19. Janji Makan Siang

1510 Words
Semenjak Ditha mendatangi kantor perusahaan Pradana di Bisnis Park beberapa hari yang lalu, dia selalu tak sabar menantikan saat-saat untuk bisa makan siang bareng dengan Mas Ardi. Meskipun dia tahu nanti jadinya bakalan jadi makam siang bertiga dengan si cowok cap kadal menyebalkan itu, Linggar. Ah bodoh amat, yang paling penting kan bisa keluar bareng sama Mas Ardi. Anggap saja si Linggar sebagai obat nyamuk bakar. Hampir setiap hari Ditha menagih janji makan siang yang dibuat oleh Linggar itu. Ditha menelpon ke nomer Bambang, asisten pribadi CEO Pradana, karena Ditha tidak mempunyai nomer ponsel private Ardi. Menanyakan kapan kira-kira mereka bisa makan siang bersama. Namun kenyataan dalam kehidupan tetaplah tak seindah harapan, Ferguso. Hampir setiap hari Ditha menelpon, hampir setiap hari pula Bambang, asisten Ardi mengatakan penolakan ajakan darinya. Mengatakan bahwa Ardi masih sibuk dan sedang banyak pekerjaan. Ditha tahu benar bawha memang Ardi sedang sibuk beneran jika mengingat kawasan bisnis Pradana yang masih baru beroperasi dan dia sebagai pimpinan utamanya. Tak ada angin, tak ada hujan, diluar dugaan pada hari Minggu ini malah si Bambang yang menghubungi Ditha pagi-pagi. Mengatakan bahwa akhirnya bosnya mempunyai waktu luang untuk keluar makan siang bersama Ditha. Ajakan yang tentu saja langsung diiyakan oleh Ditha tanpa banyak bertanya lagi. Ditha takut kalau tidak segera terlaksana, nanti Wira keburu pulang dari Banyu Harum. Bisa batal deh semua rencana, karena si sister complek itu pasti maksa ikut juga ke acara makan siang bersama. Hore! Kencan! Akhirnya aku bisa kencan sama Mas Ardi! Ditha sudah sangat bersemangat saat Bambang menjemputnya di Officetel pribadinya. Sejenis apartemen yang sengaja Ditha beli di dekat Pradana Bisnis Park. Untuk keperluan darurat menginap di dekat kantor, daripada harus jauh-jauh pulang ke Mansion keluarga Sampoerna di sekitar kampus ITS. Sebenarnya Ditha bisa saja tinggal di kamar pribadi direktur di kantornya. Akan tetapi Wira melarangnya, tidak baik bagi seorang gadis untuk tinggal atau bermalam di kantor kata kakaknya itu. "Kita tunggu disini saja, Pak Linggar sedang menjemput Pak Ardi ke atas." Bambang memberitahu Ditha setelah memarkirkan mobil BMW Ardi tepat di depan loby kantor Pradana. "Kita?" tanya Ditha merasa terusik dengan kata yang dipilih oleh Bambang. "Iya hari ini saya akan ikut pergi bersama anda sekalian. Karena sekalian ada keperluan untuk mengambil pakaian pesanan Pak Ardi di butik Any Avantie." Bambang menjawab dengan santai. "Whaaaat?" Pekik Ditha tak dapat menyembunyikan kekagetan sekaligus kekesalannya. Jadi obat nyamuknya bukan hanya Lingga seorang? Malah ketambahan si Bambang juga nih? Aaaahhhh bisa gagal total donk rencana kencan romantis dengan Mas Ardi? Gimana nanti nasibku kalau harus jalan bersama dengan tiga pria sekaligus seperti ini? Tapi mereka gak bakal aneh-aneh kan? Aku pasti aman kan? Mau tak mau kepanikan juga melanda Ditha. Sang nona muda keluarga Sampoerna ini memang tidak pernah pergi dengan makhluk bergender pria selain dengan ketiga kakaknya sendiri atau para crew keluarga Sampoerna. Tak lama kemudian kedua Tuan Muda Pradana keluar dari gedung kantor dan menghampiri ke loby depan dimana Bambang dan Ditha sudah menunggu mereka. Ditha auto tersenyum demi melihat kedua pria tampan itu berjalan bersama mendekatinya. Mereka yang kali ini memakai pakaian kasual, celana jeans dan t-shirt santai. Membuat keduanya terlihat bagaikan foto model majalah remaja yang trendi. Duh Gusti, nikmatmu benar-benar tak dapat untuk didustakan lagi. Kamu ganteng banget sih Mas Ardi! Setelah puas menikmati pemandangan indah, beberapa detik kemudian Ditha kembali teringat dengan kekesalannya karena harus jalan bersama tiga orang pria sekaligus. Jadilah Ditha kembali memasang muka jutek ditekuk-tekuk. Manyun semanyun-manyunnya. "Halo Ditha," Sapa Ardi kepada Ditha dengan nada tidak punya dosa. Tidak peka seperti sifatnya sehari-hari. Ditha menahan dirinya untuk tidak menjawab sapaan itu. Sengaja biar Ardi sadar bahwa dirinya sedang sangat kesal dan sebel dengan sikap pria itu yang begitu menyebalkan. Kamu kok ngeselin banget sih jadi orang, Mas Ardi? Aku sebeeeel sama kamu! Tapi kamu ganteng banget, mana bisa aku marah lama-lama sama kamu ... Aaah jadi dilema! "Selamat ya Ditha, hari ini kamu sangat beruntung karena dikawal oleh tiga cowok ganteng sekaligus hehehe," Linggar mencoba menggoda Ditha untuk mencairkan suasana. Tentu saja Linggar dapat menangkap rona kekesalan pada wajah cantik Ditha. Tapi entah mengapa muka manyun dan dan ditekuk-teluk ala gadis itu sama sekali tidak jelek, malah asli lucu banget tampangnya. Membuat Linggar makin gemes melihatnya. Duh pipimu kalau digembungin gitu jadi mirip kayak ikan buntal, Dith. Lucu banget, pengen aku cubit jadinya. Ditha tetap melancarkan aksi mogok bicara. Hanya membalas ucapan Linggar dengan tatapan mata yang tajam penuh kekesalan kepada putra bungsu Pradana itu. Linggar sudah terkikik tanpa bisa tertahankan lagi. Dia berjalan mendahului yang lainnya untuk naik mobil di posisi sebelah driver seat. Duduk di sebelah Bambang yang akan mengemudikan mobil kali ini. Sengaja memberi kesempatan kepada Ditha untuk duduk sebelahan dengan Mas Ardi. Biar seneng sedikit si cewek unik itu. Kamu harus berterima kasih sama aku, Dith! Aku sudah mengalah dan mengatur tempat duduk sesuai keinginan kamu. "Kalian semua beneran kurang kerjaan ya!" Ditha terang-terangan memprotes saat sudah duduk di jok belakang mobil. Duduk tepat bersebelahan dengan Ardi. "Ya gak pa-pa lah kan lebih asik kalau bisa jalan bareng rame-rame seperti ini. Ayo jalan, Mbang!" Ardi menjawab, berusaha sedikit menghibur Ditha. Bambang pun segera melajukan mobil BMW hitam itu. Meninggalkan pusat perkantoran mereka menuju ke arah Mall terbesar di Surabaya. Selanjutnya selama perjalanan mereka berempat mengobrol tentang berbagai macam hal yang ringan dan lumayan menyenangkan. Terutama Ditha yang sedang berusaha pendekatan pada Ardi. Dia terus saja mengajak Ardi untuk mengobrol ngalor-ngidul meskipun hanya ditanggapi dengan datar dan sekenanya saja oleh Ardi. Membuat Linggar dan Bambang yang menjadi saksi bisu hanya bisa menghela napas dengan miris. Merasa kasian juga sebenarnya pada gadis itu, mengingat ketidak pekaan Ardi dengan sinyal-sinyal asmara yang dikirimkan oleh Ditha kepadanya. Dilain pihak, Ditha yang sudah dimabuk asmara, kesemsem dan dibutakan oleh cinta sama sekali tidak merasa kalau sikap Ardi kepadanya sangat menyebalkan. Malahan dia menganggap sikap Ardi adalah salah satu sikap cool dan keren dari seorang pria dewasa. Walaupun dalam hati kecilnya berkata yang sebaliknya, Ditha terus berusaha menepis semua sinyal-sinyal itu. Bahwa Ardi tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita. Pria itu hanya murni menganggap dirinya sebagai adik dari Tyo, sahabat baiknya. Mungkin hal seperti inilah yang diibaratkan sesuai dengan peribahasa, kalau sudah cinta ai ucing pun terasa manis bagaikan coklat. "Kita mau makan dulu atau mau ke butik dulu?" Bambang bertanya pada ketiga orang yang notabene memiliki jabatan lebih tinggi darinya. Memastikan rute perjalanan sambil berjalan beriringan dari tempat parkir ke arah mall. "Terserah saja," Ardi menjawab santai. "Ditha nggak kepengen beli-beli?" Linggar menanyai Ditha. Mencoba sedikit beramah tamah dengan gadis itu. Kali aja sebagai wanita dia kepengen shoping. "Nanti liat-liat saja dulu." Ditha menjawab dengan nada ketus. Entah mengapa kalau berbicara dengan Linggar bawaanya masih kesal saja. Gara-gara kesan pertemuan mereka yang pertama, kedua dan ketiga yang sama sekali tak bisa dikatakan baik. Apalagi dengan adegan hot dog panas di lift yang masih lekat dalam ingatannya. "Yaudah berarti kita ke butik dulu saja, kan ada di lantai dua biar satu arah. Sementara Food cort kan berada di lantai lima." Bambang memberikan usulan rute perjalanan dan tidak ada satu pun yang mengajukan memprotesnya. "Mas Ardi itu keren banget kata mas Tyo. Masih muda tapi sudah bisa bikin perusahaan sendiri bahkan sekarang bikin business park megah kayak gitu." Ditha mulai menjalankan aksinya untuk pendekatan kepada Ardi. Sengaja nempel-nempel sambil berjalan beriringan ke arah tujuan mereka. Tingkah genit Ditha membuat Linggar otomatis memilih posisi untuk berjalan bareng Bambang mendahului kedua pasangan itu. Tak ingin kepanasan dan berasap bagaikan obat nyamuk bakar. "Biasa aja, kakak-kakakmu juga keren kan? Sampoerna Group maju pesat sejak dipegang oleh Tyo." Ardi balik memuji kakak Ditha. Sepertinya dia sama sekali tidak merasa kalau Ditha sedang melakukan pendekatan kepada dirinya. Benar-benar tidak peka memang ini orang, bahkan mungkin mati rasa. "Tapi beda Mas, kalau sultan muda yang lain itu kan cuma bisa meneruskan usaha dari generasi sebelumnya. Jarang banget yang sampai bikin perusahaan baru kayak mas Ardi." Ditha terus mengutarakan kekagumannya pada Ardi. "Kamu juga keren banget lho, Dith. Jarang-jarang ada anak perempuan mau ikut ngurusin perusahaan." Ardi kali ini balik memberika pujian pada Ditha. "Aku dari dulu kepengen banget bisa jadi seperti para wanita hebat yang gak kalah dengan para pria. Wanita yang bisa memimpin perusahaan dengan sama hebatnya. Sebut saja contohnya seperti Luna Whei, Ceicillia Tang, dan Jillia Longbottom." Ditha mengutarakan cita-cita terpendamnya. "Wiiih yang disebutin cewek cakep semua itu," Linggar ikutan nimbrung menyeletuk. Tahu benar bagaimana kualitas ketiga wanita yang disebutkan oleh Ditha. Para wanita yang tidak hanya memiliki kecantikan luar biasa tetapi juga memiliki kekuasaan memimpin sebuah perusahaan. High quality Lady. "Bener banget kualitas impor semua itu," Bambang pun tak mau kalah menimpali. "Oh gitu, jadi mereka bertiga cantik ya? Lalu aku nggak cantik?" Ditha tiba-tiba terlihat sangat kesal. Jelas merasa kalah jauh jika dibandingkan dengan ketiga cewek tadi. Baik dari segi penampilan maupun prestasi mereka. "Bu Ditha juga cantik kok. Kan standart kecantikan setiap orang berbeda-beda," Bambang mencoba untuk memperbaiki suasana yang terasa tidak enak. Nahlo ini dia gak enaknya nemenin bos cewek, baperan dan moodnya naik turun gak jelas seperti ini. Batin Bambang merasa serba salah dengan perubahan sikap dan mood dari Ditha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD