18. 3rd Impression

1520 Words
Keesokan harinya Ditha sudah berdandan dengan lebih rapi dan modis daripada penampilan kesehariannya yang biasa. Kali ini dia memakai rok A line selutut berwarna putih yang dia padukan dengan blazer berwarna light blue dan dalaman berwarna putih. Tak lupa pula Ditha menambahkan kalung kekinian sebagai aksesoris untuk menambah kesempurnaan penampilan. Ditha berjalan dengan langkah tegap penuh percaya diri melewati loby dan front office perusahaan Pradana. Berhenti di ujung lantai satu untuk menunggu kedatangan lift yang akan membawanya ke lantai empat. Ke ruang direktur, ruangan dari pimpinan tertinggi Pradana Group sekaligus kawasan bisnis Pradana ini. Kali ini Ditha sengaja mendatangi kantor Pradana dengan tujuan seperti yang diperintahkan Wira kemarin kepadanya. Urusan pekerjaan kok, bukan urusan pribadi. Yah sekalian sambil tebar pesona dikit lah ke Mas Ardi nanti. Sambil menyelam minum air lah istilahnya, asal jangan jadi kelelep aja ya. Tapi kalau kelelep di dalamnya samudra cinta Mas Ardi sih boleh juga hehehe. Pintu lift telah terbuka selama beberapa saat, tetapi Ditha tetap diam tak beranjak untuk memasukinya. Gadis itu malah berdiri mematung di posisinya, karena melihat pemandangan yang tidak semestinya ada dalam lift. Bagaimana Ditha bisa masuk ke dalam benda kotak nan sempit itu kalau di dalam sana sedang ada dua orang yang sedang berdiri berhimpitan bagaikan roti hot dog di pojokan? Kedua lapisan roti hot dog itu menempel satu sama lain dengan sangat erat karena tak ada sosis yang memisahkan di antara mereka. Bahkan satu titik poros wajah mereka sudah tertaut dan menempel satu sama lainnya. Pemandangan absurd di siang bolong dan di tempat umum yang bisa bikin syok siapa saja yang melihatnya kan? Aaaarrgh! Kenapa nasibku sial sekali? Kenapa lagi-lagi aku melihat hal-hal yang dapat menodai kesucian mataku? Kalau sudah begini aku mana bisa masuk ke dalam lift? Mungkin benar kata pepatah bahwa kegiatan saling himpit seperti itu bisa membuat seseorang mabuk kepayang dan lupa daratan. Sehingga butuh waktu beberapa detik bagi kedua lapisan roti hot dog itu untuk dapat menyadari bahwa pintu lift sudah terbuka. Bahwa ada seorang gadis polos malang yang matanya ternodai karena melihat adegan mereka tidak senonoh yang telah mereka lakukan di tempat umum. Lapisan roti bagian bawah yang sepertinya adalah seorang karyawati buru-buru melepaskan diri dari dekapan roti bagian atas. Dia pergi meninggalkan pasangannya begitu saja bagaikan maling jemuran yang tertangkap sedang melakukan aksinya. Berlari sambil menutup wajahnya saking malunya saat melewati Ditha keluar dari lift. Lapisan roti bagian atas mengeluarkan suara mengeram kesal karena adanya gangguan tidak terduga. Dia mengangkat wajahnya yang dari tadi membelakangi pintu masuk lift. Kedua bola mata Ditha semakin terbelalak saat menyadari siapa pria yang berperan sebagai roti lapisan atas hot dog tadi. Wajah tampan yang sangat tidak asing lagi bagi Ditha, Linggarjati Pradana! Linggar berdeham ringan untuk memperbaiki performanya, dia juga sedikit merapikan dasi dan jas yang sedang dipakainya. Berlagak seolah tidak pernah terjadi apapun di dalam lift. Apalagi saat menyadari bahwa orang yang memergoki dirinya adalah seorang tamu terhormat dari Sampoerna Group. Mau tidak mau Linggar harus memasang muka ramah. Tidak bisa melampiaskan kemarahannya kepada sang pengganggu kesenangan diniawinya. Dia menegur Ditha yang masih saja bengong di depan lift. "Jadi masuk nggak?" Tanpa menjawab Ditha buru-buru memasuki lift dengan memasang status siaga satu untuk menghadapi bencana alam. Mengambil posisi berdiri yang cukup jauh dari posisi Linggar bediri. Berusaha bersikap acuh tak acuh, membangun tembok pemisah yang tinggi agar tidak terlalu dekat dengan pria itu. Memasang wajah ketus dan acuh tak acuh yang seolah mengatakan 'Go away! Get out! Do not disturb me!' Gak boleh dekat-dekat sama dia! Dia adalah pria yang sangat berbahaya! Ditha sudah mewanti-wanti dirinya biar jangan sampai terperosok ke dalam pesona sang Playboy kelas kakap. Linggar sebenernya keki juga melihat ekspresi Ditha yang jelas-jelas terlihat tidak suka kepadanya. Kebingungan dengan reaksi berlebihan yang diberikan gadis itu kepadanya. Kenapa nih cewek? Cakep-cakep kok kayaknya udik banget? Masa sekaget itu karena liat orang ciuman doank? "Mau ke lantai berapa?" tanya Linggar berusaha mencairkan suasana yang terasa mencekam di dalam lift sempit. "Lantai empat," jawab Ditha seketus mungkin. "Wah sama donk, aku juga mau kesana." Linggar menanggapi, berusaha ramah. Ditha diam saja tidak menjawab, sibuk memasang muka juteknya. Sudah terlalu eneg melihat Linggar dengan segala tingkah lakunya. Tidak hanya sekali pria itu memberikan kesan buruk kepada Ditha, melainkan ini sudah yang ketiga kali berturut-turut. Membuat Ditha mau tak mau merasa annoyed banget dengan hanya berada berdekatan dengannya. "Mau ngapain ke lantai empat? Mau ketemu Mas Ardi ya?" Linggar melanjutkan bertanya karena Ditha yang memasang aksi bungkam. Lagi-lagi Ditha terdiam, tidak menjawab kepada Linggar. Bahkan gadis itu juga menambahkan pandangan 'jijik' yang seolah melihat ai ucing yang harus dihindari kepada Linggar. Ya Tuhan, kenapa engkau menciptakan spesies sejenis buaya buntung begini di muka bumi? Linggar mengamati wajah Ditha dengan lebih seksama. Memang tipe yang seperti ini sama sekali bukan termasuk kriteria wanita idaman Linggar, tapi tak dapat dipungkiri bahwa Praditha Sampoerna memiliki pesona kecantikan yang unik dan sangat menarik. Meskipun jauh dari kesan sexy dan menggoda. "Aku juga mau menghadap ke Mas Ardi, kita barengan aja yuk." Linggar masih berusaha ramah kepada tamunya itu. Akan tetapi Ditha tetap terdiam, gencar melancarkan aksi bungkam seribu bahasa kepada Linggar. Linggar mulai kesal juga dengan reaksi Ditha kepadanya yang jelas terasa tidak menyenangkan. Seolah gadis itu menebarkan aura permusuhan. Tingkah yang justru membuat naluri Linggar sebagai bad boy semakin tertantang dan penasaran untuk mendekati gadis itu. Awas kamu ya! Jangan panggil Linggar kalo kamu gak bisa tunduk kepadaku. Let's see praditha Sampoerna, how far can you go away from me? Begitu pintu lift terbuka, Ditha langsung menghambur keluar dan berjalan cepat menuju ruangan direktur di ujung lantai. Linggar mengikuti langkah gadis itu dengan langkah yang lebih santai. Keduanya menghampiri meja kerja Bambang, asisten pribadi Ardi yang berada di luar ruangan. Meminta waktu untuk bisa bertemu dengan sang pimpinan tertinggi dari Pradana Group. Bambang pun pamit memasuki ruangan dan tak lama kemudian keluar lagi. Dia mempersilahkan Linggar dan Ditha untuk sekaligus masuk ke dalam bertemu bosnya secara bersamaan. Duh kok malah bareng dia sih masuknya? Gerutu Ditha kesal dalam hati. Sementara Linggar sudah senyam-senyum tidak jelas sambil terus memandangi wajah Ditha. Sengaja menebarkan pesonanya yang sanggup menaklukkan ribuan wanita. "Halo Mas Ardi, selamat siang." Ditha menyapa Ardi dengan senyuman manis saat memasuki ruangan direktur. Sementara Linggar tidak mau repot-repot untuk menyapa kakaknya. Dia bahkan langsung mendekat ke meja kerja Ardi. Menyodorkan beberapa lembar dokumen ke meja kerja kakaknya. "Halo selamat siang Dith, gimana urusan pemindahan kantor dari Kedori?" Ardi menyambut sapaan Ditha dengan ramah. "Udah hampir beres semua, Mas. Mulai Minggu ini, aku dan Mas Wira sudah bisa mulai pindah dan bekerja di kantor. Jadi aku kesini mau bertanya apa saja yang masih perlu disiapkan?" Ditha memberi tahukan maksud kedatangannya. "MOU (Memorandum of Understanding) sudah selesai dibuatkan. Kemarin dari pihak kalian ada Tyo yang menyaksikan pembuatannya. Setelah ini aku kirimkan MOU-nya ke kantormu. Kamu baca-baca saja dulu, kalau ada yang belum jelas bisa kamu tanyakan. Kalau sudah deal nanti kasihkan Cindy biar dibikinkan kontrak kerja lebih lanjut." Ardi menjelaskan tugas Ditha dalam kerjasama mereka. "Oke, tapi kan aku masih belum kenal dengan kawasan bisnis park ini. Mas Ardi gak mau ngasih tour keliling kawasan?" Ditha sedikit berharap Ardi mau sekedar jalan-jalan bersamanya keliling komplek perkantoran mereka. "Boleh. Nanti aku suruh Bambang buat nemenin kamu jalan-jalan." Jawab Ardi tidak peka dengan maksud ucapan Ditha. Loh kok sama Bambang sih? Haduh amsyong! Masak harus berduaan sama asisten culun itu? Ganteng sih, tapi enggak banget deh ... Masih gantengan kamu kok mas Ardi. Aku tuh maunya cuma sama kamu, iyah kamu mas! "Tapi kalau misalnya aku ada yang gak paham gimana? Kan enaknya langsung bertanya kepada Mas Ardi?" Ditha sedikit merajuk dengan nada manja, masih berharap Ardi mau menemani dirinya. "Bambang tahu segalanya tentang Pradana bussiness park ini kok." Ardi tetap bersikeras merekomendasikan Bambang untuk menemani Ditha berkeliling kompleks perkantoran. Ditha hanya bisa nyengir kesal dan memasang muka manyun karena gagal pendekatan kepada Ardi. "Maaf ya Dith, Mas Ardi masih banyak yang harus diurusin kayaknya. Tu liat aja tumpukan dokumen di atas mejanya yang menggunung." Linggar membantu untuk meyakinkan Ditha. Naluri tajam Linggar langsung dapat menangkap adanya suatu perasaan lebih dari Ditha kepada Ardi, kakaknya. Linggar sudah nyaris ngakak tak tertahankan saat melihat ekspresi kesal wajah Ditha. Asli lucu dan gemesin banget ini cewek kalo manyun. Apalagi ditambah respon Ardi yang sangat datar dan tidak peka tadi. Mimpi apa kamu semalam Dith? Sampai ditolak mentah-mentah sama mas Ardi begini? "I see...Maybe next time," Ditha akhirnya memaklumi juga begitu melihat tumpukan dokumen di meja kerja Ardi. Sedikit kecewa sih, tapi Ditha tahu benar bahwa pria sekelas Ardi sang CEO Pradana Group ini pasti sangat sibuk. Bahkan setiap detik waktu sangat berharga baginya. "Iya, next time kita lunch bareng kemana gitu bertiga kayaknya bakalan seru," Linggar seenaknya menyetujui permintaan Ditha bahkan tanpa meminta persetujuan kakaknya. Sebenarnya Linggar yang semakin penasaran dengan cewek unik itu. "Ok, jadi gak sabar nungguin undangan dari dua tuan muda Pradana." Ditha menyambut hangat ajakan makan siang mereka. "Yaudah aku pamit dulu kalau begitu, MOU nya aku tunggu ya." Ditha pamit undur diri dari ruangan Ardi. Sambil senyam-senyum kegirangan karena akan mendapatkan kesempatan lunch bareng sang pujaan hati. Can't wait for that time!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD