BAB 4 - Nightmare

2087 Words
Clary merasa gelisah ketika ia duduk di kursinya. Kursi ini memiliki bantalan empuk dimana bokongmu akan terasa nyaman walau duduk selama berjam-jam, tapi sepertinya memiliki pengecualian ketika kau berada di bawah tatapan intens seorang pria Billionaire yang sejak tadi diam-diam mengawasi gerak-gerikmu. Clary melemparkan senyumnya pada Fredy dan menunjukan ibu jarinya secara sembunyi-sembunyi. Mengatakan betapa hebatnya dia dalam melakukan presentasi. Fredy memiliki wibawa dimana ia bisa menjelaskan sesuatu secara maskulin. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Clary melirik layar ponselnya dan mendapati nama Gideon berada di sana. Lagi. Pria itu mengirimnya pesan. 'Jangan tersenyum pada pria lain.' Clary menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya lalu diam-diam melirik Gideon. Ternyata pria itu juga sedang menatapnya dan tatapannya begitu tajam. Seolah pria itu bersiap-siap untuk menerkam nya hidup-hidup. Clary kembali memajukan tubuhnya dan berkutat pada lembar presentasi yang Fredy bawakan. Atmosfer yang Gideon ciptakan semakin membuatnya tidak nyaman. "Jika tiba-tiba aku ingin meminta sebuah gambaran. Revisi desain atau apapun itu mengenai bangunan ku. Aku akan menghubungi siapa?."tanya Gideon. Hal itu membuat Clary merasa gelisah. Siapa yang akan Fredy tunjuk, dirinya atau Andrian. "Anda bisa menghubungi nona Madison. Dia khusus bagian desain. Jika ingin menanyakan tentang bahan yang cocok Andrian bisa membantu anda. Atau menghubungi saya juga tidak apa-apa." "Baiklah kalau begitu. Saya setuju. Ada beberapa desain untuk direvisi dalam ruangan di lantai 20 dan lantai 23. Tuan Wilt sudah mencatatkan nya dan saya harapkan bisa di gambarkan dan dikirim kepada kami secepatnya. Setelah benar-benar ok. Kita bisa ke lokasi dan melihat bagaimana gambar ini akan diterapkan. Saya harap seminggu dari hari ini bisa selesai agar minggu depannya bisa mulai, pembangunan dan lainnya."ucap Gideon lalu mengakhiri meeting pada hari itu. Ketika Clary dan Gideon berjabat tangan, Clary dapat merasakan gengaman tangan Gideon yang menguat. Ketika jabatan tangan mereka terlepas Clary mengalihkan wajahnya. Andrian muncul di sisi kiri Clary dan berbisik. " Apa kau mengenalnya?." "Tentu saja ya. Kita baru saja berkenalan beberapa menit yang lalu."jawab Clary mengingatkan tentang pertemuan meeting mereka. "Ah.. Benar. Tapi berhati-hati lah. Tatapannya seolah mengajakmu untuk ke tempat tidur. Jika kau masih tidak mau melakukannya. Kau harus menjaga jarak darinya." Clary melempar kan tatapan masam ke arah Andrian. Melirik nya dengan tatapan sinis."kenapa semua pria selalu berpikiran tentang meniduri seorang wanita. Mengajaknya ke ranjang. Itu sangat m***m. Kau tahu." "Kau pikir apa lagi. Mengajakmu bermain catur. Yang benar saja."gerutu Andrian. Ucapannya membuat Clary kembali teringat dengan apa yang Gideon katakan di Club. 'Bagaimana caranya agar kau mau bercinta denganku.' Clary menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan ingatan tersebut hingga ia tersadar jika di dalam ruangan ini hanya tinggal ia seorang diri. Clary bergegas keluar dari sana menyusul Andrian yang berada di hadapannya, untuk segera kembali ke ruangan mereka. *** Clary baru saja selesai mandi. Ia duduk di depan cermin meja rias nya dan menatap pantulan wajahnya di sana. Selama 3 hari ini ia tak bisa tidur dengan nyenyak, bukan hanya karena pekerjaan melainkan karena pria itu. Gideon Greshon. Beberapa hari ini ia terus saja bermimpi tentang pria itu. Gideon Greshon, seolah tak mengizinkannya untuk hidup dengan tenang. Clary memoleskan krim di wajahnya sebelum berbaring di atas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar. Kamarnya hanya di terangi dengan lampu tidur, Clary merasakan kelopak matanya mulai terasa berat dan ia memejamkan mata. Clary merasa tubuhnya tersentak, ketika Clary membuka matanya, Gideon berada tepat di hadapannya. Tubuh Gideon menjulang di atas tubuhnya. Mengurungnya dengan kedua tangan yang berada di sekeliling tubuhnya. Pria itu mencium bibirnya. Mencium dadanya lalu lehernya dan meraup daun telinganya hingga membuat bulu kuduk Clary meremang merasakan sensasi yang Gideon perbuat dengan tubuhnya. Tubuhnya seolah terbakar atas apa yang ia rasakan. Ketika Gideon dengan gelisah mengelus sisi tubuhnya dan mencengkram pinggangnya. Clary merasakan Gideon kembali mencium bibirnya, lebih keras, lebih ganas dari setiap sentuhan bibirnya. Ketika tangannya menelusup masuk ke dalam baju tanpa lengannya yang Clary kenakan, reflek Clary menahan kedua tangannya. Lalu menjauh kan tubuh Gideon dari tubuhnya. Ketika matanya terbuka ia mendapati dirinya seorang diri di dalam kegelapan. Clary menghela nafas lega. Ia masih berada di dalam kamarnya. Itu adalah mimpi menyeramkan, kenapa dia terus saja bermimpi tentang Gideon. Ini pasti karena ketakutannya pada pria itu. Clary mendudukan dirinya seraya bersandar pada headboard ranjang tempat tidur, wajahnya mendongak menatap langit-langit sebelum kembali memejamkan mata. Sesaat Clary takut untuk kembali tertidur dan bermimpi tentangnya lagi. Itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Rasanya mengerikan, ketika seseorang yang tak kau sukai terus menganggumu bahkan dalam tidur sekalipun. *** "Astaga. Hei.. Clary. Ada apa dengan matamu." Dion nampak terkejut melihat dua kantung hitam berada di bawah mata Clary nampak jelas dan menakutkan. Langkahnya bahkan langsung terhenti ketika melewati meja wanita itu dan melihat wajahnya. Clary mendongak menatap Dion dengan wajah malas. Di sebelah tangannya ada sebuah gelas kopi yang entah sudah keberapa kali ia teguk pagi ini. Dion terheran-heran melihat wajah Clary, tak biasanya wanita itu terlihat mengerikan seperti pagi ini. Clary menepuk wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Matanya terasa berat namun ia tetap mencoba untuk membuka matanya lebar-lebar. Dion tersentak ketika Clary menampar cukup keras pipinya hingga menimbulkan bercak kemerahan. Wajahnya terlihat begitu frustasi, hal itu membuat Dion merasa prihatin. "Kenapa kau memukul wajahmu seperti itu. Apa kau sudah gila! Kalau terluka bagaimana! Mau ku antar ke rumah sakit?." "Apa di rumah sakit ada obat agar tidak bisa tidur?." "Heee..," Dion terkejut atas apa yang Clary katakan. Wanita itu menatapnya dengan wajah penasaran. Apa dia benar-benar serius dengan perkataan nya. "Apa kau benar-benar tidak waras. Di mana-mana obat untuk tidur bukan agar tidak bisa tidur. Kalau mengantuk tidur saja sana, kau tahu wajahmu sudah terlihat seperti zombi. Mau kau tampar wajahmu hingga biru-biru itu tidak akan mempan. Ayo.. Cepat pulang dan tidur saja. Aku akan mengatakan pada Fredy jika kau kurang enak badan." Clary mengalihkan wajahnya dan kembali ke layar laptopnya. Ia tidak mau mendengarkan saran Dion. Walaupun kepalanya sangat pusing karena tidak tidur semalaman. Clary tak mau bertemu dengan pria itu lagi di dalam mimpinya. Tidak mau, bahkan jika itu berarti dia tidak akan tidur seumur hidupnya. Clary akan mencoba untuk melakukannya agar tidak lagi bertemu dengannya. "Pagi.. " Fredy datang dengan sebelah tangannya yang menggengam tas dokumen dan jaket miliknya. Dion menyingkir dari badan jalan ketika Fredy berjalan melewatinya. Namun langkah pria itu terhenti ketika melewati Clary, kakinya bergerak mundur untuk kembali berada di depan meja wanita itu untuk kembali melihatnya. "Kau baik-baik saja! Kau seperti bukan manusia. Kemana perginya wajah itu!." Seru Fredy ketika melihat wajah Clary yang nampak kusut dan tak cerah seperti biasanya. "Aku tidak tidur semalaman, nanti juga baikan. Kita sering tidak tidur. Jangan khawatir. Wajah ini akan kembali beberapa menit lagi." Ucap Clary yang membuat Fredy menggelengkan wajahnya tidak setuju. "Pergilah ke rumah dan tidur. Besok kita pergi ke Chicago. Aku tidak mau melihat wajah buruk rupa itu ketika besok kita pergi ke lokasi. Kau mengerti nona Madison." "Aku tidak mau tidur. Aku bermimpi buruk akhir-akhir ini. Aku tidak mau kembali tidur dan bermimpi. Rasanya mengerikan." Tolak Clary seraya menggelengkan kepalanya cepat. Clary tidak mau. Tidaaaaaaak. Ia akan bertemu dengan Gideon di dalam mimpinya. Rasanya menyeramkan. Clary berharap dia bermimpi wanita seram di bandingkan Gideon Greshon. Tidak semua pria tampan menyenangkan ketika berada di dalam mimpi. Contohnya Gideon Greshon. Pria itu menakutkan, Clary berharap ia tak lagi memimpikan nya seumur hidupnya. "Suruh nenekmu untuk mendongeng kan cerita sebelum tidur agar kau bermimpi indah. Jangan banyak alasan. Pergi ke rumah. Tidur dan bersiap untuk besok kau mengerti. Tidak ada yang boleh absen, bahkan jika harus menyeret roh kalian, besok harus masuk tapi tidak dengan wajah itu. Kau bisa menakuti seluruh penduduk Chicago dengan wajah mengerikan itu. Cepatlah pergi." "Baiklah baiklah.. Aku akan pulang dan pergi tidur." Clary menyerah. Fredy benar-benar menyebalkan jika memerintah sesuatu. Bahkan mulutnya akan terasa begitu pedas jika kita tak ingin mematuhinya. "Aku bilang juga apa." Gerutu Dion yang membuat Clary menatapnya sengit. "Jangan begitu. Wajahmu jadi 3x lipat lebih mengerikan jika cemberut seperti itu." Ucapan Dion membuat Clary melemparnya dengan bola kertas yang berhasil pria itu tangkap. Clary mematikan laptopnya lalu bersiap untuk pulang, menuruti apa yang Fredy perintahkan. Fredy pergi menuju ruangannya, sementara Dion berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan d**a memperhatikan Clary yang terlihat setengah hati bersiap pulang. "Jangan tidur di jalan. Kau harus tidur di rumah. Atau besok Fredy akan mengusirmu lagi." "Aku tahu." Ucap Clary sebal. Ia menarik tas slempang nya dan menggantungya di bahu, sebelum menyeret pergi kedua kakinya yang terasa berat untuk berjalan pergi dari sana. "Hei." Protes Andrian yang bahunya di tabrak Clary. Tubuhnya menyerong miring untuk melihat Clary yang berjalan pergi begitu saja setelah menabrak bahunya. Tapi bukan karena itu langkahnya sampai terhenti untuk melihatnya. Ekspresi wajah Clary yang membuatnya kehilangan fokus. Ketika Dion berdiri di sebelahnya Andrian menoleh untuk melihatnya. "Dion. Apa jimat yang nenekmu berikan tidak ampuh? Kenapa mahluk halus itu bisa masuk ke dalam ruang kerja kita."gerutu Andrian. Spontan Dion berjongkok untuk menghindar. Sementara Andrian. Pria itu mendapat kan pukulan telak sebuah bantal duduk di wajahnya. Ketika bantal itu jatuh dari wajahnya ia dapat melihat Clary berpose layaknya seorang pemain baseball di dekat pintu keluar. Ia menunjukkan telapak tangannya sebagai sapaan maaf pada Mark karyawan dari Departemen sebelah yang bantalnya Clary lempar untuk mengenai Andrian. Lalu Clary melirik Andrian sinis dan mengibaskan rambutnya sebelum pergi dari sana. Andrian menghela nafas kesal. Dion berdiri seraya mengambil bantal itu dan melemparkannya pada Mark, yang berhasil pria itu tangkap dengan baik. "Dia sedang sensitif karena tidak bisa tidur dan di usir Fredy. Kau malah memperburuk suasana hatinya."ucap Dion yang membuat Andrian mendengus sebal. *** Clary berjalan menyebrangi trotoar untuk naik kereta bawah tanah menuju rumahnya. Jalanan cukup sepi untuk ke arah pulang karena ini jam kerja. Sementara yang lain pergi untuk bekerja, Clary malah pulang untuk beristirahat. Kepalanya terasa pening akibat kurang tidur. Ia hanya tidur selama 30 menit dan terbangun karena mimpi buruk itu, sementara di hari sebelumnya ia hanya tidur malam selama 2 jam karena gambar yang harus di revisi. Bahkan 2 jam itu ia juga bermimpi tentang Gideon. Pria itu bagaikan hantu yang bersemayam dalam mimpi nya. Ketika Clary menceritakan hal ini pada Yura wanita itu bilang Clary terkena kutukan. Ia ingin mengajak Clary ke pastur, untuk dibacakan doa-doa. Clary tak percaya itu. Clary tentu menolak saran itu. Jika ini kutukan, maka Clary akan mengutuknya kembali. Ia sudah mencobanya selama 3 hari ini. Mengutuk Gideon setiap kali ia mengingat pria itu. Clary menghela nafas lelah, kepalanya semakin pusing dan tangga itu terlalu banyak untuk di lalui. Clary berjalan turun melewati anak tangga itu dengan hati-hati namun sepertinya tidak begitu karena kini kakinya tergelincir dan membuatnya jatuh ke bawah. Untuk saja hanya 3 anak tangga yang ia lewati karena tergelincir dan jatuh terduduk di lantai. Jika ia terjatuh dari atas maka habis sudah, Clary tak tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhnya. Clary mencoba untuk berdiri namun kakinya terasa sakit. Tepat di pergelangan kakinya. Clary merasa ia tak bisa banyak bergerak. Clary mencoba meluruskan kedua kakinya, bibirnya mengeluarkan suara rintihan lirih dimana ia merasa begitu kesakitan. Clary mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, ia akan menghubungi Dion atau Andrian, atau 911. Clary sangat membutuh kan seseorang di sini. Kenapa tidak ada orang yang lewat untuk bisa di mintai pertolongan. Sialan. Ponselnya mati. Bagaimana bisa ponselnya mati ketika dalam keadaan darurat seperti ini. Clary tak bisa hanya duduk dan menunggu. Beberapa kali ia mencoba untuk bangun namun tidak bisa. Kakinya terasa perih, rasanya seperti luka tusuk ada di kakimu. Clary berharap seseorang lewat dan membantunya untuk pergi ke rumah sakit. Clary mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya, merasa marah pada dirinya sendiri. Kenapa ia begitu sial. Apa tidak ada keberuntungan atau keajaiban yang bisa membantunya. Clary tertunduk, rasanya kesal dan marah. Ia memejamkan matanya karena merasakan matanya mulai memanas. Air mata mengumpul di pelupuk matanya. Entah sudah berapa puluh menit ia duduk seperti orang bodoh di sini. Hingga tiba-tiba Clary merasakan tangan seseorang melingkar di bahunya dan di bawah lututnya. Clary membuka matanya terkejut, wajahnya mendongak dan mendapati wajah Gideon hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya. Spontan Clary memalingkan wajahnya karena jarak yang begitu dekat. Gideon menggendongnya ala bridal style, spontan Clary berpegangan pada bahu Gideon ketika pria itu berdiri seraya mengangkat tubuhnya. Gideon membawa Clary keluar dari stasiun bawah tanah. Naik ke atas dan ketika di luar sebuah mobil terparkir tepat di bahu jalan. Clary beralih menatap Gideon yang terlihat sedang menatap lurus. "Eum... Kali ini aku berterima kasih karena kau sudah menolongku. Tapi, bagaimana kau bisa menemukanku?." Sudut bibir Gideon tertarik membentuk senyum tipis di wajahnya, Gideon menghentikan langkahnya dan menatap Clary. "Aku akan selalu tahu dimana kau berada."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD