Boy Saputra, seorang CEO dari sebuah perusahaan yang memroduksi barang-barang elektronik dan juga alat memasak. Dia merupakan seorang pewaris yang dikenal menyelamatkan perusahaan dari ancaman kebangkrutan.
Dia sangat dingin dan serius dalam setiap pekerjaan. Walau begitu, pria itu begitu mengutamakan kejujuran dan kedisiplinan. Hal tersebut yang membuat Boy selalu berhasil dalam setiap proyek yang digarapnya.
“Pak Boy sudah datang!”
“Siapkan semuanya!”
“Rapikan itu dirapikan!”
Hening, serius, rapi, dan tertata. Semua karyawan langsung bersiap untuk rapat begitu sang bos tiba.
“Selamat pagi semua, kita langsung mulai saja rapat sekarang!” ucap Boy begitu dia tiba di tempat dan memimpin rapat.
Semua orang yang hadir di sana begitu serius. Beberapa divisi melakukan presentasi di depan Boy dan pimpinan perusahaan tersebut mengomentarinya.
Entah bagaimana awal mulanya, tapi Boy dulunya dikenal sebagai playboy. Dia sering berganti-ganti wanita untuk diajak berkencan. Bahkan beberapa model yang pernah bekerja sama menjadi ambassador produk perusahaan mereka, sering dirumorkan menjadi pacar dari sang CEO.
“Untuk ambassador Taffal Cooking Set yang terbaru, kami memilih beberapa selebgram untuk kandidatnya.”
Kebetulan dalam rapat tersebut juga sedang dibahas strategi pemasaran produk baru mereka, termasuk memilih Brand Ambassador-nya juga.
“Ini siapa? Kenapa dia memakai topeng?” Boy menunjuk pada seorang selebgram yang foto profilnya mengenakan topeng.
“Oh, itu! Dia adalah selebgram dengan Engagement Rate yang paling tinggi dalam kategori kuliner dan home service, Pak! Dia membranding dirinya dengan menggunakan topeng, jadi itu adalah ciri khasnya!” jawab sang manajer pemasaran.
Boy mengusap-usap dagunya. “Kalau mau bekerja dengan kita, berarti kita harus tahu identitasnya dong?” ucap Boy.
Sang manajer menggelengkan kepala. “Saya sudah tahu Pak Boy akan berkata demikian. Sayangnya, dia pasti akan menolak, Pak!”
“Kalau begitu, kita tidak perlu kerja sama dengan dia!”
“Masalahnya, Pak! Saingan kita menggunakan dia! Saingan kita yang meluncurkan produk dengan tanggal yang sama dengan kita nanti! Jika dia menggunakan Lady Aga, saya jamin penjualan kita akan kalah dengannya! Pak Boy sangat hebat menilai orang, Anda pasti akan langsung tahu walau tak melihat wajahnya langsung.”
Dibilang 'hebat' Boy merasa langsung terbang. Tapi ia tak langsung mengabulkan permintaan manajer tersebut. “Kenapa semua orang sangat ingin kerja sama dengan dia? Followers banyak itu tidak menjamin!”
“Memang, Pak! Tapi dia memiliki Engagement Rate di akun yang tinggi! Selain itu, Followersnya juga banyak! Dia pernah kerja sama dengan perusahaan Home Service dari Hongkong berulang kali! Karena penjualannya laku keras! Bapak bisa lihat ini!”
Sang manajer ternyata sangat niat menunjukkan performa dari perusahaan Hongkong itu sebagai bukti.
“Kemarin saja, DeliFood yang baru-baru ini mendirikan cabang restoran baru pun langsung diserbu oleh pengunjung. Penjualan mereka meningkat tiga ratus persen dari biasanya, Pak!” Sang manajer sangat antusias dengan selebgram yang satu ini.
“Memang kalau yang lain bagaimana?” tanya Boy.
“Yang lain juga bagus, tapi standar! Saat ini, Lady Aga sedang sangat terkenal di dua kategori tersebut. Makanan dan alat-alat rumah tangga! Tak ada selebgram lain yang lebih hebat dari Lady Aga dan setara dengan perusahaan kita!”
