Ae Ri menghela napasnya pelan saat mengingat bagaimana awal pertemuannya dengan Han. Gadis berambut panjang itu langsung menggeleng-geleng cepat, bagaimana bisa ia mengingat Han lagi? Mereka kini bukan lagi seorang sahabat, tidak ada lagi hal yang harus diingat dari mereka berdua.
“Aku akan menganggap mengenalnya adalah suatu penyesalan, aku tidak akan kembali menjadi sahabatnya lagi apa pun yang terjadi,” ucap Ae Ri kemudian langsung menghapus foto yang telah menjadi wallpaper ponselnya sejak lama.
Sebenarnya Ae Ri tidak pernah dendam pada Han, namun mengingat ia harus menjual dirinya sendiri demi bertahan hidup terkadang membuatnya membenci Han. Mahkotanya yang berharga ia harus memberikannya dengan ikhlas pada pria-pria yang mengencaninya setiap malam.
Di sini bukan hanya Han yang tersiksa, tapi juga Ae Ri karena ia telah mengorbankan dirinya demi bertahan hidup di kota Seoul, ini tidaklah mudah untuk Ae Ri yang masih berusia 19 tahun
Ae Ri menghela napasnya seraya membuat ponsel tersebut ke sofa yang berada di sebelahnya, rasanya sulit sekali menghilangkan kebencian terhadap Han dan keluarganya. Ibunya harus bercerai dengan ayahnya, itu hal yang paling menyakitkan. Perusahaan ayahnya yang diberikan pada ibunya kini sudah lenyap tak bersisa.
Keluarga Ae Ri bukan lagi keluarga konglomerat, sekarang orang-orang tak ada satu pun yang menghormati mereka.
Mata Ae Ri memandangi kelap-kelip kota Seoul dari apartemennya, dunia benar-benar kejam padanya. Tidak ada satu pun gadis di dunia ini menyukai pekerjaan menjadi wanita penghangat ranjang, pekerjaan hina yang membuat Ae Ri selalu malu pada teman-temannya yang sudah sukses di usia muda dengan orang tua yang kaya raya.
“Oh astaga! Ke mana Ae Ri yang kuat?” tanya Ae Ri kemudian mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir deras di pipinya. Bagaimana pun juga caranya, Ae Ri masih bersyukur karena masih bisa mandiri dan tidak bergantung pada ibunya yang hanya tahu meminjam uang padanya tanpa tahu bagaimana pekerjaan itu sangat menyakitkan.
Sepertinya benar bahwa orang akan mengorbankan hal berharga dihidupnya demi bertahan hidup di kota Seoul. Begitu pun Kyung Mi yang melepaskan Ae Ri begitu saja dengan pekerjaan yang menjijikkan tersebut.
Ting!
Mata Ae Ri langsung melihat ponselnya yang berada di sofa, ia menghampiri sofa tersebut dan mengambil ponselnya.
‘Aku tidak akan menyerah, aku akan membuktikan bahwa aku datang kembali untuk menebus semua yang terjadi padamu dan keluargamu. Waktu yang akan menjawab semuanya, maaf karena sudah berkhianat. Aku sudah cukup lama untuk mengumpulkan keberanian ini, jadi aku harap suatu saat semesta akan menerimaku lagi’
Ae Ri membaca pesan itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca, rasanya sakit ketika kamu harus mengabaikan seseorang yang pernah sangat berarti dihidup karena sesuatu alasan yang pastinya lebih menyakitkan.
‘Berhentilah menggangguku! Aku tidak akan tinggal diam jika kau terus menggangguku’
Jari Ae Ri langsung menekan tombol kirim di ponselnya kemudian langsung mematikan ponsel tersebut, ia membutuhkan waktu sendiri saat ini. Sedangkan Han yang membaca pesan itu hanya bisa menghela napasnya pelan.
Pria itu tahu bagaimana kerasnya sifat Ae Ri, namun dibalik itu semua Han tahu bahwa Ae Ri rapuh. Untuk gadis seusianya pasti pekerjaannya saat ini sangat berat, apalagi Ae Ri tidak pernah berkencan pada teman pria di sekolahnya.
“Astaga, ini pasti akan sangat berat untuknya. Aku bahkan sangat egois karena tidak memikirkan nasib Ae ri saat ingin melakukan pengkhianatan itu,” ucap Han yang terlihat merutuki dirinya sendiri karena dirinya yang begitu bodoh, namun rasa bersalah tak pernah berhenti mengejarnya selama ini.
Han melihat ponselnya yang memperlihatkan nomor telepon Jung Hwa kemudian menekan tombol panggilan.
“Halo? Aku akan mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu dengan syarat untuk satu bulan ini jangan pernah membiarkan Ae Ri berkencan dengan pria lain, perintahkan dia untuk berlibur. Akan tetapi, tolong jangan beritahu bahwa aku yang membayarnya,” kata Han dengan matanya yang melihat pemandangan langit malam yang begitu gelap dan sangat memberi kesan kesepian.
“Baik, aku akan mengirimkan nomor rekeningku. Senang bekerja sama denganmu, Han,”
Setelah mengatakan itu Han langsung menutup telepon tersebut. Saat ini ia tidak peduli berapa banyak uang yang ia berikan pada Jung Hwa untuk mencegah Ae Ri berkencan dengan pria lain, ia bahkan tidak sanggup membayangkan Ae Ri harus berduaan di kamar hotel dengan pria-pria satu malam yang hanya menginginkan tubuh gadis itu.
“Sebentar lagi kita akan berpesta karena ada yang membeli Ae Ri selama sebulan, astaga gadis itu benar-benar menguntungkan dompetku,” ucap Jung Hwa yang tertawa keras karena melihat nomor rekeningnya yang sudah terkirim ke nomor Han.
Jung Hwa benar-benar beruntung memungut Ae Ri waktu itu, kalau tidak mungkin ia akan tidak akan pernah merasakan uang sebanyak itu dalam satu waktu.
“Apakah aku memanfaatkan seorang gadis?” tanya Jung Hwa pada dirinya sendiri. Ia kemudian menggeleng pelan seraya tersenyum. Jung Hwa tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia menyalahkan dirinya sedangkan ia berprofesi sebagai mucikari? Jika ia merasa seperti itu sepertinya ia mulai bersifat naif.
Ting!
Ponsel Jung Hwa berbunyi ketika ia sedang berdebat dengan hati nuraninya sendiri. Uang beberapa juta won sudah masuk ke rekeningnya, entahlah menurut Jung Hwa ini sangat mahal untuk seorang Ae Ri yang biasa saja.
Ting!
Satu notifikasi kembali masuk ke ponsel Jung Hwa.
‘Aku sudah memberikanmu uang, akan aku pidanakan jika kau masih menjual Ae Ri pada pria lain lagi!’
Jung Hwa tertawa kemudian mematikan ponselnya.
“Aku akan memperlakukan Ae Ri sebagai ratu sebulan ini, tenang saja! Sepertinya aku harus menaikkan harga Ae Ri pada pria lain setelah ini. Aku akan memberikan penjelasan pada pria yang memesan Ae Ri, bahwa gadis itu sudah pernah bersetubuh dengan orang konglomerat di negara ini? Astaga Jung Hwa kau benar-benar cerdas!!” ucap Jung Hwa melihat dirinya di cermin dengan gaya yang benar-benar bersemangat.
Han menghela napasnya lega karena kini ia bisa tenang dalam sebulan karena Ae Ri sudah pasti tidak akan berkencan dengan pria lain. Jikalau mucikari itu masih nekat untuk menjual Ae Ri pada orang lain ia tidak akan segan-segan memenjarakan Jung Hwa karena hal ini.
Sedangkan Ae Ri sudah terlelap di apartemennya dengan memegangi sebuah bingkai foto yang menjadi kekuatan dalam hidupnya, fotonya bersama dengan Kyung Mi—sang ibu. Ia baru saja menceritakan semua rasa sakit di dalam hatinya pada bingkai tersebut karena ia tahu mencurahkan isi hatinya pada sang ibu akan membuat wanita paruh baya itu kepikiran dan merasa bersalah.