Semua mata memandangi Ae Ri yang baru saja masuk dari pintu utama perusahaan tersebut. Wajahnya yang cantik dan pakaiannya yang sangat bagus membuat ia menjadi sorotan malam ini.
Bahkan karyawan-karyawan di perusahaan Nongshim sangat terkejut melihat gaun yang Ae Ri kenakan itu adalah edisi termahal di Korea dan hanya ada beberapa di negara itu.
Ae Ri tampak gugup, namun untung saja Han tak menggenggam tangannya seolah memberitahu bahwa ia tak perlu takut karena Han berdiri di sampingnya..
Bahkan Ye-Jun dan Kyung Mi juga tampak terkejut melihat siapa yang digandeng Han.
Perempuan cantik bergaun merah marun itu benar-benar tak dikenal siapa pun di kantor itu.
“Putramu membawa kekasih disaat pelantikannya?” tanya Kyung Mi yang merasa heran dengan Han. Ye-Jun menggeleng pelan.
“Aku tidak tahu siapa perempuan itu, Han juga tidak mengenalkannya padaku,” kata Ye-Jun, namun meski begitu ia masih tampak santai karena ia senang bahwa akhirnya Han mempunyai seorang kekasih.
Semua yang berada di tempat itu menyoroti kedua orang yang sedang berjalan ke podium itu. Dengan sangat anggun Ae Ri berdiri di samping Han menunggu sesuatu yang akan dikatakan oleh Han.
“Selamat malam, maaf karena telah membuat kalian menunggu lama. Saya adalah Han generasi penerus Nongshim, hari ini adalah hari pelantikan saya sebagai orang nomor satu di perusahaan Nongshim menggantikan ayah saya Ye-Jun. Selain itu hari ini adalah hari istimewa saya karena hari pelantikan ini juga sekaligus hari pertunangan saya dengan kekasih saya, Ae Ri,” kata Han dengan wajah sumringah sambil melihat Ye-Jun yang berada di sudut ruangan.
Mendengar nama Ae Ri tentu saja Kyung Mi langsung terperanjat, bagaimana tidak? Nama anaknya disebut di atas podium dengan anak musuhnya pula.
“Kau pasti merencanakan ini kan? Kau mau menjerat anakku, dasar laki-laki licik!” teriak Kyung Mi menampar Ye-Jun yang tak tahu apa pun rencana anaknya itu.
Tentu saja hal yang dilakukan oleh Kyung Mi membuat semua orang yang berada di ruangan itu melihat ke arahnya. Tiba-tiba saja suasana menjadi hening dan membuat tidak nyaman.
Ae Ri yang berada di sebelah Han sebenarnya ingin menghampiri sang ibu, namun Han memegangi tangannya agar tidak menyusul.
“Kyung Mi! Aku tidak tahu apa pun tentang ini, aku mohon kau jangan terbawa suasana,” ujar Ye-Jun yang langsung melihat ke arah karyawan-karyawannya.
“Apa hah? Pantau saja acaranya jangan melihatku seperti ini!” seru Ye-Jun dengan matanya yang membulat sempurna memelototi semua karyawannya yang melihat pertengkaran itu.
Han tersenyum disudut bibirnya kemudian melanjutkan acaranya yang sempat tertunda itu sementara Kyung Mi dan Ye-jun menyelesaikan pertengkarannya diluar gedung tersebut.
Sebenarnya Ae Ri khawatir karena ia tidak mengabari ibunya tentang hal ini, namun kata Han itu lebih baik jika pernikahan mereka gagal karena mereka tidak bisa bersatu entah alasan Han apa tidak menyetujui hubungan mereka berdua padahal Ae Ri sendiri sudah tidak memikirkan itu.
Setelah acara pelantikan dan pertunangan itu selesai Ae Ri langsung keluar dari gedung tersebut mencari tempat persembunyian dan membuka tas kecilnya yang berisi obat dan air mineral ia meminumnya karena kepalanya yang sudah pusing sedari tadi.
Banyak kamera yang menyoroti pertunangan mereka dan pelantikan Han menjadi orang nomor 1 di perusahaan terkenal itu.
Ae Ri menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali seperti itu agar dirinya bisa sedikit tenang.
Diam-diam sepasang mata melihat ke arah Ae Ri dan obat yang sedang ia konsumsi.
Selesai meminum obat tersebut Ae Ri memilih untuk duduk di tempat duduk di depan gedung tersebut. Rasanya sulit untuk ia masuk ke dalam lagi karena banyak kamera dan wartawan yang meliput acara ini.
“Ae Ri? Aku mencarimu ke mana-mana ternyata di sini, ayo masuk ke dalam udara di luar sangat dingin,” kata Han yang baru saja sampai di hadapan Ae Ri.
“Aku ingin pulang, aku tidak bisa masuk ke dalam lagi. Sudah cukup berpura-puranya! Hentikan semuanya, Han!” ucap Ae Ri seraya berdiri dan meninggalkan Han yang bingung karena Ae Ri bersikap seperti itu.
Tadinya Han ingin mengantar Ae Ri, namun semua wartawan keburu menghadangnya dan mewawancarai seperti wawancara tadi tidak pernah cukup.
Ae Ri tampak lega ketika dirinya sudah menaiki taksi dan meninggalkan keramaian tersebut. Sesaknya juga sudah mulai membaik dan ia tidak perlu khawatir akan kambuh lagi.
“Berhenti di depan sana, Pak,” kata Ae Ri kemudian memberikan sang supir beberapa lembar uang dan ia langsung turun memasuki gedung apartemen yang menjulang tinggi itu.
Namun, rasa aman sepertinya tidak pernah ada di dalam hidup Ae Ri. Baru saja ia menghindari wartawan ternyata ada wartawan yang sudah tiba di sana juga bersamaan dengan munculnya ia di depan apartemen.
“Boleh kami wawancara sebentar? ini tidak akan memakan waktu banyak hanya beberapa pertanyaan saja kau bisa jawab jika memang ingin menjawab,” kata reporter perempuan yang masih seumuran dirinya.
“Aku rasa aku tidak bisa menjawab apa pun tentang pertanyaanmu, jadi tolong tidak menghalangi jalanku,” kata Ae Ri dengan kepala yang tertunduk.
Rasa pusing dan sesak langsung menyerangnya lagi membuat ia berjalan cepat-cepat berlari dari kejaran wartawan.
Ae Ri menyelip memasuki lift yang lumayan penuh orang agar wartawan-wartawan itu kehilangan jejaknya.
“Astaga, apa kau melihat ke mana dia pergi? Cepat sekali larinya seperti pencuri,” oceh reporter perempuan yang berusia seperti Ae Ri.
Mereka pun akhirnya pasrah dan memilih menunggu Ae Ri di depan apartemen agar bisa mencegat perempuan itu lagi.
Pelantikan dan pertunangan Han membuat Nongshim menjadi pemberitaan hangat dan membuat Ae Ri sudah mulai gelisah. Seharusnya ia menolak untuk berpura-pura bertunangan pada Han.
“Astaga kenapa aku malah mengiyakan saja? Maumu apa sih Ae Ri? Sudah jelas ia adalah musuhmu dan sekarang kau malah membantunya,” kata Ae Ri.
Sebenarnya Ae Ri tak peduli juga jika ibunya harus menikah dengan sang musuh karena memikirkan dirinya saja sudah sulit bagaimana dengan memikirkan ibunya yang mengotot ingin menikah dengan musuh??
Ting!
‘Semua wartawan sedang berada di lokasi apartemenmu, aku akan memberitahu Jung Hwa untuk mengurusmu jadi jangan keluar dulu untuk sementara waktu’
Ae Ri membaca pesan itu dengan wajah kesal.
“Apakah dia tidak bisa mengatakan maaf? Karena dia aku jadi terpenjara di apartemen ini, astaga aku menyesal membantunya,” kata Ae Ri dengan hati yang benar-benar sudah lelah.
Ae Ri memilih untuk tidur dan tak mempedulikan Han lagi, malam ini ia benar-benar penat apalagi melihat wartawan sebanyak itu dan memikirkan ibunya yang belum juga menghubunginya.