PART 15

1130 Words
                                “Gimana kalau kita benar – benar bercerai nanti nya?”                         “Lagian ya mas , Dalam pertemuan pasti ada cerita di dalam nya , dalam perjalanan pasti ada kenangan yang terukir di dalam nya, Dalam jarak juga ada rindu , dan mungkin dalam hatiku nanti akan ada kamu, bagaimana pun kita nanti setidak nya aku senang banget kita bisa sampai di titik ini, apapun keputusan kamu baik atau tidak nya aku bakalan nerima itu semua , toh sekarang kamu adalah suami ku, kepala keluarga ku, dan imam ku. Semua yang kamu pilih, semua keputusan kamu bakalan aku terima kok mas, jadi tentang perceraian kita ikutin kata hati kamu aja ya ” Gavin benar – benar kaget mendengar ucapan Vanya , Ia langsung bangun dari tidur nya lalu duduk saling berhadapan dengan gadis itu                                 “Vanya . . .”                         “Iya mas ?”                         “Terimakasih ya? Aku gak nyangka kamu se dewasa ini” Ucap Gavin, ingin rasa nya ia memeluk Vanya saat itu juga. Hanya saja gengsi nya terlalu tinggi, dan juga ia masih terlalu segan untuk memluk istrinya itu                         “Aku udah 23 tahun looh mas ya jelas udah dewasa, gimana sih kamu tuh” Gavin terkekeh pelan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, selanjut nya tidak ada percakapan lagi di antara kedua nya, mereka berdua memilih untuk tidur.                         Matahari pagi menyeruak di balik jendela kamar tidur mereka , seperti biasa Vanya selalu bangun lebih awal dibanding Gavin , Vanya ingin menggerakan badan nya namun tidak bisa, lagi – lagi tangan Gavin selalu saja melingkar di perut nya saat bangun tidur. Pelan – pelan Vanya memindahkan tangan kekar itu dari atas perut nya, hampir saja berhasil jika Gavin tidak mengeratkan pelukan nya kepada Vanya.                         “Mas Vanya mau mandi dulu ih” Ucap Vanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Gavin tak merespon ucapan Vanya , ia semakin menenggelamkan wajah nya di paha gadis itu. Dalam hati Vanya merasakan hal – hal yang belum pernah ia rasakan sebelum nya , seharus nya ia marah jika Gavin memeluk nya seperti ini bagaimana tidak Gavin adalah pria asing yang masuk ke dalam kehidupannya , sungguh aneh rasa nya jika ia membiarkan Gavin dengan bebas memeluk nya seperti sekarang ini,namun Vanya kembali tersadar bahwa Gavin adalah suami nya, apapun yang di lakukan Gavin kepada nya akan sah – sah saja , yaa walaupun mereka belum tau bagaimana akhir dari pernikahan mereka.                         “Mas . . . mas Gavin bangun duluu” Ucap Vanya sembari mengelus – elus rambut pria itu, sebenar nya Gavin sudah bangun sejak tadi , hanya saja ia terlalu nyaman berada di posisi seperti itu, hangat nya tubuh Vanya saat itu semakin membuat nya malas untuk membuka mata . toh tidak ada salah nya juga , Vanya adalah istri nya jadi sah – sah saja jika ia memeluk istri nya itu.                         “Mas kalau gak bangun, Vanya tinggal sarapan sendirian nih yaa “ Mendengar ucapan istri nya itu, Gavin lantas buru – buru bangun , merenggangkan otot –otot nya lalu kembalu memeluk perut Vanya.                         “Ih Mas Gavin udah ih peluk nyaa malah modus lagi”  Ucap Vanya , satu tangannya berusaha melepas pelukan Gavin di tubuh nya                         “Dosa tau kalau suami kamu masih pengen peluk tapi kamu nya malah gak mauu” Ucap Gavin , sontak membuat pipi Vanya memerah , entah sudah kai ke berapa Gavin membuat nya malu seperti ini, tanpa rasa bersalah Gavin lantas semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh istri nya itu, sementara Vanya hanya bisa pasrah. Sesuai janji nya dalam hati saat menandatangani kontrak pernikahan yang diberikan oleh Gavin , bahwa dirinya tidak akan melalaikan tugas nya sebagai istri , sekalipun Gavin menyuruh nya.                         Satu jam setelah Vanya terbangun dari tidur nya, gadis itu langsung mandi , bergantian dengan Gavin lalu duduk bersantai menghadap biru nya laut , Gavin menawarkan Vanya untuk sarapan pagi bersama di restaurant namun hanya saja gadis itu menolak ia lebih memilih untuk tetap berada di kamar mereka sembari menikmati biru nya air laut di hadapan mata.                         “Aku mau ambil sepeda ya” Ucap Gavin sembari memakai baju , karena sejak tadi setelah ia mandi ia masih belum memakai baju nya , Vanya mengangguk lalu kembali menatap luas nya laut di hadapan mereka , sementara Gavin langsung menuju tempat pengambilan sepeda.                         “Eh mas , jangan lama yaa ? aku udah laper banget soal nya” Ucap Vanya sebelum Gavin benar – benar melangkahkan kaki nya keluar dari kamar, Gavin mengacungkan jempol nya ke arah Vanya lalu gadis itu kembali menatap biru nya air laut.                         Vanya menunggu suami nya itu selama satu jam lama nya , perut nya sudah mulai lapar , namun pria itu belum juga menampakan batang hidung nya , Vanya sedikit bimbang apakah ia harus menyusul Gavin atau tidak. Namun perut nya sudah tidak bisa di ajak berkompromi lagi, Vanya langsung menelfon  pegawai resort di sana untuk menjemput nya lalu mengantarkan nya ke tempat pengambilan sepeda. Tak butuh waktu lama sebuah golf cart tiba di depan kamar nya dengan Gavin dan mereka langsung menuju ke tempat pengambilan sepeda. Sesampai nya disana Vanya tidak melihat suami nya itu , ia berjalan –jalan sebentar sembari mencari Gavin , namun sesuatu yang mengejutkan terjadi di depan mata nya. Gavin dengan santai tengah duduk manis bersama seorang wanita yang mereka temui di bandara dubai kemarin , Gavin terlihat sangat senang beberapa kali pria itu terlihat tertawa bahagia begitu juga dengan wanita di samping nya itu. Dengan kesal Vanya menghampiri Gavin , berdiri di samping suami nya itu.                         “Haii Vanyaa ini kebetulan saya ketemu sama Alika , ternyata dia juga udah nikah dan lagi honeymoon di sini juga kit-”                         “Aku mau makan duluan ya” Ucap Vanya kesal , tanpa menunggu Gavin ia langsung pulang ke kamar nya, sementara Gavin langsung melihat jam yang ada di tangan kiri nya, seketika rasa sesal langsung memenuhi ruang di hati nya, Gavin benar – benar menyesal karena telah membuat Vanya menunggu lebih dari satu jam lama nya.                         Gavin segera menyusul Vanya menggunakan golfcart , ia benar – benar takut jka membuat Vanya kesal , rasa bersalah nya kepada Vanya tentang pernikahan mereka yang menghancurkan seluruh mimpi dan hidup Vanya pun belum bisa hilang setiap kali ia melihat gadis itu , maka sebisa mungkin ia tidak akan membuat Vanya kesal apalagi kecewa terhadap dirinya. Sesampai nya disana ia melihat Vanya sedang duduk terdiam di samping makanan mereka yang sudah nampak dingin.                         “Vanya . . .” Ucap Gavin pelan, ia melangkah dengan hati – hati ke arah istri nya itu                         “Maaf ya? Saya gak bermaksud bikin kamu nunggu selama itu” Ucap Gavin , tangan nya memegang bahu Vanya                         “Vanya gak marah kok mas” Ucap Vanya dingin , Gavin semakin merasa bersalah dibuatnya.   HA TEMAN-TEMAN HEHE AKU UP NIHH , MAAF YAA KALAU PENDEK TAPI AKU USAHAIN AKU BAKAL UP LAGI KOK HEHEH SELAMAT MEMBACAA DAN JANGAN LUPA TAP LOVE DAN FOLLOW AKUUU YAAA TERIMAKASIH 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD