Jatuh Cinta Lagi

1221 Words
Frans baru saja pulang saat jam makan malam, kedua tangannya memegang paper bag berisi hadiah untuk Amira istrinya. Sudah biasa bagi Frans membawa hadiah di akhir pekan seperti hari ini, dan kali ini Frans membawa lebih banyak, tentu saja untuk membujuk Amira yang sedang marah padanya. Frans tahu kemarahan Amira tidak akan hilang hanya dengan hadiah, tapi Frans harap Amira mengerti dan mulai menerima, karena meski dulu atau sekarang Frans tetap sama, mencintai Amira. Dan Frans ingin Amira tahu jika sejak dulu dia tak pernah berubah meski memiliki dua istri sekali pun, cintanya pada Amira tak pernah berkurang. "Sayang-" baru saja Fran berucap, pria itu langsung menghentikan langkahnya, Frans terpaku melihat Amira di depan sana "Sayang, kamu potong rambut?" istrinya itu nampak lebih segar dengan tatanan rambut sebahu, lalu tatapan Frans jatuh pada pakaian Amira yang hanya mengenakan kaos kebesaran dan celana hot pant yang tertutup kaosnya. Frans menelan ludahnya Amira tak sedang mengenakan dress yang menunjukan lekuk tubuhnya atau bahkan gaun seksi yang membuatnya selalu panas dingin di buatnya, tapi kenapa mata Frans justru tak berkedip sekarang. Frans meletakkan paper bag di atas meja, lalu menghampiri istrinya itu "Kamu cantik sekali sayang," ucapnya dengan mata berbinar, di peluknya Amira dengan lembut, lalu matanya kini menyapu wajah Amira. Wajah Amira juga polos tak seperti biasanya, biasnya setiap Frans pulang Amira selalu menyambutnya dan berdandan sangat cantik meski dengan make up tipis, tapi istrinya itu mampu membuatnya senang dengan sambutan hangat nya. Frans harusnya merasa marah sebab Amira tak menyambutnya hari ini, tapi melihat penampilan Amira yang cantik Frans tidak mempermasalahkannya, tidak apa untuk hari ini saja. "Kamu juga gak mekaup-an, tapi gak papa aku suka, kamu jadi nampak lebih segar dan imut." Frans terkekeh sambil menangkup pipi Amira, harusnya dia bangga bukan memiliki istri yang masih nampak seperti remaja, wajah Amira memang mulus dan cantik dan harus Frans akui meski Amira tidak mengenakan riasan di wajahnya, dia tetap cantik. Amira mendengus dan menepis tangan Frans di pipinya "Apaan sih kamu mas, lebay deh." jika dulu Amira akan tersipu dengan pujian- pujian yang keluar dari mulut Frans, tapi tidak kali ini. Amira justru merasa jijik, sebab pujian itu mungkin bukan hanya Frans berikan padanya tapi juga pada selingkuhannya. Frans masih tersenyum lalu mengikuti langkah Amira "Sayang, aku juga bawain sesuatu." Frans menunjukan empat paper bag di tangannya "Lihat kamu pasti suka," ucapnya lalu menarik Amira agar duduk di sofa dan membuka hadiahnya. "Buka dong!" Amira mendengus lalu membuka salah satu paper bag yang di berikan Frans. "Gimana, bagus gak?" Wajah Frans masih berbinar cerah penuh kekaguman, tatapannya tak lepas dari wajah Amira, sudah berapa lama Frans tidak melihat wajah Amira yang mulus dan putih seperti pualam itu tanpa balutan makeup, mungkin empat tahun lalu saat mereka belum menikah, sebab setelah menikah Amira selalu tampil dengan makeup nya di depan Frans, bukan tidak cantik, Amira justru sangat cantik karena itu Frans sangat mencintai Amira, tapi melihat Amira hari ini Frans seperti kembali pada masa mudanya yang saat itu jatuh cinta pandangan pertama pada Amira. Ah, istrinya memang cantik ... Frans masih memperhatikan Amira yang kini mengeluarkan kotak sepatu di dalam paper bag nya, dan yakin Amira akan menyukainya, apalagi sepatu tersebut adalah merk ternama kesukaan Amira. "Suka kan?" Frans yang gemas langsung saja mengecup bibir Amira, pria itu sungguh tak tahan melihat bibir pink alami milik istri tercintanya, dan harus Frans akui penampilan Amira kali ini sungguh menggoda, meski tanpa embel- embel lingerie yang seksi. Amira membelalakan matanya saat Frans mengecup bibirnya, dia tak menyangka pria itu akan melakukan itu, jadi Amira segera bangkit dan meletakkan kembali sepatu tersebut ke dalam paper bag. "Harusnya kamu gak perlu melakukan ini mas." Amira mendorong semua paper bag itu ke depan Frans. "Kenapa sih sayang, mas kan udah biasa bawa hadiah buat kamu, lagian mas gak keberatan kok sedikit boros untuk istri mas yang cantik." Frans mengira Amira tak enak hati karena membelikannya barang mahal, sebab Amira memang terkadang protes karena dia yang selalu membawanya hadiah di akhir pekan dan mengatakan itu pemborosan, tapi setelah Frans mengatakan itu tak seberapa dan dia melakukannya untuk istrinya tercinta dan tak keberatan jika keluarkan uang beberapa saja, Amira akan terharu dan berterimakasih. "Justru itu alasannya, harusnya kamu gak perlu lagi bawakan aku hadiah, sebab kita gak lagi seperti dulu." Frans mengerutkan keningnya. Amira hendak pergi tapi Frans menahannya "Sayang maksud kamu apa sih, kamu gak suka hadiahnya?" Amira memejamkan matanya merasa muak, apa Frans tak bisa mengartikan apa perkataannya? apa pria itu belum juga menyadari kesalahannya. "Kenapa mas berlaku seperti mas tak melakukan kesalahan, mas apa mungkin aku harus bersikap biasa saja saat tahu suamiku sudah mengkhianatiku." "Astaga, Amira." Frans mengusap wajahnya "Tidak bisakah kamu lupakan itu, dengar sayang, meski aku memiliki istri lain aku tidak akan berubah, aku berjanji kamu tetap yang pertama dan lihat aku masih melakukan hal yang sama, aku memperhatikan istriku dengan baik, dan bukankah aku berlaku adil?" Amira menggeleng "Aku beneran gak habis pikir sama pemikiran kamu mas, kamu anggap aku ini apa?" "Aku bukan wanita bodoh yang mau maunya di bodohi sama suaminya, kamu kira dengan bersikap seperti itu bisa meluluhkan hatiku, pergi saja bawa ini sama istri muda kamu itu, bukankah dia rela di madu demi cintanya." "Amira, jangan bawa- bawa Kinan, ini jelas masalah kita dan kamu yang gak mau menerima kenyataan." Amira terkekeh "Kinan memang sudah terlibat dan dia adalah pokok dari permasalahan kita mas, dia adalah penyebab dari masalah ini. Dan apa kamu bilang ... Aku gak menerima kenyataan? Maksud kamu aku harus tetap menerima dan pasrah saat kamu menyakitiku, lalu melupakan apa yang terjadi pada rumah tangga kita?" "Kamu sadar dong mas, kamu itu gak tau malu, kamu tahu sendiri kamu yang bersalah tapi kamu gak terima di salahin, dan sekarang bisa- bisanya nyalahin aku gak menerima kenyataan." Frans menghela nafasnya kasar lalu berucap dengan lembut "Ya, ya aku salah, dan mas sudah minta maaf, tapi sayang mas hanya berharap kita bisa tetap hidup tenang, mas mohon kamu bisa menerima pernikahan ini, ya," bujuknya dengan suara mendayu lembut, dia harus tetap mempertahankan amarahnya, meski rasanya dia ingin meledak, tapi Frans tak ingin membuat Amira semakin marah. Amira menggeleng "Aku selamanya tidak akan terima ini mas, bagiku ini terlalu menyakitkan, kamu mengharapkan sesuatu yang gak mungkin dari aku." "Apa yang harus aku lakuin supaya kamu mengerti Amira," erangnya frustasi. "Kamu jelas tahu apa yang harus kamu lakuin mas, tapi kamu pura- pura bodoh." Frans menggeleng dengan meremas rambutnya frustasi "Aku jelas gak bisa milih salah satu di antara kalian Amira, kamu dan Kinan sangat berharga." Amira menatap nanar Frans, pria itu nampak kuyu dengan rambut yang berantakan akibat remasan tangannya, bagaimana pun Frans adalah suaminya, suami yang di cintainya dan Amira masih menyimpan rasa cinta itu, cinta yang sangat besar, tapi sayangnya harus mulai terkikis oleh pengkhianatan yang dilakukan Frans padanya. "Aku mohon lepaskan aku mas, aku merasa sesak, bagaimana aku membayangkan suamiku bersama wanita lain, dan mengatakan dia juga mencintainya. Berbagi cinta, dan memadu kasih ... " Amira menggeleng, air mata menetes dari mata indahnya " ... hatiku sakit." Frans semakin gusar saat melihat Amira pergi melangkah dengan cepat ke arah kamar mereka dan menutup pintu keras. "Aku tidak mungkin melepaskan kamu, Amira, kamu gak tahu betapa besarnya cintaku padamu." tatapan Frans tertuju pada pintu yang tertutup dimana istrinya berada, Frans akan melakukan apapun agar Amira tetap bersamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD