Butuh Alasan!

1723 Words
Hari-hari Auris disibukkan dengan kuliah dan juga membantu Mommy nya mengurus Toko Kue dan Restoran. Selain itu, dia memiliki kegiatan baru yang didukung oleh Daddy nya namun ditentang oleh Mommy nya. “Jadi gabung ke Mapala?” “Iya, Lice. Kemarin aku sudah mendapatkan ijin dari Daddy buat ikut acara camping di kampus.” “Mommy Nala gimana? Nggak ngomel?” “Jelas saja ngomel. Kamu lihat sendiri ‘kan kemarin gimana histerisnya beliau saat aku bilang ikut Organisasi Mapala.” “Kenapa sih nggak ikut Organisasi Paduan Suara atau Radio saja?” Auris mencubit pelan kedua pipi sahabatnya. Sejak dia memilih Organisasi Mapala sebagai pilihan UKM wajib, Alice selalu berusaha membujuknya agar mengganti pilihannya. Sahabatnya itu merasa jika Mapala tidak terlalu cocok dengan kepribadian Auris. Alice mengatakan jika Auris lebih pas jika memilih Organisasi yang sama dengannya yaitu Paduan Suara. “Jangan terlalu khawatir dengan aku, Alice. Asal kamu tahu saja, aku ini sudah biasa camping dengan Daddy. Jadi, bukan suatu hal yang baru buat aku jika harus menginap di alam terbuka.” “Tapi, ‘kan gaya camping kamu dengan Daddy Ace dan Mapala beda, Ris,” sanggah Alice. “Bedanya apa, Sayangku? Bukannya semua kegiatan camping itu sama saja?” “Pastinya saat camping dengan Daddy Ace menggunakan fasilitas lengkap dan memadai. Kalau, sama Mapala itu pakai barang-barang seadanya. Nggak akan sama, Auris.” “Siapa bilang aku sama Daddy pakai fasilitas lengkap?” “Mommy Nala.” “Aku kasih satu rahasia yang selama ini Mommy enggak tahu,” ucap Auris. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga Alice. “Aku pernah kehabisan air waktu camping dengan Daddy. Waktu itu, ada seorang ibu-ibu yang baru saja sampai puncak. Beliau hampir dehidrasi karena persediaan air yang dibawanya habis. Karena sudah dalam keadaan urgent Daddy kasihkan air punya kami hingga tersisa sedikit.” “Terus kamu minum apa dong?” “Ya, minum air lah, Alice.” “Persediaan air kamu ‘kan habis dibagi sama pendaki lain.” “Ada mata air di sana, hehe.” “Ih ... kamu itu suka sekali bikin aku deg-degan. Jahil sekali!” omel Alice. “Kenapa pendaki Ibu-Ibu bisa dehidrasi kalau ada mata air di sana?” “Katanya sih di kuat-kuatin biar sampai puncak sebelum petang sampai lupa isi air ketika sampai pos peristirahatan.” “Kok bisa teledor begitu sih? Memangnya tidak ada teman yang mengingatkan?” Auris mengangkat kedua bahunya. “Kurang tahu juga soalnya Daddy hanya memberikan air tidak bertanya lebih detail,” jawabnya. “Pokoknya nggak boleh khawatir lagi soal aku yang memilih Organisasi Mapala. Auristela ini sudah sangat profesional dan handal.” “Janji harus selalu berhati-hati jika melakukan kegiatan dengan teman-teman Mapala, ya?” “Iya, Alice. Aku janji!” Sore nanti, anggota baru Mapala dan Paduan Suara diharuskan berkumpul pada ruangan UKM masing-masing. Kedua gadis itu menunggu jam empat di musholla sambil beristirahat karena sudah makan siang di kantin terlebih dahulu. Jika Auris akan melakukan kegiatan diluar kampus minggu depan. Beda lagi dengan Alice, dia dan teman barunya akan tampil dalam acara penyambutan Rektor baru bulan depan. *** “Kenapa pilih Mapala?” “Astaghfirullah, Rajata! Kamu ini suka sekali bikin kaget. Untung saja jantungku kokoh.” “Akibat orang yang suka bengong ya begitu,” sindir Raja. “Kamu kenapa pilih UKM Mapala?” “Ya, suka-suka aku dong.” “Tidak cocok dengan kamu.” “Kata siapa?” “Aku!” Auris memasukkan ponselnya pada tas ketika teman-teman barunya sudah mulai berdatangan. “Lagian kenapa sih kamu ikut gabung ke Mapala? Seharusnya kamu ikut UKM olahraga.” Rajata tidak menjawab, matanya melihat ke arah pergelangan tangan Auris. “Kenapa tidak kamu pakai?” “Apanya?” “Benda yang aku berikan satu minggu yang lalu.” “Tidak ada alasan buat aku memakainya!” Rajata merapatkan duduknya pada Auris ketika ada seorang Laki-Laki ingin duduk di tengah mereka. Kini gadis itu diapit oleh dinding dan juga Raja. Kedua mata Auris tidak sengaja melihat gantungan tas Raja yang mirip sekali dengan benda yang dimilikinya. “Kamu beli couple?” “Maksudnya?” “Ini,” tunjuk Auris pada tas Rajata. “Mirip dengan benda yang kamu berikan untukku.” “Hanya warnanya yang mirip.” “Masak sih?” Auris tidak percaya dengan jawaban Raja. Dia mengambil tas milik Laki-Laki itu agar lebih jelas melihat detail benda itu. “Iya, ini mirip sekali dengan yang aku punya. Kamu beli couple ‘kan?” “Tidak. Aku mendapatkannya hadiah dari tempat cucian mobil.” “Hah?” Auris menatap aneh ke arah Rajata. “Sejak kapan tempat cuci mobil kasih hadiah gelang couple? Terus, dimana lokasi tempat cuci mobilnya?” “Jangan banyak tanya! Lagi pula aku tidak akan memberitahu dimana tempatnya berada.” “Kenapa?” “Biar kamu tidak membawa rombongan untuk meminta gelang.” Bibir Auris langsung mencebik saat mendengar jawaban Rajata. “Kamu pikir aku ini tukang minta-minta?” “Tidak.” Auris mendengkus sebal, menyilangkan kedua tangannya didepan d**a. “Aku tidak akan memakai gelangnya!” “Kamu harus memakainya.” “Harus ada alasannya? kalau tidak aku akan membuangnya.” “Ccckkk, butuh alasan?” “Hmmm.” “Kamu akan aku hukum jika tidak memakainya. Itulah alasannya.” “Idih ... alasan apa itu?” Auris mencubit lengan Rajata hingga mengaduh kesakitan. “Kasih alasan yang lainnya!” Perdebatan keduanya harus berhenti saat Senior Mapala memulai rapat pertama dengan para anggota baru. Mereka akan mengajarkan PLDCA (Pendidikan Latihan Dasar Cinta Alam) sebelum melakukan kegiatan pembagian bibit dan penanaman seribu pohon. Pendidikan latihan dasar akan dilakukan di sekitar kampus karena aturan dari pihak kampus. Acara yang akan dilaksanakan selama 3 hari itu bertujuan melatih mental, pengaplikasian materi ruangan dan materi lapangan serta pembentukan karakter. Meskipun, diadakan di area kampus. Tetap saja semua anggota baru diwajibkan tidur di tenda yang harus mereka siapkan sendiri. Mereka juga akan melakukan aktivitas jelajah alam tengah malam di area danau yang terletak di dalam kampus. “Jangan lupa pakai pakaian tebal.” “Iya, bawel banget sih! Aku tuh udah sering camping di gunung sama Daddy.” “Bisa jadi kamu lupa karena acaranya di kampus malah pakai dress kurang bahan.” “Nyebelin ...” “Aduh,” teriak Rajata ketika lengannya menjadi sasaran cubitan cinta dari Auris. “Mana pernah aku ...” Ucapan Auris harus terhenti ketika Ciara datang langsung memeluk lengan Rajata. “Sudah selesai rapatnya?” “Hmmm,” jawab Raja singkat. Dia melirik ke arah Auris. “Kalau begitu ayo pulang. Papa dan Mama sudah sampai rumah sejak tadi.” “Supir kamu kemana?” “Aku suruh pulang.” “Harusnya kamu pulang setelah perkuliahan selesai. Kenapa juga masih ada di kampus?” “Ya, nungguin kamu Rajata. Gimana sih? Papa ‘kan mau kasih kamu oleh-oleh karena sudah menjagaku dengan baik.” Ciara bersikap sangat manja dengan Rajata hingga membuat Auris kesal. Gadis itu memilih meninggalkan dua orang yang menurutnya sangat menyebalkan. Dari pada menjadi obat nyamuk rasa kecewa dan sakit hati lebih baik dia buru-buru mencari keberadaan sahabatnya, Alice. Rajata melihat kepergian Auris hanya diam saja tidak berusaha mengejar atau menjelaskan kelakuan manja Ciara padanya. Dia terlalu memanjakan Ciara hingga lupa pertemanan antara Laki-Laki dan Perempuan itu sangat kecil kemungkinannya. Apalagi, Ciara sudah menunjukkan ketertarikan pada Rajata. Pastinya, gadis itu akan menuntut lebih pada hubungan keduanya. “Kenapa lagi wajahnya ditekuk begitu?” “Kesel banget aku, Lice.” “Apa yang membuat kamu kesal? Kayaknya tadi semangat banget buat ikut rapat pertama dengan anggota Mapala.” “Kamu tahu enggak? Kalau manusia menyebalkan itu ikut daftar Organisasi yang sama dengan aku.” “Maksud kamu, Rajata?” “Siapa lagi kalau bukan dia?! Bisa-bisanya aku satu Organisasi dengannya!” Alice terkekeh mendengar gerutuan dari sahabatnya. Memang benar apa kata pepatah, kalau jodoh tidak akan kemana. Seperti Auris dan Rajata. Keduanya tidak pernah akur jika bertemu namun takdir selalu mempertemukan mereka setiap saat. Meskipun, berakhir dengan perdebatan. “Terus kenapa kamu kesal? Rajata gangguin kamu lagi?” Auris tidak menjawab hanya mendengkus beberapa kali seperti banteng yang akan mengamuk. Tidak mungkin dia mengatakan pada Alice jika kesal melihat kemesraan Raja dengan Ciara barusan. Sahabatnya pasti menggodanya habis-habisan jika tahu dia sedikit cemburu dengan sikap manja Ciara pada Raja. “Ah, sudahlah. Jangan dibahas lagi. Bikin mood aku makin buruk,” ucapnya. “Yaelah ... kamu sendiri tadi yang mulai membicarakan Rajata, Auris.” “Sekarang sudah enggak ‘kan? Jadi, lupakan soal manusia menyebalkan itu.” “Baiklah-baiklah ...” Alice mengajak Auris bergegas ke luar kampus karena mobil jemputan keduanya sudah menunggu sejak tadi. Hari ini Auris dijemput oleh Supir karena Nala dan Ace ada acara diluar kota. Dia juga akan menginap di rumah Oma Hani dan Opa Reiga selama kedua orang tuanya tidak ada di rumah. “Kakak, besok jadi menginap di kampus?” “Iya, Opa.” “Barang-barang yang akan dibawa sudah siap semua?” “Sudah, Opa. Kemarin dibantuin Daddy berkemas.” Reiga masuk ke dalam kamar yang ditempati cucunya. Auris paling sering menginap dibanding cucu yang lainnya. Karena Aurell akan memilih menginap di rumah Bude Embun setiap orang tuanya pergi ke luar kota. “Besok Opa yang akan mengantarkan Kakak ke kampus.” Auris merentangkan kedua tangannya, meminta dipeluk oleh Opa Reiga. Gadis itu manja sekali dengan seluruh anggota keluarganya. Tak terkecuali, pada para sepupunya yang kebanyakan berjenis kelamin Laki-Laki. “Ada masalah apa?” “Nggak ada, Opa. Hanya ingin dipeluk saja.” “Opa tidak percaya. Kamu itu persis sekali dengan Daddy, setiap kali memiliki masalah selalu minta dipeluk sambil dimanja-manja.” “Memangnya Daddy minta dimanja sama Opa?” Opa Reiga menarik hidung mancung cucunya. “Bukan dengan Opa tapi Oma, Sayang,” jawabnya. “Daddy akan manja sekali dengan Oma ketika memiliki masalah.” “Auris tuh kesel sama Rajata, Opa.” Akhirnya gadis itu mengungkapkan isi hatinya yang sedang gundah gulana. “Katanya dia sudah bersikap cuek sama Kakak. Terus kenapa bisa bikin kesel?” Auris menceritakan sikap Rajata yang sering membuatnya bingung. Ditambah dengan kelakuannya yang aneh, seolah-olah suka dengannya tapi malah dekat dengan Perempuan lain. Apalagi, secara terang-terangan bermesraan dengan Perempuan lain tanpa peduli perasaan Auris. Gadis itu merasa Rajata sengaja ingin membalas sikap juteknya selama ini dengan cara mempermainkan dirinya. “Intinya, Kakak cemburu karena Rajata dekat dengan Ciara?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD