Irish mencengkeram erat selimut yang ia kenakan untuk menyelimuti tubuhnya, kepalanya bergerak gelisah, ke dua matanya tertutup rapat sembari nafasnya terengah-engah. Beberapa saat kemudian, alarm jam wekernya berbunyi sangat nyaring, membuatnya tersentak kaget, reflek tubuhnya langsung terjingkat dan terduduk di tempat tidur. Ke dua matanya terbuka dengan sempurna, salah satu tangannya terulur menyentuh dadanya untuk menetralkan rasa kaget. Ia baru saja mimpi buruk, dan di bangunkan alarm paginya. Ia seperti berada di ujung antara hidup dan mati, dan alarmnya tersebut menyelamatkannya dari maut.
"Bisa-bisanya gue mimpi di gigit ular cobra yang gedenya masyaallah." Tuturnya masih dengan nafas yang tersengal-sengal. Bagaimana tidak mimpi buruk, ia baru saja bermimpi di gigit ular paling berbisa di dunia.
"Untung cuma mimpi, tapi berasa nyata." Jeritnya sedikit kesal.
Ia meraup wajah bantalnya agar terlihat sedikit lebih segar sebelum akhirnya ia bangkit dari ranjangnya, membenarkan ikatan rambutnya dan sudah siap masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Brak.
"Mbak!" Irish hampir saja terkena serangan jantung tatkala tiba-tiba adik kesayangannya muncul dari balik pintu sebelum ia membukanya untuk keluar kamar.
"Apaan sih, Bal? Kenapa ngagetin?" Tanya Irish lada Iqbal, adik bungsunya.
"Minta uang jajan, nanti siang ada pelajaran tambahan. Minta ke Mama gak di kasih, mau minta ke Papa, Papa udah berangkat kerja subuh-subuh." Adunya Iqbal lengkap dengan ekspresi wajahnya yang di buat semelas mungkin agar kakak ke duanya tersebut menuruti keinginannya.
Irish tersenyum lantas mengusap pucuk kepala Iqbal dengan lembut. Senyuman manis dari sang kakak membuat Iqbal juga ikut tersenyum sumringah, wajah Irish yang seperti itu sudah menjawab segalanya. Sebentar lagi, ia akan di beri uang.
Benar saja, usai mengusap kepala adiknya, Irish berjalan ke arah meja kerjanya, merogoh tas jinjing miliknya dan mengambil dompet dari sana. Selembar uang berwarna biru bernominal kan lima puluh ribu ia keluarkan dan di berikannya langsung pada sang adik. Iqbal dengan senang hati langsung menerimanya.
"Makasih Mbak." Ucap Iqbal dengan riang.
"Iya sama-sama, jangan minta uang ke mbak selama seminggu ke depan. Tanggal tua nih, gak punya uang mbak, terus jangan buat uang itu top up game. Awas aja sampe mbak tahu uang jajan kamu buat top up, gak bakal mbak kasih lagi sampe kapan pun." Omel Irish sembari melipat ke dua tangannya di d**a.
Iqbal mengacungkan jari jempolnya, usai itu ia lantas hormat pada sang kakak dengan lucu.
"Hormat komandan! Saya mau ke sekolah dulu, terima kasih uang jajannya. Dan sampai bertemu nanti." Lapornya sok-sok an. Irish hanya terkekeh pelan meresponnya.
"Assalamualaikum!" Pamit Iqbal usai mencium punggung tangan Irish sebagai rasa hormat dan caranya berpamitan.
"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan."
"Siap komandan!" Seru Iqbal sembari berlari keluar dari kamar Irish.
"Pasti habis minta uang tuh anak," ucap seseorang yang baru saja datang ke kamar Irish. Gadis itu mengerutkan keningnya dengan terkejut.
"Loh, kok di sini mbak?" Tanya Irish pada kakak iparnya yang entah sejak kapan datang ke rumahnya.
"Iya nih, di suruh sama Mama. Katanya, nanti malam ada acara penting." Sahut Nella dengan santai sembari bersender di ambang pintu kamar Irish.
"Sama Kak Roni juga?" Tanya Irish dan Nella menggeleng dengan pelan.
"Kakak mu kerja hari ini, nanti malam baru nyusul ke sini. Nanti malem ada acara apa sih di rumah? Sejak pagi Mama udah senyam-senyum Mulu, bahagia gitu kelihatannya."
Irish menggeleng pelan. "gak tahu, mungkin Mama dapet arisan kali, nanti malam arisannya di sini. Makanya seneng banget." Balas Irish ngawur.
"Bukannya, Mama udah dapet arisan bulan lalu, ya?" Tanya Nella dengan serius.
"Iya juga ya, lha terus ada acara apa nanti malem? Kok Mama gak kasih tahu aku dulu?"
"Gak tahu! Mama subuh-subuh udah telpon minta aku Dateng sepagi ini. Ya udah aku turutin, dari pada dapet omel kan." Tutur Nella sembari masuk ke dalam kamar Irish dan duduk di tepi ranjang.
"Kamu masih kerja jadi editor naskah di penerbit Start?" Tanya Nella basa-basi. Irish mengangguk pelan. "Iya, masih."
"Nyaman ya kerja di sana?"
"Lumayan nyaman, gaji juga oke. Jadi betah lah."
"Kata Mama kamu di tugasin di luar ruangan, maksutnya?"
"Oh itu," desah Irish sembari ikut duduk di samping kakak iparnya, ia bahkan menunda acaranya ke kamar mandi dan berbincang dengan sangat kakak. "Bulan ini tuh hari ulang tahun perusahaan yang ke 10, dari pada ngerayainnya buat pesta-pesta gak guna, perusahaan ngerayainnya dengan cara bagiin sembako buat masyarakat kurang mampu. Aku nawarin diri buat jadi pembagi sembako itu. Jadi, untuk bulan ini doang, aku gak kerja jadi editor di kantor. Tapi kerjanya di luar bagiin sembako, panas-panasan gitu. Tapi gak papa lah, berbagi itu kan indah." Terang Irish dengan panjang lebar.
Nella mengelus punggung Irish dengan lembut sebagai apresiasi rasa bangganya terhadap sang adik ipar.
"Kamu keren!" Pujinya dengan bangga.
"Ah bisa aja!"
"Gimana? Udah punya niatan buat nikah?" Sindir Nella bercanda.
"Belum,"
"Ih, kok belum sih? Adnan gimana?"
"Udah putus sama dia."
"Loh? Kenapa?"
"Udah gak cocok, biasalah. Anak muda kan gitu."
"Iya, ngerti mah mbak. Pernah muda soalnya." Kekeh Nella dengan santai.
"Eh mbak!" Panggil Irish yang langsung di Sahuti suara deheman dari Nella. "Mau nanya sesuatu."
"Apaan?"
"Kalo arti dari mimpi di gigit ular itu apa, sih?" Tanya Irish serius, beberapa orang mempercayai, bahkan mimpi bukan hanya sekedar bunga tidur, melainkan ada makna di balik mimpi tersebut. Nella yang mendapatkan pertanyaan tersebut langsung membuka matanya dengan lebar, tak percaya sekaligus terkejut.
"Seriusan, kamu mimpi itu?" Tanya Nella memastikan apa sang adik ipar memimpikan hal itu. Irish mengangguk mantap, baru saja pagi ini ia memimpikannya, rasanya sangat menyeramkan dan hampir membuatnya mati.
"Kenapa emang?" Tanya Irish dengan penasaran. Nella tak langsung menyahut, ia justru dengan cepat memeluk sang adik ipar dengan sangat erat dan tertawa bahagia. Hal itu tentu saja membuat Irish bingung bukan main.
"Kenapa sih, mbak?" Tanya Irish lagi.
Nella melepaskan pelukannya, ia nampak sangat bahagia sekali.
"Kalo kamu mimpi itu, artinya kamu mau nikah sebentar lagi." Jelas Nella dengan bahagia.
"Apa?!" Pekik Irish terkejut. "Mana mungkin? Aku mau nikah sama siapa coba? Pacar aja gak punya." Sambungnya mencoba untuk berpikir realistis.
"Ya gak tahu, jodohkan kan datangnya tiba-tiba. Kadang aja, pernikahan yang sudah di rencanakan secara matang tetep aja gagal. Dan yang gak punya niatan buat nikah dalam waktu dekat, justru menikah dengan cepat. Itu semua udah rencana Allah. Mungkin kamu kayak gitu, bentar lagi mau married."
Irish menatap kakak iparnya dengan heran lalu memutar bola matanya dengan jengah. Ada-ada saja kakak iparnya ini.
"Udah ah, Irish mau mandi. Mau kerja, udah siang." Pamit Irish lalu bangkit dari duduknya.
"Mama," panggilnya dengan lembut saat ia hendak keluar kamar tiba-tiba Mama nya sudah berada di ambang pintu kamarnya.
"Hari ini kamu gak usah kerja, Mama udah ijinin kamu ke si Reza. Mama bilang ke dia, kalo kamu ada urusan keluarga. Makanya gak bisa masuk kerja." Terang Nana dengan tenang.
"Maksutnya? Kok aku gak kerja?"
"Hari ini kan hari yang bersejarah, jadi gak perlu kerja. Mama tahu kok acaranya malam, tapi siang nya kamu harus istirahat biar nanti malam acaranya lancar."
"Maksut Mama?" Tanya Irish belum paham.
Nana memegang ke dua sisi lengan Irish dengan kuat lalu tersenyum ramah ke arah Sang anak kesayangannya.
"Anak Mama udah besar, ya? Udah mau nikah." Ucapnya dengan santai.
"Mau nikah apanya, mah?" Tanya Irish lengkap dengan keningnya yang mengerut.
"Nanti malam, bakal ada seseorang yang datang ke rumah, meminang kamu." Jelas Nana dengan raut wajah yang gembira. Nella juga ikut terkejut, tapi usai itu ia meloncat kegirangan, tak di sangka, arti mimpi Irish memang benar terjadi. Sedangkan Irish, ingin pingsan sekarang juga, siapa yang berani datang ke rumahnya dan meminangnya?
"Siapa orang nya, Mah? Siapa tuh cowok? Main asal Dateng ke rumah mau nikahin aja." Protes Irish tak terima.
"Siapa lagi kalo bukan Al,"
"What?! Mama bercanda?"
"Mama gak bercanda, Santi yang bilang ke Mama tadi malam. Selamat ya sayang."
"Mama, kok gitu."
"AKHIRNYA IRISH MAU NIKAH!"
"TERIMA KASIH YA ALLAH!"
"MAMA! MBAK NELLA!"