Resiko

1114 Words
Keluarga adalah sekumpulan orang yang selalu ada, yang selalu membantu ketika kita kesulitan, yang pertama kali tertawa melihat kebahagiaan kita. Aku memiliki itu semua. Memiliki orang tua yang sempurna, tidak pernah bertengkar dan masih saling memancarkan cinta satu sama lain sekalipun tidak lagi muda. Aku memiliki dua kakak yang sempurna. Yang mencintai aku dengan semua kekuasaan mereka. Yang tidak pernah berhenti membuat aku tertawa bahagia. Mereka orang-orang yang selalu berdiri di garis utama dalam setiap masalah yang aku hadapi. Tapi, di malam yang gelap ini aku seperti tertampar dengan keadaan di depanku. Sesuatu yang aku anggap sempurna, sekarang menjadi abu-abu. Aku bahkan tidak aku pasti dengan apa yang terjadi. Tidak, terlalu percaya pada seseorang juga tidak baik. Sekalipun mereka adalah orang yang selalu kita panggil sebagai keluarga. Sayangnya aku tidak mengerti hal itu. Aku mempercayai apa yang kuanggap benar selama belasan tahun ini. Sesuatu yang malah membuat aku tidak bisa mencerna apa yang terjadi. Tidak pernah ada manusia yang siap menerima berita buruk, termasuk diriku. Sejak kecil, tidak ada satupun masalah yang bisa kuselesaikan. Mereka, keluarga itu yang selalu mengurus segala hal mengenai diriku. Aku mempercayai mereka seperti aku mempercayai diriku sendiri. Lalu sekarang, ketika semuanya tidak lagi sama, ketika kenyataan mulai membuat aku bingung, aku harus bagaimana? Mataku bergerak pelan, memperhatikan luka yang ada di kakiku.. aku tidak bisa berjalan dengan bebas karena luka ini masih cukup membuat aku kerepotan. Padahal, aku ingin keluar. Aku ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.. karena jujur saja, aku kebingungan. Percakapan itu, obat tidur yang ada di segelas susu.. apa, apa yang mereka lakukan padaku? Tapi malam ini jelas adalah waktu yang tepat. Jika benar apa yang kucurigai, mereka pasti sedang berbicara saat ini. Yaa Tuhan, tidak bisakah semua ini tampak dengan jelas? Baru beberapa jam aku menerka-nerka, tapi rasanya aku sudah muak. Jantung tidak juga berhenti berdetak kencang, juga tanganku yang bergetar karena ketakutan. Ini menyulitkan! Tapi aku jelas tidak ingin menyerah begitu saja. Harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi karena.. keran hidupku sedang dipertaruhkan. Jadi, dengan kaki yang masih terasa nyeri aku mencoba berdiri. Coba berjalan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Kakiku bergerak untuk menggapai pintu, dengan keadaan seperti ini.. aku sendiri tidak yakin apakah bisa mencapai tujuan atau tidak. Tapi aku tidak bisa berhenti begitu saja, aku harus mendapat kebenarannya. Aku tidak mungkin berhenti curiga apalagi setelah aku menerima s**u yang berisi obat tidur. Dengan pelan aku membuka pintu kamar, melihat bagaimana keadaan sekitar. Gelap. Semuanya sudah gelap seperti malam-malam yang biasa. Mama tidak suka rumah terlalu terang ketika malam karena itu menyakiti matanya. Jadi, rumah ini selalu tanpa lampu jika sudah malam. Aku sudah terbiasa berjalan dalam gelap, lagi pula aku hapal setiap letak benda yang ada di rumah ini. Kakiku melangkah dengan pelan, tunggu dulu.. aku harus kemana? Kepalaku terasa pusing tiba-tiba. Yang kucari ini sebenarnya apa? Bukti jika keluargaku sendiri ingin menghabisi nyawaku? Atau apa? Masalahnya, mau menyangkal berapa kalipun kenyataan jika Mama memberikan aku obat tidur adalah sesuatu yang paling tidak bisa kuterima. Jadi, mengikuti insting yang ada di kepalaku, aku berjalan menuju koridor tenpat Papa menyimpang tokoh hero di lemari kaca. Tempat aku pertama kali mendengar percakapan mengerikan itu. Benar sekali, aku harus ke sana.. Kakiku berjalan pelan, menuju ke tempat itu. Bergerak tanpa menimbulkan suara karena jika ada yang melihat aku berkeliaran di tengah malam seperti ini.. aku pasti dalam masalah. Apalagi ketika mereka tahu jika aku sudah meminum s**u berisi obat tidur itu. Sayangnya, aku tidak mendengar obrolan apapun ketika sudah hampir sepuluh menit berdiri di dekat lemari kaca. Tidak, benar-benar tidak ada suara apapun. Rumah ini sepi seperti tidak ada satupun orang yang masih terjaga. Astaga, aku jadi semakin bimbang. Logikanya seperti ini, bertahun-tahun hidup bersama mereka, menganggap sebagai satu keluarga. Tidak ada yang pernah menyakiti diriku di sini, semua orang seperti mementingkan kebahagiaanku.. tapi, di saat yang tidak terduga aku mendengar sebuah percakapan misterius yang membuat aku terkejut. Bukan hanya terkejut, aku juga takut dan merasa bingung. Telingaku yang salah dengar atau.. atau aku yang salah paham. Tapi, semua ini didukung oleh kenyataan yang benar-benar membuat aku hilang kata-kata.. ada obat tidur di s**u yang Mama berikan untukku. Aku tentu tidak pernah mengira semua ini terjadi, mungkin aku masih bisa mengelak dan mengatakan jika Chiko memang kelelahan dan ingin tidur. Tapi.. tidak ada binatang yang tidur seperti itu. Pasti ada obat tidur di dalam s**u itu. Ditambah lagi kenyataan yang selalu aku rasakan ketika selesai meminum s**u. Aku pasti akan mengantuk luar biasa dan segera tidur tanpa bisa terganggu oleh apapun. Sungguh, tidak ada yang bisa membuat aku bingung lebih dari ini. Tapi.. kenyataan di depanku semakin tidak terduga. Tidak ada satupun suara seperti semua orang sudah berada di mimpi yang lelap. Jadi.. setelah hampir 20 menit terus berdiri tanpa tahu harus berbuat apa, aku memutuskan untuk beranjak. Mengajak kakiku untuk kembali ke kamar karena jujur saja aku juga lelah jika harus berdiri seperti ini. Napasku tercekat ketika mendengar suara lonceng jam dinding. Oh Tuhan! Ini rumahku, tapi jika mendengar suara di situasi seperti ini, siapa yang tidak kaget? Sial! Aku jadi berhenti sejenak untuk menenangkan diriku. Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah hampir tengah malam, seharusnya aku sudah tidur di jam seperti ini. Tapi, apa bisa mataku tertutup ketika keadaan berada di luar kendaliku? Sayangnya, langkahku kembali berhenti ketika menangkap sebuah suara pelan.. pelan sekali. Rasanya jauh lebih pelan dari suara angin di luar sana. Tapi, suara pelan itu yang malah tertangkap di telingaku. Sesuatu yang menghentikan langkahku.. “Ada yang aneh dari Keana” “Jangan bicara terlalu keras, aku takut dia masih bangun” “Dia sudah menghabiskan segelas s**u. Harusnya dia sudah tidur sejak tadi” “Apa yang membuat dia ketakutan seperti itu?” “Berhati-hatilah semuanya. Percakapan ini terlalu beresiko. Keana bisa saja mendengar kita” “Jangan khawatir dia sudah tidur. Kita hanya perlu merencanakan apa yang harus dilakukan ketika usianya tepat 18 tahun” Mataku menatap ke sekeliling. Mencoba mencari tahu dari mana asalnya suara ini. Aku jelas mengenali suara mereka. Sungguh, aku pasti tidak salah mendengar kali ini karena di tengah sunyinya malam aku tentu bisa mendengar dengan jelas. Suara mereka benar-benar jelas.. aku tidak mungkin salah kali ini. Tapi.. kenapa percakapan ini semakin memperburuk keadaanku? Mereka membicarakan aku. Membicarakan betapa aneh sikapku malam ini. Yaa Tuhan, bagaimana jika aku ketahuan berada di sini? Fakta yang baru saja aku ketahui mengenai obat tidur, harusnya aku tahu jika mereka pasti bisa melakukan hal yang jauh lebih nekat. Tunggu dulu.. mereka keluargaku. Kenapa berbicara seperti itu? “Dia harus mati. Apa lagi?” “Dia anak yang baik. Tidak bisakah dia mendapat kesempatan?” “Kamu mau tertangkap polisi dan perjuangan kita selama 18 tahun hancur begitu saja?” “Tentu tidak. Tapi membunuh.. Mama sungguh tega melakukan itu?” “Mau bagaimana lagi? ini satu-satunya cara” Mataku terpejam. Merasakan banyak ketakutan yang semakin menggerogoti pikiranku. Tidak, ini tidak benar! Kenapa mereka ingin membunuhku? Memangnya ada yang salah dari diriku? Rasanya aku ingin menjerit dan mengatakan jika aku mendengar percakapan mereka, tapi.. aku beresiko mati saat ini juga jika hal itu sungguh aku lakukan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD