Strategi perang

2013 Words
"Chen..." Suara keras itu memanggil seorang pangeran ketiga yang berdiri di bawah pohon besar. Dengan daun hijau yang menutupi atas kepalanya. Terlihat sangat lebar dan berkerumun dengan pohon lainya. Semilir angin mengerjakan mudahnya. Dia hanya diam, mengamati sekitarnya. Sembari menikmati udara dingin yang mulai menerpa tubuhnya. Dia berdiri memandang seseorang yang baru saja masuk ke area rahasia kerajaan. Matanya menyorot tajam, sebuah ruangan yang kini dibuat untuk mengatur strategi musuh. Dia masih merasa sangat kesal saat Yinwa mengusirnya dan saudara lainnya dari ruangan itu. Tetapi dia diam-diam merencanakan sesuatu. Hal yang membuat dia merasa sangat jengkel. Udara yang semula terasa dingin. Kini tubuhnya semakin memanas. "Arrggg..." "Bugh.. Bugh" Chen meluapkan emosinya pada batang pohon tak bersalah di sampingnya. "Sialan! Kenapa dia merencanakan semuanya sendiri. Apa yang dia inginkan? Apa memang dia ingin menguasai semuanya?" Senyum licik mulai menyinggung di bibirnya. "Aku tidak akan pernah mengatakan dia melakukan semuanya. tidak akan pernah ada kemenangan untuknya. Apa yang dia lakukan keluarganya. Memang sangat keterlaluan. Dan, kematian di balas dengan kematian." Ibu Chen meninggal saat peperangan. Seseorang menjebaknya untuk keluar saat peperangan. Ibunya yang tidak tahu apa-apa. Dia sebagai selir yang penurut. Tiba-tiba keluar untuk membeli sesuatu. Dan, tanpa disadari peperangan besar terjadi tepat di dekatnya. Dia tewas terkena anak panah beracun. Hal itu membuat Chen merasa sangat bagus jika melihat permaisuri. Karena dalam dari semuanya adalah permaisuri atau yang mulia ratu pertama, ibu Yinwa. *** "Apa yang kamu lakukan?" seorang yang semula memanggilnya kini berlari menghampirinya. Menepuk pundak Chen. Menatap ke arah dimana Chen memandang sekarang. "Kamu melihat mereka? Semua khan agung dan jendral berkumpul. Apalagi ini bukan lagi jendral perbatasan. Jadi, tertinggi kita. Gimana taktik dan strategi perangnya bisa membuat lawan kita pergi dengan sangat cepatnya." "Hahaha.. Khan agung? tanya mengandalkan kecerdasan otaknya. Dan, aku juga bisa melakukan itu. Dengan kelicikan yang aku bisa." Lin Ya pangeran ke empat yang berdiri di sampingnya. Sudah terbiasa melihat taktik yang tersembunyi dari Yinwa. Tapi kali ini dia lebih paham jika Chen lebih licik dari semuanya. Dia bahkan bingung dengan Chen dia teman atau musuh nantinya. karena sifat yang tak mudah untuk di tebak. "Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Lin Ya "Yang terpenting kita jangan pukul pohon tidak berdosa. Lagian, kenapa kamu buang-buang tenaga marah melihat ini semua. Bukanya kamu terkenal dengan kelicikanmu." Lin Ya menoleh ke arah Chen kedua matanya menyipit. Senyum sumringah menyinggung di bibirnya. Dia seketika tertawa terbahak-bahak. "Hahaha… Kamu tahu itu. Jadi jangan harap semua akan baik-baik saja nantinya." Lin ya terdiam sesaat. Teringat sebuah ide untuknya. "Bagaimana jika kita menyusup. Kita bisa menyamar sebagai prajurit dan ikut perang. Kita bisa mencuri semua strategi yang bisa dia lakukan. Dan, kamu tahu sendiri. Kita pernah merencanakan apa.." "Chen terdiam sesaat. Dia memikirkan apa yang dikatakan Lin Ya. Memang benar sebuah rencana besar sedang mereka susun. Sebuah rencana yang tidak ada orang tahu selain kedua saudara itu dan ibunya. Seorang selir raja yang begitu lembut. Tetapi dia bermuka dua. Lembut di luar, diam-diam hatinya menyimpan dendam. Dan ingin sekali membuat tersingkirkan. "Benar apa yang kamu katakan! Cepat lakukan." Chen, dan Lin Ya segera bersiap untuk mencari dua orang prajurit yang berkeliaran di depannya. Dia mulai memukul tengkuk leher belakang. Membuat mereka pingsan. Menariknya menuju ke sebuah tenda para kian agung serigala. Mereka segera berganti pakaian menjadi seorang prajurit dengan baju besi, lengkap topi, dan bergaya pelindung terbuat dari besi. Tak lupa sebuah pedang tajam yang ada di samping pinggangnya. **** Di ruang rahasia. Seberapa jendral mulai berkumpul. Semua mata tertuju pada Yinwa. Sorot mata tajam ingin membunuh itu mulai terpancar dari matanya. Semua di sana hanya terdiam. "Cepat lakukan semua dengan cepat. Kalian pergi ke sebelah barat. Dan, satu prajurit ke sebelah timur. Tutup semua saluran air di sungai bagian barat dan timur. Mereka pasti akan berlari melewati sungai barat. Karena itu sangat dekat dengan perkemahananya. Dan, Khan timur yang sekarang menyerang lebih dulu. Biarkan dia masuk. Kita sambut mereka dengan berbagai serangan panah setan. Keluarkan pasukan panah terbaik kita. Buat beberapa prajurit mereka lumpuh." "Saat mereka terus berjalan menuju ke gerbang pertama. Mereka akan bertemu dengan berbagai senjata milik kita. Keluarkan semuanya. Tembak beberapa jerami kuda yang mereka tumpangi terhenti." "Tapi apa kuda itu lapar? Bagaimana jika rencana ini gagal." "Mereka sedang berjalan beberapa kilometer hanya untuk menuju ke gerbang utama. Mereka pasti melakukan perjalanan sangat jauh. Dari ujung perbatasan antara mongolia. Mereka melampaui jarak begitu jauh. Para kuda pasti sangat haus dan kelaparan." "Jadi maksud anda, kita akan membuka bendungan air sedikit. Agar para kuda bis sejenak makan dan minum." tanya jendral utama. "Iya.. Karena saya tidak akan menggunakan kekuatannya untuk perang. Kalian selesaikan sendiri. Saya harap semua berjalan dengan baik. Pikirkan strategi selanjutnya." Yinwa berjalan mondar mandir mengibarkan jubah panjangnya. "Bukanya Anda jendral Yu. Anda adalah ahli strategi anda bisa memikirkan untuk strategi selanjutnya." "Baik!" *** Raga Bai Yu memberontak ingin menguasai tubuh Yinwa. Jika ini masih terjadi lagi. Maka tidak akan pernah bisa sembuh lagi. Hidupnya akan terus sakit-sakitan. "Pergi kamu dari tubuhku." "Tidak! Aku tidak akan pernah pergi. Aku harus merubah sifat iblis kamu. Jangan pernah lagi datang di tubuh ini. Biarkan aku menguasainya." "Tidak akan!" Aku tidak akan membiarkan kamu membuat kekacauan di kerajaanku" "Jika bukan karena aku. Kamu tidak akan pernah bisa hidup kembali. Jadi diamlah! Dan lakukan saja apa yang aku inginkan." Raga Yinwa dan Bai Yu selalu bertolak belakang. Mereka berbicara dari hati. Mencoba berkomunikasi ratus sama lain. Yinwa ingin menyerang raga Bai Yu. Tetapi kekuatannya lemah saat bersamanya. Seolah dia tidak punya kekuatan apapun. Tubuhnya mulai lemas. Braakk... Tubuh Yinwa hampir saja terjatuh. Kedua tangan memegang meja kayu yang terukir begitu indah. Berwarna coklat gelap. Dia memegang kepalanya yang terasa mulai pusing. "Yang mulia.. Apa anda baik-baik saja." Beberapa kelompok khan mencoba memastikan keadaan Yinwa. Sosok iblis itu hanya mengangkat tangannya. "Aku baik-baik saja." "Kalian pergilah dulu. Aku akan duduk strategi sendiri." "Apa perang akan dimulai malam ini." "Jangan! Kalian tetaplah berjaga. Menyebar ke segala penjuru hutan. Ciptakan asap tebal halangi mereka semua masuk ke dalam kota. Biarkan mereka tersesat sebagian dari prajurit mereka." Sebuah ide baru dari Bai Yu. Dia yang berhasil menguasai tubuh Yinwa kini mulai terpikirkan sebuah ide agar tidak terjadi banyak korban jiwa. Maka harus membuat mereka putar balik untuk menyerang. Meski itu tidak efektif untuk mencegah agar tidak terjadi perang. "Kenapa dia jadi berbeda? Strategi ini hanya untuk mengecoh lawan." jenderal timur Yu. Mengeluarkan tatapan sedikit aneh pada strategi yang dilakukan. "Apa aku berkata salah?" Yinwa yang kini sudah dikuasai Bai yu menoleh menatap ke arah jendral timur. "Maaf, yang mulia. Apa kita tidak jadi untuk maju menyerang mereka." Lakukan saja semua persiapan yang aku katakan. Satu hal padamu. Jika mereka mulai menyerang Jangan sampai ada perang atau pertumpahan darah. Perang hanya akan menyusahkan masyarakat sekitar. Kelaparan akan ada dimana-mana. Kehilangan anggota keluarga. Kematian para prajurit. Bagaimana dengan keluarga nantinya di tinggalkan. Masa depan anaknya. Kalian juga pikirkan tentang semua itu." "Selagi kita bis mengambil titik tengah tanpa ada pertumpahan darah. Semua penduduk di perbatasan akan aman." lanjut Yinwa. Dia menatap sebuah peta kekuasan dirinya. Semua masih terdiam terheran-heran dengan perubahan sikap sang raja. "Jendral barat, kamu pergi bagian barat. Dari semua pasukan ini. Sebagian akan menyerang di bagian barat. Kita alihkan mereka,kita buat aliran sungai menggenangi bagian barat. Untuk bagian timur, kalian bisa membuat asap itu. Karena semua disini adalah hutan. Kesempatan besar untuk membias asap tebal. Dan, mereka bisa berpencar membuang waktu. Dan, menunduk pertempuran. Saat itu terjadi. Saya yang akan bicara dengan raja mereka." "Kapan perang ini dimulai?" tanya sang Raja menatap ke arah semuanya yang ada di sana. "Mereka sekarang sedang dalam perjalanan." "Ikuti mereka. Kirim seseorang untuk masuk ke dalam pasukan mereka." "Maaf yang mulia. Jika saya boleh jujur. Semua ini sangat beresiko. Bukan hanya pasukan kita yang akan jadi bahan tawaran mereka karena bersikap curang. Dalam perang, tidak ada kata curang itu akan melanggar aturan kerajaan." "Melanggar aturan raja?" Yinwa terdiam sejenak. Dia mengusap dagunya berkali-kali. Mencoba berpikir sejenak. Bergumam dalam hatinya. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak paham tentang perang. Gimana kalau semua yang aku lakukan jadi hancur.. Gawat-gawat. Bisa mati juga aku disini." Yinwa menatap sekelilingnya. Sebuah peta besar. Dia mencoba berpikir sejenak. Beberapa kali mengamati peta itu. Pikirannya semakin kacau. "Sialan! Aku kira hidup dalam dunia kerajaan akan menyenangkan. Apalagi jadi raja, ternyata jadi raja pusing juga. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu. Dan, sepertinya raga dari Yinwa sudah mulai benar-benar keluar dari tubuhnya. Sekarang hanya dia yang menguasai tubuhnya." Bai Yu yang kini menjadi pemenang tubuh Yinwa. Dia menekankan matanya. Teringat jika hari ini adalah musim dingin. Dan tidak mungkin jika membuat kabut di saat musim dingin. "Sepertinya memang benar, jalan satu-satunya sesuai rencana. Tapi, ingat. Jangan acungkan senjata pada mereka. Kita hanya membuat mereka kewalahan dengan taktik kita." Yinwa palsu mulai berbicara. "Baik, yang mulia." "Apa kita akan memakai strategi awal. Membuka bendungan air. Dan, memberi makan dan minum para kuda. Dan, karena musim ini sangat dingin. Mereka pasti tidak akan bisa bertahan di luar sampai berjam-jam. Tutup semua gerbang perbatasan. Kita berikan tembakan dari tanah. Senjata ini lebih ampuh dari pada harus memakai mereka." "Dalam perang tidak ada kata kasihan. Apa anda akan terus merasa belas kasihan pada perang ini. Dunia perang pasti ada yang mati dan hidup. Semua sudah takdir. Tidak ada yang bisa menghindari semuanya." Sosok wanita tiba-tiba muncul dari balik kegelapan berjalan ke arahnya dengan langkah pelan. Dengan gaun yang menutupi sekujur tubuhnya. Ya, dia adalah permaisuri tertya. Ibu dari Yinwa. Melihat perubahan anaknya yang sudah sekalian goyah. Dia ingin menanamkan sebuah kebecnidna pada dirinya. Bahkan marah yang dimiliki Yinwa adalah faktor dari ibunya. Terus memaksa dia untuk membunuh tanpa belas kasihan.. "Lakukan semuanya. Jangan sampai ada yang terluka." Yinwa tidak pedulikan apa yang dikatakan ibunya. Dan lebih memilih mengacuhkan wanita paruh baya itu. Sosok wanita yang masih terlihat cantik meski di usianya yang sudah terlampau jauh. Jendral timur menatap ke arah Jendral barat. Mereka mengisyaratkan mata. Tak lupa Man Wa menatap ke arahnya juga merasa sangat aneh. Dia tidak menyangka jika sosok Raja bisa berbuat baik. Dan bisa punya hati untuk memikirkan hal lebih jauh saat perang. Sosok yang keji ini mulai mengambil hati para jendral. Mereka mulai percaya padanya. Dari sifatnya terlihat sangat berbeda. Dan sudah berbeda semuanya. Dia hanya bisa diam menatap setiap gerak gerik Yinwa. Mereka semua merasa aneh. Tapi, dia beruntung bisa melihat sisi baik dari Yinwa. "Apa ada yakin, yang mulia." Man Wa. Menumpuk kedua telapak tangannya ke depan. Dengan badan sedikit tertunduk. "Kamu tidak percaya denganku?" tanya tajam Yinwa. "Maaf, yang mulia." Yinwa memalingkan wajahnya. Berdiri membelakangi para jendral. "Sekarang pergilah! Lakukan apa yang aku katakan." "Baik, yang mulia!" semua tertunduk dan pergi. Sementara Man Wa masih setia berdiri di sampingnya. "Kamu juga pergilah." "Baik!" Man Wa menatap sekilas wajah Yinwa. Lalu pergi dengan penuh rasa kecewa. Apa yang anda lakukan? Kenapa anda jadi seorang wnaita lemah lembut yang mencoba kasihan pada seseorang. Jangan sampai kebaikan kamu akan dibalas dengan keburukan. Semua manusia sama, tidak ada yang bersikap baik di muka. Mereka semua palsu. Ingat itu! Aku harap kamu harus berhati-hati." "Anda siapa?" tanya Yinwa sontak mengejutkannya. "Kamu tidak mengenaliku? Aku ibu kamu? Apa kamu masih hilang ingatan." "Iya.. Aku masih belum bisa mengenal semuanya." Sang permaisuri berjalan mendekati anaknya. Memegang kepalanya. " Jika kamu tidak enak badan sekarang. Janganlah keluar, biarkan aku saja yang mengurus kerajaan. Soal perang sedangkan semua pada ibu kamu." "Anda yakin? Karena anda wanita? Tidak mungkin ikut dalam perang.," "Ibu adalah mantan jendral perang. Dan, dulu dijuluki sebagai iblis perang." "Dalam dunia pernah tidak ada mantan teman. Mantan kekasih. Atau belas kasihan. Semua teman itu adalah musuh dibalik selimut. Tidak ada teman yang sesungguhnya dalam dunia kerajaan sangatlah kejam." perkataan yang membuat Bai Yu tercengang. Bai Yu hanya diam, dia mulai paham satu persatu dari mereka. Meski belum tahu sifat asli merek Semuanya. Dari mulut ibu suri saja sudah terbilang jika semua tidak ada yang teman. Semua musuh! Termasuk dirinya sendiri. "Semua keluarga sama. Tidak ada kata keluarga? yang ada hanyalah musuh dalam selimut. Kata-kata yang sangat luar biasa." gumam Bai Yu dalam hatinya, dan tersenyum tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD