Bercinta Di Bawah Langit Biru

1048 Words
Pagi itu, udara di rooftop terasa segar dengan angin lembut yang berembus, membawa aroma musim semi yang menenangkan. Matahari mulai naik di ufuk timur, menumpahkan cahayanya yang hangat dan lembut ke seluruh penjuru. Zoe berada di atas tubuh Maximus menikmati pelukan hangatnya sembari menarik napas panjang dan menikmati sensasi udara pagi yang sejuk. Ia tahu Maximus sudah menunggunya, pria yang selama beberapa hari terakhir membuat hatinya selalu berdebar setiap kali mereka bertemu. Setelah semalaman tak bertemu, Zoe merasa kerinduan telah mengakar dalam dirinya. Hatinya menghangat membayangkan sosok Maximus, senyumnya, sentuhan lembutnya yang selama ini menjadi tempatnya bersandar. Maximus menatapnya, senyumnya terukir lembut ketika melihat Zoe ada di atas tubuhnya. Zoe bisa melihat kebahagiaan di mata tajam Maximus, seolah pria itu telah menunggunya dengan rasa rindu yang tak kalah besar dari miliknya. Tak perlu banyak kata. Mereka hanya saling pandang, merasakan kerinduan yang menggumpal dalam d**a, kerinduan yang ingin segera dilampiaskan. Tanpa berkata apa pun, Maximus menundukkan wajahnya, matanya terpejam ketika bibirnya kembali menyentuh bibir Zoe. Ciuman itu lembut dan manis, penuh perasaan dan hasrat yang telah terpendam sejak kemarin. Zoe merasakan hatinya bergetar, merasakan setiap sentuhan dari Maximus yang seolah melumat segala kerinduannya. Maximus dengan perlahan membuka satu persatu pakaian Zoe dan membuatnya ke sembarang arah. Sambil masih berciuman, tangannya menelusuri tubuh sintal Zoe yang kini telah menjadi candunya. Zoe mengeluarkan lenguhan indah dan menggoda hingga membuat Maximus semakin b*******h. Zoe mencengkeram rambut gelap Maximus dan kini posisinya berada di pangkuan pria tampan itu. Maximus menikmati bagian depan tubuh Zoe yang membuatnya semakin terlena dengan hasratnya yang membara. Tangan besarnya yang penuh tato menekan punggung Zoe seolah ingin semakin merekatkan tubuh mereka. Lalu mereka kembali saling memagut dan tubuh Zoe dengan sendiri bergerak nakal di atas pangkuan Maximus. “Aaarrrh … kau selalu membuatku b*******h, Baby,” bisiknya penuh gairah dan kemudian merebahkan tubuh Zoe di bawahnya. Mereka mulai melakukan penyatuan dan bercinta di bawah sinar matahari pagi yang hangat, membiarkan tubuh mereka terselimuti cahaya lembut yang menghangatkan setiap sentuhan. Angin pagi berembus pelan, mengacak rambut Zoe dan Maximus yang kini bersandar satu sama lain di atas selimut yang mereka gelar di lantai rooftop. Mereka tertawa kecil sembari melenguh bersama di sela-sela kebersamaan mereka, menikmati momen intim yang terasa begitu indah. Rooftop itu terasa seperti dunia kecil mereka, tempat yang penuh cinta, di mana mereka bisa saling memiliki tanpa gangguan siapa pun. Tubuh mereka kini telah menyatu dan tubuhnya saling bergerak seirama. Mereka tampak sangat menikmati percintaan panas mereka yang ke sekian kalinya dan sepertinya akan menjadi agenda rutin mereka tiap hari. Zoe kembali berada di atas tubuh Maximus dan bergerak dengan tubuh menggeliat indah dan sensual. Maximus menyusuri lekuk tubuh indah milik Zoe yang hanya menjadi miliknya saat ini. Dan dia merasa bahwa dia hanya ingin Zoe menjadi miliknya. “Aaarrh … Baby … kau belajar dengan cepat,” lirih Maximus dengan suara mende*sah. Zoe mengangkat tangannya ke atas seraya menahan rambutnya agar tak menutupi wajahnya. Namun gerakan itu justru membuat Zoe terlihat seksi dan Maximus kembali memimpin permainan mereka yang kini semakin liar. Maximus mengecupi punggung Zoe dan merasakan kehangatan serta getara tubuh wanita yang telah