“Apa kau bilang? Ae Ri tidak ada di apartemennya? Ini sudah malam Jung Hwa, cari dia atau aku akan meminta semua uang yang sudah kuberikan padamu?” ucap Han dengan suara yang amat keras membuat Ye-Jun yang tidak sengaja lewat di depan kamar Han mendengar ucapan pemuda itu.
“Baiklah aku akan mencari Ae Ri sekarang,” jawab Jung Hwa yang sedikit bergetar mendengar bentakan dari Han.
Baru kali ini Jung Hwa mendapatkan bentakan dari yang bukan kesalahannya, pria berusia 35 tahun itu langsung bergegas keluar dari apartemen Ae Ri dan mencarinya ke tempat-tempat yang biasanya gadis itu kunjungi.
Sementara Ye-Jun yang merasa penasaran pun langsung masuk ke dalam kamar putra tunggalnya itu untuk menanyakan apa yang Han ributkan malam-malam seperti ini.
“Ada apa malam-malam begini? Dan siapa yang kena omel oleh putra papa ini?” tanya Ye-Jun yang sedikit melunak malam ini, menjelang pernikahannya dengan Kyung Mi ia tidak ingin keras pada Han lagi karena ia tahu bahwa masanya akan segera habis dan Han lah yang akan berkuasa setelah ini.
Han melihat ayahnya yang masuk dengan sedikit kesal.
“Tidak ada apa-apa hanya ada sedikit masalah, kalau tidak ada yang dibicarakan lagi bisakah kau keluar? Aku ingin beristirahat,” ujar Han langsung tanpa berbasa-basi. Ye-Jun mengangguk paham seraya menepuk-nepuk punggung pemuda itu pelan sebelum keluar dari kamar tersebut.
Han memijat keningnya yang terasa pusing karena memikirkan Ae Ri yang belum pulang juga padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan itu sudah larut.
Han menghela napas kemudian mengambil mantelnya yang baru beberapa menit yang lalu diletakkan dikasurnya. Ia harus memastikan sendiri bahwa Ae Ri baik-baik saja, mengandalkan Jung Hwa sepertinya tidak akan berjalan mulus karena pria itu sudah pasti bekerja lelet.
Di dalam mobil Han mencoba sesekali menelepon Ae Ri, namun tidak ada jawaban sekali pun membuatnya bertambah cemas. Kalau saja tahu bahwa Ae Ri akan tersinggung dengan sikapnya yang membawakan Ae Ri ke butik dan membelikannya dress mahal pasti ia akan memilih untuk menyuruh Jung Hwa memberikan dress tersebut pada Ae Ri.
“Gadis itu benar-benar masih sama seperti dulu, ia tetap keras dengan sakit hatinya dan tidak pernah ingin melunak begitu saja. Padahal kita bisa memperbaikinya bersama-sama jika tidak ada sakit hati diantara kita,” kata Han yang masih fokus menyetir mobilnya.
Han mencoba mengingat tempat yang biasanya Ae Ri kunjungi selama bersamanya, ia teringat dengan jembatan Banpo yang sangat Ae Ri sukai.
“Dia pasti ke sana, aku akan menemukannya dan membawa gadis itu pulang, dasar gadis keras kepala. Harga diri selalu di atasmu aku percaya dulu kau baik-baik saja tanpa aku karena tidak ada yang berhasil merendahkanmu,” kata Han dengan senyum disudut bibirnya, ia benar-benar yakin bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa merendahkan gadis kasar itu.
Mobil hitam milik Han membelah jalanan ibukota menuju jembatan Banpo, benar saja ketika mobil itu memasuki jembatan tersebut ia melihat seorang gadis dengan mantel hitam yang menutupinya terlihat sedang termenung di jembatan tersebut melihat sungai Han yang airnya sangat tenang.
Han tersenyum lega karena ia berhasil menemukan keberadaan Ae Ri dan ia bersyukur karena Ae Ri hanya merenung di atas jembatan.
“Ae Ri! Malam-malam seperti ini apa yang kau lakukan di sini?” tanya Han seraya mendekati Ae Ri yang masih belum menjawab pertanyaannya.
“Namamu diambil dari nama sungai ini, setiap kali aku membencimu aku melihat sungai ini sebagai musuh karena aku tidak bisa menatapmu sebagai musuh secara langsung. Aku selalu gagal membencimu, aku selalu lemah jika berhadapan denganmu, itulah mengapa setiap kali perasaan benci ini muncul aku selalu berada di tempat ini untuk menimpuki sungai itu dengan batu,” kata Ae Ri sambil menimpuki batu terakhir yang berada di tangannya.
Ini sudah ke 30 batu yang Ae Ri lemparkan ke dalam sungai tersebut, sepertinya sebentar lagi sungai itu akan penuh sekali dengan batu karena ulah Ae Ri. Setahun bukan hanya sekali dua kali Ae Ri melemparkan batu ke dalam sana, namun sering kali ketika ia ingin dan ada masalah pasti ia akan melemparkan batu-batu ke dalam sungai itu.
“Batumu sudah habis, ayo pulang hari sudah larut dan di sini benar-benar dingin,” ucap Han yang langsung memegang tangan gadis itu dan membawanya ke dalam mobil. Ae Ri melepaskan pegangan Han kemudian menamparnya.
“Apakah kau kira cuaca ini sedingin hatimu? Hatimu yang telah lama beku tidak seharusnya berubah hangat seperti ini, akan lebih baik jika kau tidak pernah kembali ke hadapanku dari pada aku harus terus mengingat pengkhianatan itu! Aku membencimu, Han!” teriak Ae Ri kemudian pergi meninggalkan Han yang tidak bisa berkata apapun selain melihat kepergian gadis itu.
Ucapan Ae Ri ada benarnya, ini yang ditakuti oleh Han sejak lama. Menjelaskan alasannya pada Ae Ri tidak akan semudah itu, namun ia berani kembali tanpa persiapan.
“Saat itu aku masih remaja, apa yang bisa remaja lakukan selain menuruti perintah orang tuanya? Aku tidak takut dicoret dari daftar ahli waris Nongshim karena aku tahu ayahku tidak mempunyai ahli waris lain selain aku, akan tetapi dulu aku terlalu takut pada ayahku karena dia adalah satu-satunya orang tua yang aku punya.” Han mengucapkan itu sambil menatap sungai Han yang berada di depan matanya.
Sementara Ae Ri yang sedang berada di jalan pun menengok ke belakang melihat Han yang sedang melamun di jembatan Banpo. Sebenarnya ia tidak tega karena bagaimana pun Han adalah sahabatnya, ia tahu bahwa Han tidak pernah berhati jahat. Namun, gadis itu kecewa karena ternyata Han memilih untuk berkhianat dari pada memilihnya sebagai seorang yang bisa diandalkan.
Andai saja waktu itu Han memutuskan untuk membongkar rencana Ye-Jun mungkin saja Kyung Mi akan mengangkatnya sebagai anak jadi ia tidak perlu lagi dengan ayahnya.
“Segitu beratnya kah mengatakan kejujuran setidaknya padaku? Kau tahu bahwa keluargaku adalah orang baik, ibuku tidak akan menghukummu karena kau berkata jujur justru ia pasti akan merasa terbantu dan membalas budimu,” ucap Ae Ri sambil berjalan dengan tubuh yang sudah kedinginan.
Tin!
Suara klakson membuat Ae Ri melihat ke arah mobil tersebut dan ternyata itu adalah Han, namun ketika Ae Ri ingin mengabaikan pria itu klakson semakin berisik membuat Ae Ri mau tidak mau berhenti dan melihat ke arah Han dengan tatapan sebal, rasanya ia ingin mengubur pria itu hidup-hidup agar ia bisa terbebas dengan yang namanya Han.