“Aku agak tertarik! Bagaimana kalau aku bertemu dengannya besok? Aku harus melihat dulu dia seperti apa?” ucap Boy dengan agak menahan gengsinya.
Sang manajer pun mengangguk dengan penuh senyum. “Baik, Pak! Akan saya atur pertemuan dengan Anda!”
Meski sering dirumorkan sebagai playboy, nyatanya semenjak menikah, rumor-rumor itu tak pernah terdengar lagi.
Boy sama sekali tak pernah berkencan dengan siapa pun semenjak dia bertemu dengan istrinya.
Usut punya usut, para karyawan menyebut bosnya ini sangat ‘bucin’ kepada sang istri. Sehingga Boy sangat takut untuk berbuat macam-macam dengan perempuan lain. Entah segarang apa istri dari Boy ini? Yang jelas semua orang menilai jika kali ini CEO dari PT Satu Makmur Indonesia tersebut telah takluk oleh satu wanita. Padahal, mereka tidak tahu saja, kondisi yang sebenarnya.
Begitu rapat usai, Boy pun berjalan dengan asistennya untuk kembali ke kantor. Para karyawan memberi salam pada pimpinan mereka sampai akhirnya Boy keluar dari ruang rapat.
“Saya dengar, Pak Boy setuju untuk kerja sama dengan Lady Aga?” tanya asisten dari Boy.
“Belum sampai tahap setuju untuk bekerja sama, tapi aku sedang mempertimbangkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Tim marketing kita bilang, kalau dia cukup hebat. Besok kami akan bertemu!”
Asisten dari Boy itu pun mengangguk. “Dia memang hebat! Kalau dari yang saya sering lihat, Pak! Lady Aga itu ... body-nya ... sangat mirip dengan Bu Agatha!”
“Maksudmu?” tanya Boy sambil mengerutkan dahi karena asistennya menyinggung nama ‘Agatha’!
“Emmm, maksud saya ... Lady Aga itu ... tubuhnya body goals sekali. Seperti tubuh istri bapak! Saya cuma mau mengingatkan, supaya berhati-hati jangan sampai ....”
Boy menoleh sambil melirik asistennya dari atas ke bawah.
Sementara sang asisten merinding dan sadar jika cara sang bos melihatnya kali ini seperti sedang ingin menelannya hidup-hidup. Tapi dia tetap melanjutkan kalimatnya dengan suara yang lirih. “ Jangan sampai ... Pak Boy kepincut sama dia ....”
Walau lirih Boy tetap bisa mendengar, sehingga pria itu tetap menimpalinya. “Cih! Kalau mirip sama Agatha, yang ada aku malah darah tinggi. Semoga saja cuma badannya yang mirip, jangan otaknya juga ikut kurang sesendok!”
Seketika asisten dari Boy pun melongo. “Hah?”
**
Di lain tempat!
Seorang Agatha sedang menunggu suaminya pulang. Tapi sambil menunggu Boy datang, perempuan itu memeriksa kotak masuk dalam whats app miliknya.
[Bu Agatha, tadi manajer dari Brand Tafal menghubungi untuk kerja sama. Tapi besok mereka ingin bertemu! Apa ibu setuju?] ~ Lauren.
Agatha pun langsung merenung. “Tafal?” Tentu Agatha tahu merek alat masak yang diproduksi oleh perusahaan suaminya tersebut.
[Beri nomorku! Aku yang akan bicara langsung dengan mereka!]
Agatha membalas demikian untuk memastikan, apakah ini adalah merek Tafal yang sama atau bukan?
Tak lama kemudian, sebuah nomor baru dengan nama profil ‘Cahyo Widodo, manager of marketing PT Satu Makmur Indonesia’ sedang memanggilnya.
Terkejut!
Ternyata benar, Tafal yang mengajaknya bekerja sama adalah dari perusahaan suaminya.
“Aaaaaaah! Akhirnya ...!” Agatha melompat-lompat kegirangan.
Sementara ponselnya masih berdering karena panggilan tersebut malah diabaikan oleh Agatha. Tapi sepertinya, panggilan itu tidak penting!
“Aku akan bekerja dengan Boy! Aku jadi Brand Ambassador-nya, Boy!”
Mungkin orang yang melihat dia saat ini akan mengira Agatha sedang latihan zumba karena dia terus memutar-mutar pinggulnya.
Sampai akhirnya!
“Sedang apa kamu?” tanya sinis seorang pria yang baru datang dari kantornya. Di mata Boy, Agatha seperti bocah yang telat minum obat cacing.
“Boy ...?” Agatha tersenyum dan memanggil nama suaminya itu dengan suara mendayu-dayu.
Lalu pandangan Boy pun beralih pada ponsel Agatha yang masih bergetar.
“Eh ...! Biarin aja!” Agatha langsung menolak panggilan tersebut.
Tapi Boy malah tersenyum miring, apalagi dia sempat melihat jika foto profil orang yang menelepon istrinya tersebut adalah seorang laki-laki.
“Lagi ditelepon siapa? Cowok kamu?” sindirnya dengan nada sinis.
“Bukan ....” Agatha mengelak. “Aku enggak punya cowok, punyanya suami, itu kamu!”
“Cih!” Boy mencibir istrinya. “Hebat, ya, sekarang! Sudah berani teleponan sama cowok lain!”
“Ih, dibilangin enggak, kok!” Agatha mencoba mengelak.
“Ngaku aja, Agatha ...!”
“Ish! Terserah! Iya, deh! Yang nelepon cowok, tapi aku enggak selingkuh!”
Namun kali ini, Boy malah mengangguk-angguk. “Hebat! Hebat! Hebat kau ini, Agatha! Bisa punya cowok padahal jarang keluar rumah!” ujarnya sambil tepuk tangan.
“Ih, Boy! Jangan gitu, kenapa? Siapa pula yang hebat? Aku, kan, jadi enggak enak!” Agatha agak mengerucutkan bibirnya.
“Enggak usah ngeles, Agatha! Aku, kan, sudah bilang! Kalau kamu selingkuh juga enggak apa-apa! Cuma aku bilang, akhirnya kamu hebat bisa dapat cowok juga!”
Agatha terdiam sejenak, perempuan itu memikirkan sesuatu. Tentu saja ia tidak mau dipojokkan seperti ini, dalam rumah tangga mereka, tak boleh ada kata selingkuh!
Kemudian, perempuan itu menimpali. “Ya, Boy! Aku, kan, juga cuma bilang! Siapa pula yang hebat! Aku ini enggak lebih hebat dari kamu loh!” Kali ini Agatha memukul ringan lengan suaminya itu.
Boy mengedip-ngedipkan mata aneh pada istrinya. Dia sering mendengar pujian 'hebat' dari orang lain. Tapi ... ini aneh. “Maksudnya? Bagaimana?”
“Maksudku ... kamu lebih hebat, ih! Kamu hebat bisa tahu kalau aku teleponannya sama cowok! Hebat banget kamu!” Agatha memukul Boy dengan manja.
"Kamu? Apa maksudmu? Aku sedang memergokimu! Kenapa ... kau ... malah bangga dengan perselingkuhan?" Boy agak gagap mengatakan hal itu, karena ekspresi Agatha saat ini benar-benar mencurigakan.
"Aku tidak bangga dengan perselingkuhan, Pak Boy! Aku malah bangga padamu, karena kamu bisa sangat jeli hingga tahu siapa yang menelponku! Kamu hebat! Aku bangga padamu," tutur Agatha sambil mengedipkan.
Saat itu juga, Boy langsung menganga. Pria itu sadar, jika istrinya sedang kumat dan mulai lagi mempermainkan dia. “Dasar kurang sesendok!”
Tidak ada orang di luar sana yang menyadari, jika Boy bukan hanya sekedar 'bucin' saat menjalani rumah tangga dengan Agatha. Tapi pria yang dingin itu juga menjadi setengah gila!