Azzam keluar dari ruangan Naura. Ia tidak habis pikir, kenapa bosnya itu memilih dirinya untuk dijadikan suami bayaran. Azzam tahu kalau dirinya memang gagah dan tampan. Tapi posisinya di perusahaan ini sebagai supir. Bukan seorang eksekutif, bahkan bukan sebagai staf kantor. Selama tiga bulan, ia bekerja di perusahaan ini, kinerjanya memang bagus. Ia tidak pernah tidak masuk kerja. Meski hari hujan, atau apapun juga, ia selalu masuk kerja. Azzam sangat menikmati pekerjaannya. Menikmati menjadi seorang supir yang menunggu perintah.
Mobil yang dibawa adalah mobil perusahaan, untuk mengangkut karyawan ke beberapa proyek. Kadang juga mengantar jemput karyawan yang pulang pergi ke bandara. Pekerja supir terlihat remeh, tapi sangat penting artinya. Walau keberadaannya hanya sebagai supir, tapi cukup menarik perhatian beberapa karyawan perempuan. Apalagi setelah mereka tahu, kalau dirinya sudah duda lima tahun, dan datang ke Jakarta dari Banjarbaru untuk merantau.
Usianya memang sudah tidak muda lagi. Empat puluh empat tahun. Tapi penampilannya masih seperti usia tiga puluh tahunan. Wajahnya tampan, tubuhnya tinggi besar, kedua lengannya kokoh, orang bilang tubuhnya atletis. Orang tidak tahu, kalau ia sudah memiliki empat cucu. Sebagai orang kampung. Dulu ia menikah, saat usianya baru enam belas tahun, dan istrinya lima belas tahun. Istrinya terpaksa berhenti sekolah, sedang dirinya ikut sekolah paket, hingga tamat SMA. Setelah tamat SMA, ia mulai membantu di perusahaan tambang batubara milik kakeknya.
Dirinya menikah muda, bukan karena orang tidak punya. Tapi karena pergaulan, mereka dianggap sudah pantas untuk menikah. Azzam tidak menolak menikah muda, karena seperti itulah yang banyak terjadi di kampungnya. Setahun menikah mereka memiliki sepasang anak kembar. Usia mereka kini dua puluh tujuh tahun. Keduanya sudah sarjana. Azzakir dan Azzahra. Zakir baru menikah dengan gadis lugu kampung mereka, yang usianya saat menikah baru sembilan belas tahun. Mereka menikah tiga tahun lalu dan sudah memiliki sepasang anak kembar. Sedang Zahra sudah menikah delapan tahun lalu dengan seorang dokter. Mereka juga sudah dikaruniai sepasang anak kembar berusia enam tahun. Jarak usia Zahra dan suaminya lima belas tahun.
Alasan Azzam merantau ke Jakarta, dan menerima pekerjaan sebagai supir, karena sudah bosan hidup di kampung menjadi seorang bos besar. Perusahaan sudah diserahkan kepada kedua anaknya. Azzam sangat percaya, kedua anaknya mampu mengembangkan perusahaan mereka. Kedua anaknya mampu bekerja sama mengelola perusahaan. Selain itu mereka tinggal tidak berjauhan. Azzam membangun tiga buah rumah dalam satu lokasi. Dua buah rumah berhadapan milik kedua anaknya. Satu buah rumah berada agak di belakang, adalah tempat tinggalnya. Jadi tiga buah rumah itu membentuk huruf U. Satu bulan sekali, setiap hari Jumat sore, Azzam pulang ke rumahnya. Dan setiap Minggu sore, kembali ke Jakarta. Azzam menikmati aktivitasnya yang seperti ini. Jika di rumah, ia tidak begitu banyak beraktivitas lagi. Tapi di Jakarta benar-benar bekerja dengan pikiran dan tenaga.
Azzam masih belum mengerti, kenapa Naura memilihnya menjadi suami bayaran. Sedangkan banyak yang lebih muda, lebih cocok dengan Naura, usia seumuran. Kenapa harus memilih dirinya yang jauh lebih tua. Usianya dua kali lipat usia Naura. Tapi Azzam merasa, ini akan menjadi pengalaman baru kalau ia terima. Ia tidak perlu memberitahu keluarganya di Banjarbaru, kalau ia menikah dengan bosnya. Hanya pernikahan sementara, perubahan yang ada, dirinya menjadi asisten pribadi Naura. Tidak lagi menjadi supir. Azzam belum memutuskan, ia masih memikirkan. Menjadi asisten pribadi tidak masalah baginya. Ia punya gelar sarjana, jadi yakin mampu menjalankan pekerjaan itu. Tapi Azzam ingin memikirkannya dulu, tak ingin tergesa mengambil keputusan.
*
Naura belum bisa tidur. Pikirannya gelisah, hatinya sangat tidak tenang. Kakak ayahnya, baru saja menelpon.. mengingatkan tentang perusahaan. Batas waktu Naura tinggal tiga bulan lagi. Jika dalam tempo tiga bulan tidak juga menikah, maka perusahaan akan mereka jual. Dan hasil penjualan akan dibagi. Sesuatu yang sangat meresahkan bagi Naura. Ia sangat ingin mempertahankan perusahaan, karena jalannya perusahaan sangat lancar. Dan tumbuh dengan baik.
Perusahaan itu kebanggaan kedua orang tuanya. Dibangun dengan susah payah oleh ayahnya ibunya sejak 20 tahun lalu. Mereka sangat mencintai perusahaan. Naura yakin mereka tidak akan pernah menjual perusahaan yang diperjuangkan. Perusahaan yang diperjuangkan dengan tetes keringat mereka. Dengan waktu mereka. Perusahaan kebanggaan orang tua nya. Dengan gampang saja saudara ayahnya ingin menjual hasil tetes keringat kedua orang tuanya. Dan menganggap dirinya tidak becus mengatur jalannya perusahaan. Tentu saja Naura menolak yang ku seperti itu. Dirinya memang masih sangat muda, tapi bukan berarti tidak tahu apa-apa. Sejak lulus SMA, ia sudah ikut membantu di perusahaan. Karena itu ia tahu segalanya tentang perusahaan. Walaupun usianya masih sangat muda.
Naura sangat berharap, Azzam bersedia menerima tawaran menjadi suami bayaran. Ia memilih Azzam karena asisten nya menganggap Azzam memiliki beberapa kelebihan. Dalam pandangan mata, Azzam tampan dan gagah. Walau usianya sudah empat puluh empat tahun, tapi tampilannya masih seperti usia tiga puluh tahun. Azzam selama bekerja belum pernah tidak masuk. Azzam orang yang sangat mudah diajak berkomunikasi. Walau gagah dan tampan serta sudah duda, Azzam tidak pernah bertingkah macam-macam lembar pesona.
Naura memang mencari lelaki yang biasa saja, bukan pengusaha atau apapun juga, karena hanya memerlukan status sebagai istri saja. Mencari pria yang bisa ia atur. Agar mudah untuk diceraikan nantinya. Tidak masalah pekerjaan pria itu apa, asal mengerti dirinya dan aktivitasnya. Azzam pasti sudah mengerti apa yang harus dikerjakan. Setidaknya tahu kalau harus mengikutinya kemanapun, dan juga menjaga dirinya. Naura memiliki firasat, kalau saudara ayahnya tidak akan melepaskan perusahaan begitu saja. Mereka pasti akan melakukan segala cara untuk merebutnya.
Selama ini, tidak ada saudara ayahnya yang berusaha membantunya. Tidak ada yang peduli dengan kehidupannya. Mereka hanya menginginkan harta peninggalan ayahnya. Bahkan mereka mengatakan dengan jelas agar Naura ikut nenek kakeknya ke Amerika. Dan menyerahkan perusahaan kepada mereka untuk dijual. Tentu saja Naura menolak, meski kehidupan kakek dan neneknya di Amerika cukup nyaman, tapi Naura tidak berminat tinggal di sana. Ia lebih nyaman tinggal di sini, meski ada orang-orang yang terkesan memusuhinya. Naura percaya diri, jika ia tidak berbuat jahat, maka orang jahat tidak akan bisa melakukan apa-apa kepadanya.
Naura tahu, keluarga ayahnya tidak ada yang setuju saat ayahnya memilih ibunya. Ibunya, seperti orang bule pada umumnya. Meskipun separuh darahnya adalah Indonesia, tapi rambut ibunya berwarna pirang, matanya biru, kulitnya putih. Tidak terlihat seperti orang Indonesia sama sekali. Dan keluarga ayahnya tidak menyukai ibunya. Itu juga yang membuat mereka tidak menyukainya. Apalagi tampilannya persis sama dengan ibunya.
*