mengambil separuh dunianya kini. Maximus bahkan lupa dengan semua masalah yang seharusnya segera dia tangani. Dia memutuskan untuk berasa di sana lebih lama agar bisa bersama Zoe. Ya, Maximus menyadari bahwa tampaknya dirinya sudah terikat begitu dalam dengan Zoe. Namun, dia akan tetap merahasiakan hubungan nereka agar Zoe tetap selalu aman. Setelah sekian lama terhanyut dalam kebersamaan dan mencapai puncak kepuasan bersama, Maximus dan Zoe berbaring berdampingan, menatap langit pagi yang bersih. Zoe menyandarkan kepalanya di bahu kekar Maximus, tersenyum dengan tenang. Di sinilah dia merasa paling damai, di sisi pria yang kini menjadi tempatnya berpulang, tanpa perlu takut atau merasa ragu. Maximus membelai lembut pinggang ramping Zoe. "Kurasa aku harus berterima kasih pada musuhku.” Zoe mendongak dan menatap Maximus. “Kenapa bisa begitu?” “Jika aku tak terluka, aku tak akan ke rumah ini dan tak bertemu denganmu.” Maximus mengecup bibir Zoe. Zoe tertawa lirih, mengeratkan pelukannya di tubuh Maximus. “Aku juga. Aku harus berterima kasih pada dokter seniorku. Jika seniorku tak menyuruhku memeriksa pasien di atas bukit itu di malam hari ketika hujan badai, mungkin aku tak akan berteduh di sini dan tak bertemu denganmu.” Mereka kemudian tertawa bersama, lalu terdiam lagi, menikmati momen tersebut dengan sepenuh hati. Mentari semakin tinggi di langit, menghangatkan tubuh mereka dan membiarkan mereka tetap tenggelam dalam kebahagiaan tanpa batas waktu. * * Setelah momen intim yang menghangatkan hati mereka berdua, Zoe dan Maximus duduk bersama di atas rooftop, menikmati pagi yang indah di bawah langit biru yang cerah. Udara pagi yang segar, bercampur dengan aroma wangi makanan yang baru saja diletakkan Zoe di antara mereka, menciptakan suasana yang begitu nyaman dan damai. Zoe mengeluarkan beberapa kotak makanan dari tas kertas yang tadi dia bawa dari restoran di perjalanan pulangnya. Makanan sederhana namun lezat—berbagai hidangan sarapan yang akan melengkapi pagi mereka. Maximus tersenyum ketika melihat hidangan itu. Dia mungkin sudah lama tidak menikmati sarapan yang terasa begitu “nyata” dan personal seperti ini. Zoe sesekali menyuapi Maximus. Dan pria tertawa kecil, dengan tatapan hangat yang hanya dia tujukan untuk Zoe. "Kau tahu, aku hampir tidak bisa tidur semalaman karena memikirkanmu. Dan percintaan kita pagi tadi dan sarapan ini? Sangat sempurna. Thank you, Baby." Maximus memajukan wajahnya dan mengecup lembut bibir Zoe yang masih mengunyah makanan. Zoe senang melihat Maximus begitu menikmati momen mereka. Sambil menyuapkan sepotong roti panggang, mereka mulai berbincang ringan, mengobrolkan hal-hal yang membuat mereka merasa lebih dekat. Obrolan itu melayang-layang antara cerita tentang keseharian mereka, sedikit candaan, dan sesekali ciuman-ciuman kecil yang menggoda di antara mereka. "Bagaimana pekerjaan di rumah sakit semalam?" tanya Maximus di sela-sela gigitan sarapannya. Zoe menghela napas, mengingat betapa panjang dan melelahkan malam itu, tetapi kini dia tak merasa tertekan lagi. Bersama Maximus, seolah semua kepenatan itu menguap begitu saja. "Melelahkan, seperti biasa. Tapi kau tahu? Bercinta denganmu membuatku semangat lagi." Zoe tersenyum nakal sambil menatap mata Maximus dengan penuh kehangatan. Maximus tertawa dan menarik pelan hidung mancung Zoe lalu mengecup kembali bibirnya. “Kau benar-benar dokter nakal sekarang, hah?” bisik Maximus. Zoe ikut tertawa dan membelai pipi Maximus yang mulai berjambang lebat. * * JANGAN LUPA BANYAKIN KOMEN YA BESSTIEEEEH…Zoe dan Max masih dalam mode PANAS2nya..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD