Kedua kaki gagah milik pria itu melangkah cepat mendekati Hyuk dan Ae Ri yang masih tercengang dengan kehadirannya. Tangan pria itu menarik kerah kemeja milik Hyuk hingga ia sedikit terkejut dengan sikap pria tersebut.
Buk!
Satu tonjokan mendarat mulus dipelipis Hyuk hingga ia tersungkur di dekat pintu lift. Ae Ri yang tidak menyangka pun berteriak histeris mencoba menghentikan apa yang dilakukan oleh Han. Ya, pria.itu adalah Han yang sedari tadi diam-diam mengikuti Ae Ri, ia juga ingin tahu kemana perginya Ae Ri dan dimana tempat tinggalnya.
"Han! Cukup Han! Lepaskan dia!" teriak Ae Ri sambil menahan kepalan tangan Han yang siap meninju Hyuk.
Air mata Ae Ri meluncur deras melihat tingkag Han yang sepert itu, ia tidak menyangka bahwa Han akan menggunakan kekerasan di depan matanya. Sempat syok melihat Ae Ri menangis, Han pun menghentikan aktivitasnya itu. Ia mencoba mendekati Ae Ri yang terlihat menangis.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu takut," ujar Han dengan lembut sambil mengantur nafasnya yang tersengal-sengal karena emosi. Han memeluk Ae Ri erat, sementara Hyuk yang masih terlentang diatas lantai pun hanya bisa melihat mereka berpelukan sementara dirinya mencoba berdiri dari posisinya saat ini dengan pelipis yang berdarah.
Ae Ri melepaskan pelukan mereka kemudian mendorong Han pelan. Ia cepat-cepat menghapus air matanya, ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan Han.
"Seharusnya kamu tidak perlu menonjok orang seperti ini, aku bisa menghadapinya sendiri," ucap Ae Ri pelan sambil menekan tombol lift yang berada di dekatnya.
Han hanya terdiam, sementara Hyuk hanya tertawa puas melihat penolakan yang dilakukan oleh Ae Ri.
"Hey, nona! Jangan lupa hutang orang tuamu! Kalau seperti ini kau memang memilih untuk melunasi hutang dengan uang, padahal aku memberi alternatif yang lebih mudah dengan menemaniku di ranjang," ucap Hyuk dengan wajah mencela, Han yang mendengar itu membalikkan tubuhnya menghadap Hyuk kemudian mereka melanjutkan pertengkaran mereka yang belum selesai.
"Ah, laki-laki tak waras!" ujar Ae Ri cepat-cepat menekan tombol lift agar pintunya tertutup. Ia tidak ingin berurusan dengan mereka berdua. Di dalam lift, Ae Ri menyenderkan kepalanya di sisi lift sambil menatap ke atas. Ia akhir-akhir ini merasa frustasi karena belum bisa melunasi hutang kedua orang tuanya, setiap kali Hyuk menagihnya, itu menjadi beban pikiran untuk Ae Ri.
'Kamu di sekolahkan tidak berguna, apa pun kamu tidak bisa lakukan. Bahkan disaat keluargamu sedang terlilit hutang pun, kamu tidak bisa berbuat apa-apa'
Perkataan itu selalu berputar di otak Ae Ri selama bertahun-tahun. Dirinya sudah kurang lebih dua tahun menjadi pengangguran sejak lulus dari sekolah menengah atas dan selalu gagal dalam pekerjaannya. Setiap kali ia melamar pekerjaan, ada saja masalah yang membuatnya mundur dan setiap kali ia mundur ia juga akan menjadi cemoohan banyak orang bahkan orang tuanya sendiri berkata jika dirinya adalah manusia gagal yang tidak mempunyai masa depan.
Rasanya menjadi wanita penghangat ranjang memang sudah sepatutnya Ae Ri lakukan demi melunasi semua hutang keluarganya dan memperbaiki ekonomi mereka. Mengorbankan masa depan untuk hal-hal seperti itu bukanlah jalan yang benar, namun lebih baik dari pada ia terus menjadi seorang parasit yang hanya mengandalkan hidup dari orang tuanya.
Usia sembilan belas tahun bukanlah usia yang masih pantas meminta dari orang tua terlebih keadaan ekonomi keluarga Ae Ri yang sedang menurun drastis membuat Ae Ri harus membuka lebar-lebar matanya untuk sadar diri bahwa di usianya yang masih muda ia harus berjuang menjadi tulang punggung keluarganya. Namun kenyataan pahit datang dari dirinya yang tidak becus melakukan pekerjaan paruh waktu dimana pun.
"Ah, Ae Ri. Kau sungguh tidak berguna," ucapnya dengan frustasi di dalam lift.
Ting!
Ae Ri yang melihat lift sudah terbuka pun akhirnya keluar dari lift menuju kamarnya yang tidak terlalu jauh dari lift tersebut.
Wajahnya terlihat lesuh, kedua kakinya berjalan pelan sampai ke depan pintu nomor 30. Ae Ri menekan pin untuk membuka pintu tersebut.
Wajahnya yang lesuh berubah menjadi terkejut ketika melihat seseorang yang berada di dalam apartemennya.
"Eomma!" ucap Ae Ri dengan wajah terkejut melihat ibunya sedang duduk menyiapkan makanan dimeja kecil yang biasa ia gunakan untuk makan.
Ae Ri melepaskan sepatunya dengan cepat kemudian menutup pintu tersebut dengan rapat dan mendekati ibunya yang masih berdiam diri sambil merapikan mangkuk untuk dirinya makan.
"Makanlah, aku sudah menyiapkan Bibimbap untukmu," ujar wanita paruh baya itu yang duduk berhadapan dengan Ae Ri. Ae Ri hanya duduk menatap makanan yang berada di meja itu sambil menghela nafas.
"Eomma, kalau kau ke sini hanya ingin meminjam uang. Ini bukanlah waktu yang tepat, uangku hanya cukup untuk kebutuhanku besok," kata Ae Ri yang masih menunduk. Kyung Mi~ Ibunya Ae Ri menatap anaknya itu dengan wajah geram kemudian memukulinya pelan.
"Kau kira ibumu ini miskin? Ah anak ini, padahal aku ke sini ingin memberitakan kabar baik," ucapnya dengan kesal sambil menatap Ae Ri dengan tatapan sinis.
Ae Ri yang mendengar perkataan ibunya pun, perlahan memberanikan diri untuk menatap wanita paruh baya itu.
"Kabar baik apa, Eomma?" tanya Ae Ri dengan mata berbinar. Kyung Mi tampak ragu namun ia memaksakan tersenyum pada Ae Ri.
"Aku akan menikah lagi dengan pria kaya, kamu sudah mengenal orangnya dari dulu," ujar Kyung Mi dengan wajah berseri-seru dan tampak malu. Melihat ekspresi ibunya yang seperti itu membuat Ae Ri tidak yakin bahwa ini adalah kabar baik.
"Pria kaya? Aku sudah mengenal orangnya? Ah Eomma! Cepat katakan dengan siapa kau akan menikah jangan membuat tebak-tebakan seperti ini," ucap Ae Ri dengan kesal.
"Baiklah baiklah, aku akan menikah dengan musuh ayahmu, Ye-Jun." kata terakhir membuat Ae Ri lemas, entahlah hidup Ae Ri seperti terisi dengan banyak kejutan yang membuat dirinya stres.
"Eomma!! Dia musuh ayah! Dia yang buat kita bangkrut sampai Ae Ri harus menjual diri seperti ini, lalu sekarang kau dengan tidak merasa bersalah sedikit pun mengabarkan akan menikah dengan pria itu? Aku hampir tidak tahu dimana otakmu!" kata Ae Ri dengan nada tinggi.
"Aku punya rencana, aku akan membuat dia bangkrut seperti kita dulu. Aku bukanlah wanita bodoh, Ae Ri. Kau hanya perlu tenang dan mencoba menerima dia sebagai ayahmu nanti, apa kau mengerti?" tanya Kyung Mi dengan ekspresi datar.
"Pergilah dari apartemenku, lakukan apa yang kau inginkan, Eomma. Tanpa harus membawa-bawa aku pada masalahmu, aku akan mengurus diriku sendiri," ujar Ae Ri sambil memberikan kode agar wanita paruh baya itu keluar dari apartemennya. Kyung Mi menatap wajah Ae Ri sejenak kemudian berdiri dari posisi duduknya dan melangkah meninggalkan apartemen putrinya itu tanpa sepatah kata pun.