matanya yang bagai singa menemukan mangsa itu!" ucap Jasmine membuat Anna bergidik ngeri. "Siapa nama pria itu, Jasmine?" "Entah aku juga tidak tahu. Aku memanggilnya pria gila karena itu memang cocok untuknya," ucap Jasmine dan Anna kembali terkikik mendengar ucapan sahabatnya itu. Suasana yang riuh itu, tiba-tiba diam saat seorang dosen universitas itu masuk ke dalam kelas. "Ada seorang mahasiswa di kelas ini yang sudah mencuri barang private milik universitas dan saya akan memeriksa kalian satu persatu!" ucap dosen paruh baya dengan aksen gemuk tapi menakutkan itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD